webnovel

Bab 23  Bertemu dengan Bai Jinyuan

Setelah selesai makan malam, mereka berkumpul di sekeliling api unggun. Kiara membuat minuman jahe dan gula merah untuk menghangatkan tubuh. Ketika mengetahui Kiara memiliki gula merah, beberapa orang wanita bertanya apakah mereka bisa menukar gula merah dengan daging. Kiara tidak menolak, jadi dia menerima banyak daging domba atau daging sapi yang dikeringkan.

Selain gula merah, mereka juga menukar garam, sabun dan kecap asin. Anggota rombongan tentara Bai sangat menyukai Kiara meski wajahnya selalu terlihat dingin. Apalagi, dia memiliki keterampilan medis. Tidak lama kemudian, Kiara menemui Qiao Shiyi sambil membawa minyak obat untuk memijat pergelangan Qiao Shiyi yang masih bengkak.

Untungnya, Qiao Shiyi baru saja mencuci tangan. Bayangkan betapa malunya dia jika Kiara melihat tangannya penuh lumpur. Minyak yang dibawa Kiara sangat efektif. Pergelangan Qiao Shiyi terasa panas saat Kiara memijat tangannya. Setelah selesai, Kiara membantu Qiao Shiyi memakai mitela. Gadis itu melihat pakaian teman barunya dan menghela napas panjang.

Qiao Shiyi berasal dari keluarga dengan latar belakang yang baik. Namun, baju yang dia kenakan tampak pudar karena terlalu sering dicuci. Kelihatannya, kehidupan di perbatasan sangat buruk. Kiara segera pamit dan memanfaatkan kesempatan untuk memeriksa Shangri-la. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, dia keluar. Gadis itu mulai khawatir karena Milktea dan Mochi masih belum bangun.

Kiara kembali ke gerobaknya dan bersiap-siap untuk tidur. Dia memeriksa keadaan si kembar dan Chen Jiaxing yang sedang tidur lelap. Chen Huining dan Zhao Xiulan menunggu Kiara pulang dengan mata mengantuk. Mereka segera tidur setelah Kiara kembali.

"Kiara, Kiara, cepat bangun!"

Kiara terbangun saat mendengar suara Milktea. Kemudian, dia mendengar suara tangisan dari luar. Gadis itu buru-buru mengenakan mantel dan keluar dari gerobak.

"Ada apa Paman Lu?" tanya Kiara pada Lu Jianguo.

"Kelihatannya ada yang terluka." jawab Lu Jianguo dengan suara pelan.

Beberapa detik kemudian, Qiao Shiyi tampak berlari mendekat. Gadis itu segera berlutut di depan Kiara.

"Huiling, aku mohon tolong selamatkan Zimo." Qiao Shiyi memohon sambil menangis.

"Ada apa Kak Shiyi? Ayo, berdiri dulu. Ceritakan apa yang terjadi pada Kak Zimo." kata Kiara sambil membantu Qiao Shiyi berdiri.

"Zimo pergi mengambil air di sungai bersama beberapa orang temannya. Tiba-tiba, dia terpeleset dan kakinya terluka karena terkena batu yang tajam. Dokter tidak bisa menghentikan perdarahan dan dia bilang Zimo tidak akan bertahan." Qiao Shiyi berusaha memberi penjelasan di sela-sela isak tangisnya.

"Seberapa besar lukanya?" tanya Kiara.

"Ada sayatan panjang di betis kanannya." jawab Qiao Shiyi.

"Baiklah, Kakak tidak perlu menangis. Aku akan mengambil kotak obatku dan kita akan pergi menemui Kak Zimo, oke?" kata Kiara.

Gadis itu segera mengambil kotak P3K dari dalam gerobak dan meminta Lu Jianguo untuk mengawasi Zhao Xiulan dan anak-anak. Wajah wanita paruh baya itu tampak ketakutan.

"Bu, aku pergi sebentar untuk membantu Kak Zimo. Paman Lu akan menjaga Ibu dan adik-adik di sini. Jangan pergi keluar. Sebaiknya, Ibu tidur lagi." kata Kiara dengan lembut.

