webnovel

Bad Lady—KTH

"Perjodohan ini bukan di dasari oleh cinta, melainkan paksaan. Tapi kenapa? Kenapa kau mengakhirinya dengan rasa yang seharusnya tak pernah ada?"~ Baek Shujin "Mungkin bagimu, ini hanya ikatan sementara. Tapi bagiku, kau adalah segalanya untuk selamanya. Bahkan sejak awal kita di pertemukan!"~ Kim Taehyung Sebuah hubungan yang kelabu dialami oleh seorang dokter muda yang jatuh cinta pada seorang gadis SMA. Apakah semuanya akan berjalan sesuai keinginannya? Bahkan dengan sifat dingin dan kasar

Tintaaya · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Bab 1

Setiap gadis pasti memiliki sifat dan sisi yang lemah lembut nan gemulai. Setiap gadis pastilah memiliki gaya berbusana dan bahasa yang sangat tertata nan anggun. Itu adalah hal yang sangat lumrah dimiliki oleh para gadis, terutama di zaman sekarang ini. Semua gadis memiliki gaya mereka masing-masing untuk menunjukkan keanggunan mereka. Namun, tidak sedikit pula gadis yang tidak mengerti cara merawat diri mereka, urakan, dan selalu membuat masalah serta bertingkah layaknya seorang pemuda. Dan hal itu pulalah yang terjadi pada gadis berusia 17 tahun yang saat ini tengah mendekam dikamarnya yang berantakan bersama sang ibu yang mengomel. Karena lagi dan lagi gadis ini membuat masalah di sekolahnya dan mendapat surat pengeluaran dari sekolah tersebut. Dan harus membuatnya lagi, lagi, dan lagi berpindah sekolah.

"Bagaimana bisa dalam waktu satu semester kamu sudah mendapatkan 3 kali surat pengeluaran sekolah?! Mom, bisa gila jika kamu seperti ini terus!!," omel seorang wanita paruh baya pada putrinya yang sedang menguap untuk kesekian kalinya dan bertingkah tidak perduli.

"Ya, Baek Shujin! Mommy sedang berbicara denganmu bukan dengan guling!!." Gadis dengan seragam sekolahnya yaang urakan itu menguap sembari mengangguk kepalanya. Membuat sang ibu hanya bisa memijit pelipisnya mengingat betapa nakalnya putri kecil ini. "Astaga, jika kamu begini terus Mommy akan mencarikanmu calon suami sekarang juga," ucap sang ibu yang membuat gadis yang mengantuk itu kehilangan kantuknya dan segera berdiri dengan mulut terbuka lebar dihadapan sang ibu.

"Mom!! Kenapa Mommy punya fikiran seperti itu? Aku bukan melakukan itu tanpa sengaja, Mom!! Tapi cabe itu hampir melukai tem--," sahut gadis itu yang terhenti saat sang ibu meletakkan jarinya dihadapan bibir anaknya yang terbuka, membuat gadis itu diam dengan ekspresi jengkelnya. "Mommy kasih kamu waktu seminggu disekolah barumu nanti. Jika kamu berulah lagi, maka Mommy ga akan segan jodohin kamu sama anak teman Mommy!," ujar wanita dengan daster rumahannya sembari menunjuk wajah sang putri yang terlihat sangat kesal. Setelah melakukan sedikit perdebatan itu, wanita itu keluar dengan mengunci kamar sang putri.

"Apa Mommy serius dengan ucapan Mom tadi?," tanya gadis dengan seragam yang sama seperti gadis urakan tadi. Bedanya dirinya lebih rapi dan elegan, ditambah almameter organisasi siswa yang ia gunakan membuatnya menjadi gadis berwibawa. Wanita tadi mengangguk pada putri sulungnya itu, namun dengan tangan yang masih memijit pelipisnya.

"Tidak ada cara lain kecuali itu untuk membuat adikmu jera dengan kelakuannya, Hyurin."

Sepeninggal ibunya, gadis beralmameter itu segera mengambil kunci kamar sang adik yang diletakkan sang ibu didekat meja kecil didekatnya. Membuka pintu yang baru semenit lalu ditutup itu. Dilihatnya sang adik yang duduk bersila ditengah kasur besarnya, didekatinya gadis yang sedang jengkel itu.

"Berulangkali begini, aku selalu dianggap nakal. Padahal aku hanya membantu temanku saja. Apa itu salah? Lagipula aku tak sengaja menendangnya karena dia yang ingin menanjapkan garpu pada mataku," ujar gadis urakan itu tanpa menatap sang kakak disampingnya.

"Sudah, yang penting bagiku kamu adalah adik yang baik," ucap gadis beralmameter itu sembari meletakkan kepala sang adik pada bahunya. Dengan wajah yang sangat mirip, keduanya sulit dibedakan jika salah satunya melepas almameternya.

Baek Hyurin dan Baek Shujin, sepasang kembar seiras yang memiliki tingkah laku bertolak belakang. Selain itu, cara berpakaian mereka juga berbeda. Hyurin adalah gadis dengan keanggunan luar biasa, ditambah kecerdasan serta kewibawaannya menjadikan dia sebagai ratu sekolah. Apalagi pembawaannya yang lemah lembut dan ramah serta memiliki sopan santun yang tinggi membuatnya disukai banyak orang dari berbagai kalangan.

Berbeda dari sang saudari kembar, Shujin adalah keterbalikan dari Hyurin yang anggun. Shujin adalah gadis urakan dan abal-abal. Dirinya dikenal sebagai Queen Of Trouble, dikarenakan dirinya yang terkenal hobi membuat masalah dimanapun dia berada. Selain itu, cara berbicara Shujin sangatlah berbeda dengan Hyurin yang berwibawa dan lemah lembut. Shujin selalu berbicara dengan nada tinggi dan untuk sopan santun, dia sangat pemilih untuk siapa harus dia lakukan baik dan dia hormati. Selain itu, untuk cara berpakaian Shujin lebih memilih gaya swag dan sedikit kelaki-lakian. Menurutnya itu adalah pakaian ternyaman dan indah daripada gaun atau rok dress yang sering digunakan sang kakak.

Saat kedua kembaran itu sedang dalam posisi yang romantis, tiba-tiba suara dering telfon membuyarkan lamunan mereka. Saling bertatapan beberapa saat sebelum Shujin merogoh sakunya untuk mengangkat telfon yang entah dari siapa. mungkin temannya karena gadis itu langsung tersenyum senang dan bangkit dari kasurnya dengan penuh semangat membuat sang kakak mengerutkan alisnya.

"Siapa, Shujin? Dan mau kemana kamu?," tanya Hyurin saat melihat adiknya itu membuka kemeja sekolahnya dengan cepat, menyisakan kaus hitamnya yang kemudian ditutup dengan jaket kulit.

"Aku akan menemui teman-temanku, Eonnie. Tolong jangan katakan pada Mommy kalau aku kabur, okey?," pinta Shujin dengan tangan yang mengikat rambutnya asal menyisakan beberapa anak rambut yang tidak terikat. Gadis itu langsung melompat keluar melalui jendela kamarnya dan mendarat mulus tanpa lecet sedikitpun. Padahal kamarnya terletak dilantai dua.

Hyurin hanya menggeleng-geleng tipis kepalanya melihat tingkah sang adik yang benar-benar tak bisa ia fikirkan itu. Gadis itu memilih kembali keluar sebelum ada yang melihat bahwa dirinya sendirian di kamar sang adik yang statusnya kini sedang dihukum itu. Mengunci kembali kamar kosong itu dan memilih segera kekamarnya untuk berganti pakaian.

*****

Disinilah Shujin sekarang, ditempat yang penuh dengan asap rokok dan bau alkohol yang menyengat serta suara musik edm yang memekakkan telinga. Bukan, ini bukan club tapi sebuah tempat rahasia dimana Shujin biasa menghabiskan waktunya bersama tiga teman dekatnya yang semuanya adalah lelaki itu. Shujin berjalan membelah beberapa orang pria dan wanita yang mabuk yang sedang berjoget, sedikit mendesis jijik kala tubuhnya disentuh oleh pria mesum yang mabuk.

"Heh, biji cabe, lama amat dah lu kemari doang," seru seorang pemuda dengan rokok dijarinya yang terlihat baru dinyalakan saat Shujin mendudukkan bokongnya pada sofa empuk yang melingkar itu.

"Gue kesini tuh naik ojek, harap maklum kalo lama," sahut Shujin kemudian merampas rokok pemuda itu dan menyesapkannya ke bibir ranumnya. Terlihat sangat ahli.

"Heh, anak kecil kok merokok," ledek teman Shujin lagi, pemuda yang menggunakan headband itu terkekeh melihat Shujin yang mencebiknya.

"Tau, anak kecil ga boleh kemari," sahut satunya lagi yang duduk tepat disebelah Shujin. Shujin menghembuskan asap rokoknya pada ketiga temannya yang langsung menggerakkan tangannya seperti mengipas. Shujin tersenyum miring melihat ketiganya. "Kalo begitu, seharusnya kalian ga nyuruh gue kemari, bego," balas Shujin santai.

Pemuda yang rokoknya dirampas oleh Shujin tadi bernama Kim Moonchul, dia adalah senior di sekolah Shujin dulu, namun kini pemuda itu sudah lulus sekolah menengah atas dan memilih tidak meneruskan pendidikannya karena malas. Sedangkan pemuda dengan headband-nya itu adalah Shin Yeonjung, dia adalah anak dari pemilik sekolah yang dulu pernah disinggahi Shujin sebelum kembali mendapat surat keramatnya. Dan terakhir, pemuda yang duduk tepat disebelah Shujin adalah Park Beomgyu. Sahabat Shujin sejak kecil.

Keempat anak muda itu nampak bersenda gurau dengan rokok yang menyelip didua bilah bibir masing-masing atau botol beer yang telah habis separuh di setiap genggam. Ya, mereka semua adalah troublemaker kelas kakap yang selalu berkata maaf dan tak mengulangi padahal jera tidak ada dalam kamus mereka.

Saat tengah asik menyesap rokoknya yang sisa sedikit lagi. Tiba- tiba ada seseorang yang menarik tangan Shujin hingga gadis itu berdiri, lalu dirampasnya rokok dijari gadis itu dan membuangnya kelantai kemudian dipijak hingga padam. Shujin dan ketiga temannya tentu kaget, apalagi saat tamparan keras mengenai pipi mulus Shujin yang kini memerah dan berdenyut. Shujin memegang pipinya yang terasa sangat panas, dapat dipastikan bahwa ada bekas tangan disana.

"Paman Jinyoung?!," ucap ketiga pemuda itu kaget melihat siapa yang menampar Shujin dengan keras. Ya, itu adalah Ayah Shujin yang mendapat laporan dari sang istri bahwa Shujin kabur dari masa hukumannya. Awalnya mungkin dirinya takkan marah jika Shujin kabur ke cafe atau taman biasa, namun emosinya tak dapat di kendalikan saat mendapati titik maps sang anak yang berada di sarang preman. Ditambah bagaimana dia melihat secara langsung putrinya yang tengah menyesap rokok yang bahkan dirinya sebagai ayah tak pernah menyentuh benda itu.

Shujin hanya diam dengan tangan di pipi serta wajah yang memaling kekanan. Dirinya terlalu takut untuk menatap manik gelap sang ayah yang memerah menahan amarah padanya. Apalagi saat dirinya di tarik dengan paksa hingga merasakan sakit di pergelangan tangannya. Shujin tak berkutik saat sang ayah mendorong tubuhnya hingga mengenai kap mobil yang di bawa sang ayah.

"Gadis nakal, sejak kapan Daddy ngajarin kamu bertingkah seperti tadi, hah?!," bentak pria paruh baya itu pada sang putri bungsu yang masih menyungkur di kap mobilnya, tak berani menghadapnya atau merubah posisinya.

"Kapan Dad ngasih kamu contoh untuk merokok dan minum-minuman kaya tadi?! Jawab Daddy, Shujin!!," kembali, Jinyoung melayangkan pukulan keras pada lengan sang putri yang tidak mengeluarkan sepatah katapun atau bahkan meringis. Shujin benar-benar diam dan tak bergerak menatap ayahnya.

"Kamu tau, Daddy merasa gagal ngedidik putri Daddy kalau kamu bertingkah kaya tadi!! Kamu fikir Daddy bakal bangga sama apa yang kamu lakuin tada, hah?! Apa mau kamu, Shujin?! Jawab Daddy!!."

Shujin hanya menghela nafasnya lalu berdiri dengan tegak, namun kepalanya masih ia tundukkan. Tanpa menatap atau bahkan melirik sang ayah yang tengah dirudung emosi, Shujin melangkahkan kakinya. Membuka pintu belakang mobil dan duduk di jok tengah, tangannya tergenggam dengan wajah yang berpaling kesamping.

Jinyoung hanya menghela kasar nafasnya lalu ikut masuk kedalam mobil. Tak ingin terpancing lebih dalam dengan emosinya, Jinyoung memilih untuk membawa putri bungsunya itu kembali kerumah dalam keadaan pipi merah dan mungkin memar dibahu karena tamparan dan pukulan kerass yang dilayangkannya tadi. Hening selama perjalanan, tak ada yang membuka suara. Keadaan semakin dingin dengan sepatah kalimat yang diucapkan Shujin pada sang ayah.

"Aku bukan Hyurin yang selalu membuat kalian bangga."

Mobil Van hitam itu nampak memasuki halaman rumah yang asri, menghentikan putar rodanya tepat didepan pintu masuk. Shujin langsung turun tanpa memperdulikan sang ayah yang memanggilnya, ia tak ingin mendengar siapapun saat ini. Dan itu membuat Jinyoung hanya menghela nafasnya dan ikut masuk kedalam rumah.

Tepat di ruang keluarga, terlihat Eunji, ibu dari si kembar Baek yang terlihat gelisah mengetahui sang putri bungsu tak ada dikamarnya sedikit menghela nafasnya lega saat melihat Shujin yang kini berdiri dihadapannya. Namun itu tak bertahan lama ketika Eunji mencium bau alkohol dan rokok yang menyengat dari Shujin. Berbeda dari sang ibu yang terlihat kaget dengan bau yang dibawa sang adik, Hyurin lebih memilih kaget dengan bekas tamparan di pipi Shujin.

"Shujin, pipi kamu kena--." Hyurin sedikit kaget saat sang adik menepisnya yang ingin menyentuh pipi merah sang adik. Dengan tatapan kagetnya Hyurin menatap sang adik.

"Shujin, kamu merokok? Kamu minum?," tanya Eunji dengan suara yang bergetar karena keterkejutannya, apalagi saat Shujin menatapnya datar dan mengangguk. "Kenapa?," tanya Hyurin sebagai lanjutan. "Karena aku bukan kamu," tukas Shujin sembari menunjuk Hyurin, kemudian gadis itu memilih naik menuju kamarnya meninggalkan sang ibu dan kakak kembarnya yang tentu sangat terkejut.

"Mom, sepertinya apa yang Mommy bilang tadi di telfon, Daddy menyetujuinya," ucap Jinyoung yang sudah duduk disamping sang istri. Tentu saja Eunji mengangguk setuju, namun reaksi yang diberikan Hyurin adalah gelengan keras. "Dad, Mom, aku ga setuju. Pasti ada cara lain selain dengan menjo--," ucapan Hyurin terpotong kala sang ayah berbicara. "Semua cara udah kita lakukan, Hyurin. Tapi hasilnya Shujin malah seperti ini, 'kan?."

Hyurin terdiam, dia tidak bisa berbuat apapun lagi karena ucapan sang ayah adalah fakta yang harus di terima. Mau tidak mau, setuju tidak setuju, Hyurin harus mengikhlaskan sang adik di jodohkan dengan orang asing yang bahkan dia sendiri tidak mengenalnya. Gadis itu hanya bisa berharap dalam hati, semoga jalan terakhir ini mampu mengubah sang adik jadi lebih baik.

Shujin yang ternyata hanya bersembunyi dibalik dinding perpotongan tangga itu hanya bisa terdiam dengan tangan terkepal kuat. Rahangnya mengeras ketika penolakan yang dilakukan sang kakak tidak berhasil.

"Akan ku buat pemuda itu membatalkan perjodohannya."

*****

Kebanyakan orang mungkin berfikir bahwa menjadi seorang dokter itu sangatlah mudah. Hanya memeriksa dan memberikan obat kepada orang sakit yang datang padanya. Tak banyak orang yang mengetahui seberat apa beban yang di pikul oleh seorang dokter ketika menghadapi pasien-pasiennya yang tidak sedikit. Tak banyak juga yang menyadari bagaimana buruknya pola makan dan tidur dari seorang dokter yang harus bekerja 24jam tanpa henti.

Namun, menjadi kebanggaan yang sangat juga apabila seseorang dapat menjadi dokter pada usia yang dibilang muda. Mendapat berbagai penghargaan dan sertifikat yang diraih dengan usahanya. Namun, meskipun begitu, menjadi dokter diusia muda juga banyak memecah fokus seseorang untuk mencari pasangan, bahkan ada beberapa dokter senior yang masih melajang padahal umurnya sudah cukup matang untuk menikah.

Itulah yang dialami oleh seorang dokter muda yang saat ini tengah memeriksa pasien kecilnya. Dengan senyum manisnya dokter itu bersenda gurau mengalihkan perhatian gadis kecil yang sedang ia beri beberapa suntikan ditangan mungilnya. Gadis kecil itu nampak senang dengan candaan sang dokter, ditambah senyum manisnya yang mengalihkan dunia.

"Cah, putri cantik sudah selesai di obati," ucap dokter muda itu sembari menyolek hidung pasien kecilnya yang terkikik.

"Tapi Lea masih ingin bermain dengan Paman Dokter," seru gadis kecil itu sambil memegang tangan sang dokter yang masih tersenyum padanya.

"Nanti kita main lagi, ya? Paman Dokter harus memeriksa yang lain, okey?," bujuk sang dokter yang mendapatkan anggukan tak rela dari pasien kecilnya. Dokter muda itu tersenyum lalu memberikan kecupan singkat di dahi gadis kecil yang kini tersenyum lebar padanya.

Dokter itu kemudian bangkit dan keluar dari ruangan gadis yang sudah menjadi pasiennya sejak pertama kali dirinya menjadi dokter spesialis kanker. Dokter muda itu menerima catatan perkembangan Lea, sang pasien, dari suster yang berada disampingnya.

"Beri tahu keluarga pasien bahwa pasien sudah sedikit lebih baik dari pemeriksaan sebelumnya," ujar sang dokter yang diangguki oleh sang suster sembari menerima kembali catatan tersebut.

Kim Taehyung, pemuda yang saat ini baru saja mendudukkan bokongnya pada kursi kerjanya yang empuk itu adalah seorang dokter muda yang memiliki banyak prestasi. Di usianya yang baru menginjak 29tahun, dia sudah mendapatkan sedikitnya 10penghargaan dalam bidang kesehatan yang dia tekuni.

Taehyung menghela nafasnya lelah saat melihat banyak lagi data pasien yang belum ia sentuh karena harus memeriksa pasien-pasiennya. Selain itu, banyak pula jadwal operasi yang siap menerkam Taehyung kapan saja menjadikan dirinya sangat sibuk dan bahkan hampir tak ada waktu untuk sekedar beristirahat. Karena alasan itu pulalah yang menjadikan pria ini tidak kunjung memiliki pasangan, dirinya tidak ada waktu lebih untuk hal itu.

Meskipun tak jarang ada rekannya yang sesama dokter mengajaknya untuk ikut ambil andil dalam acara kencan buta sesama dokter, namun Taehyung selalu saja menolaknya dengan alasan teramat sibuk dan tidak ada keinginan memiliki kekasih sesama dokter. Tetapi, saat sahabatnya memberi banyak pilihan gadis untuk diajak kencan buta pun dirinya menolak dengan alasan yang banyak sekali.

Maka berakhirlah Taehyung yang melajang hingga sekarang tanpa ada kekasih hati yang menemaninya. Jika boleh jujur, Taehyung juga ingin memiliki pacar agar dirinya tidak melulu di teror oleh orangtuanya untuk segera melakukan kencan buta. Bahkan bukan sekali dua kali kedua orangtuanya itu mengenalkannya pada anak teman-teman mereka yang malah berakhir menjadi teman Taehyung saja.

Saat Taehyung baru ingin menyentuh salah satu berkas data pasiennya, pintu ruangannya tiba-tiba saja terbuka. Menampilkan seorang perawat pria yang terlihat lelah berlari dan sedang mengatur nafasnya yang ngos-ngosan itu. Perawat itu nampak menggunakan seragam IGD yang jaraknya cukup jauh dari ruangan Taehyung, membuat dokter muda itu mengerutkan alisnya heran.

"Dokter Kim, ada pasien di IGD yang terluka parah. Tidak ada dokter selain dirimu saat ini, jadi saya mohon untuk membantu kami," pinta perawat pria itu dengan nafas yang masih belum teratur.

"Baiklah, saya akan membantu," ujar sang dokter sembari berdiri dan menghampiri perawat itu yang mengucapkan terimakasih karena sudah mau membantunya.

Kemudian, dua pria itu langsung menuju IGD dengan sedikit terburu-buru karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan mereka untuk berjalan sedikit santai. Keduanya berlari dengan Taehyung memimpin didepan sang perawat dan membelah menuju IGD yang mendadak sangat ramai dan sesak. Hingga saat berada didepan pintu IGD, tepat saat Taehyung ingin membukanya seorang pria paruh baya menahan tangannya. Membuat dokter muda itu berbalik.

"Kim Taehyung?."

"Paman? Kenapa Paman ada di--," pertanyaan Taehyung terpotong kala kedua tangannya digenggam penuh harap oleh pria paruh baya yang tahu merupakan teman sekolah menengah sang ayah dulu.

"Tolong, selamatkan putri paman, Taehyung-ah," pinta pria itu lirih yang dibalas anggukan yakin oleh si Dokter Muda.

Taehyung masuk kedalam ruangan putih itu, dimana dirinya langsung disuguhkan pemandangan seorang gadis berbaju basah dan pucat yang sedang ditangani perawat disana. Dengan segera Taehyung mengambil alih gadis itu dan melakukan pemeriksaan berkala.

"Percobaan bunuh diri dengan merendam diri di bathup penuh air, ditemukan setelah 3jam berada di dalam air," ucap seorang perawat wanita yang beridir didepan Taehyung.

"Itu cukup menjelaskan alasannya pucat dan membiru," tukas Taehyung lalu memeriksa denyut nadi gadis itu yang terasa sangat lemah. "Siapkan alat kejut jantung segera," seru Taehyung sembari memasangkan selang bantu pernafasan pada gadis itu.

"Alat kejut jantung siap, dokter," ucap perawat pria tadi sambil memberikan alat kejut jantung pada Taehyung yang menerimanya dengan cepat.

Taehyung merobek sedikit kaus hitam gadis itu di bagian dada dan menggesekkan alat kejut jantung sebelum di sentuhkan pada kulit dada gadis yang terbujur pucat itu. Percobaan pertama, denyut jantung gadis itu tidak juga mengalami penaikan. Dan begitu terus hingga percobaan ketiga, membuat semua perawat disana berharap-harap cemas. Tak ingin kehilangan sang pasien, Taehyung menekan dada gadis itu. Memompanya agar denyut jantungnya stabil atau berubah menjadi sedikit lebih baik. Namun nihil, denyutnya tetap saja lemah. Taehyung terus melakukan itu selama lima menit, namun sama sekali tidak ada perubahan dari layar yang menunjukkan denyut jantung gadis itu.

"Bagaimana ini? Apa gadis ini tidak akan selamat?," gumam panik salah satu perawat wanita disana yang langsung mendapat tatapan tajam Taehyung hingga membuatnya takut.

"Gadis ini akan selamat, saya akan melakukan apapun agar gadis ini selamat. Kalian percayakan pada saya!," ucap Taehyung penuh penekanan. Semua perawat di IGD itu hanya diam menatap Taehyung yang melakukan berbagai upaya penyelamatan gadis yang sedang di ambang kematian itu.

20menit berlalu, namun gadis itu sama sekali tidak memunculkan tanda-tanda ingin kembali hidup. Detak jantungnya kian melemah seiring bertambahnya menit yang berlalu. Taehyung menyeka dahinya yang basah karena keringat, serta menghela nafasnya yang sedikit tidak beraturan karena kelelahan. Di tambah dirinya belum menelan makanan sedikitpun sejak pagi dan sekarang sudah jam 4 sore.

Tidak ada cara lain bagi seorang yang tenggelam selain memberikan nafas buatan padanya. Maka mau tidak mau Taehyung harus melakukan hal itu demi menyelamatkan nyawa pasiennya. Selang oksigen yang terpasang di hidung gadis itu dilepas oleh Taehyung yang menghela nafasnya pelan. Mendekatkan wajah keduanya dan memberikan nafas buatan pada gadis tersebut sembari menekan-nekan dada gadis itu agar air yang ada diparu-paru gadis itu keluar.

Semua perawat yang ada disana menatap kaget apa yang mereka lihat. Pasalnya dokter muda itu baru kali ini melakukan hal itu selama dia bekerja sebagai seorang dokter. Para perawat wanita disana menyaksikan dengan mulut menganga, mereka malah salah fokus dengan ketampanan Taehyung saat memberikan nafas buatan pada pasiennya yang juga memiliki paras tak kalah menarik. Hal itu terjadi hingga apa yang Taehyung harapkan terjadi.

"Uhuk uhuk uhuk."

*****