"Lingling, cepat kembali." kata Zhao Xiulan sambil menganggukkan kepalanya dengan patuh.

Adik Qiao Shiyi yang bernama Qiao Bowen bergegas membantu Kiara membawa kotak obat yang cukup berat itu. Mereka pergi ke tenda medis bersama-sama. Ketika tiba di tenda medis, dokter telah memindahkan Cheng Zimo ke tenda keluarganya. Wajah Qiao Shiyi langsung berubah menjadi pucat. Singkat kata, dokter itu tidak bisa mengobati luka Cheng Zimo.

Kiara tidak berani membuang waktu dan meminta Qiao Shiyi untuk membawa mereka ke tenda keluarga Cheng Zimo. Ketika tiba di tujuan, dia melihat seluruh anggota keluarga Cheng dan beberapa orang tentara berkumpul di sekitar tenda.

Cheng Zimo tampak sedang berbaring di tempat tidur. Ada dua orang wanita dan anak laki-laki seumuran Chen Jiaxing di sebelahnya. Kiara menebak kedua wanita itu adalah ibu dan kakak ipar Cheng Zimo. Qiao Shiyi segera memperkenalkan Kiara pada semua orang dan meminta mereka memberi jalan agar Kiara dapat mengobati Cheng Zimo.

Qiao Shiyi segera pergi ke samping tunangannya. Pada waktu itu kesadaran Cheng Zimo mulai kabur sehingga dia tidak bisa merespon tunangannya. Air mata membasahi wajah Qiao Shiyi dan para wanita yang ada di dalam tenda. Bahkan mata beberapa orang pria juga berubah menjadi merah.

"Kak Shiyi, Kak Bowen, aku perlu bantuan kalian. Tolong cuci tangan kalian dengan sabun terlebih dulu." kata Kiara sambil menyiapkan peralatan yang dia perlukan.

Qiao Shiyi dan Qiao Bowen segera melaksanakan perintah Kiara. Gadis itu juga mencuci tangannya sebelum memulai perawatan. Dia memeriksa apakah Chen Zimo memiliki luka lain dan memeriksa keadaan lukanya sebelum memulai perawatan.

Pertama, dia membersihkan luka Cheng Zimo menggunakan saline yang dia pindahkan ke dalam botol. Qiao Bowen membantu Kiara menuang air ke luka, sementara gadis itu membersihkan luka menggunakan kain steril. Setelah memastikan luka bersih dari kotoran, dia mengambil jarum dan catgut untuk menjahit luka tersebut.

Kiara mendengar suara orang menarik napas saat melihat dia mengambil benang dan jarum.

"Huiling, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Qiao Shiyi dengan mata melebar karena terkejut.

"Luka Kak Zimo terlalu dalam sehingga kita harus menjahitnya untuk menghentikan perdarahan." kata Kiara dengan nada datar.

"Aku baru tahu kita dapat menjahit luka." Qiao Bowen memandang Kiara dengan takjub.

Kiara berkonsentrasi menjahit luka Cheng Zimo sehingga dia tidak menyadari ada beberapa orang pria masuk ke dalam tenda dan mengamati setiap gerakannya. Meski para pria itu memilih untuk tetap diam, orang-orang yang ada di dalam tenda segera menyapa mereka. Jantung Kiara berdetak kencang saat mengetahui identitas pria yang baru masuk ke tenda.

Dua pria yang baru saja masuk adalah ayah dan kakak Cheng Zimo. Sedangkan pria di belakang mereka adalah Mayor Jenderal Bai Jinyuan, salah satu pemimpin rombongan tentara Bai. Dia adalah putra kedua Jenderal Bai Muyang yang memimpin rombongan ini. Kiara tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Mayor Jenderal Bai Jinyuan yang terkenal.

Pria itu baru berusia 17 tahun tetapi sudah memiliki pangkat mayor jenderal! Kiara tidak bisa membayangkan seberapa besar pengorbanan dan darah yang dikeluarkan pria itu untuk mencapai posisinya sekarang. Keluarga Bai memiliki 150.000 orang prajurit dan telah menjaga perbatasan di utara selama beberapa generasi.

Happy New Year everyone!!!

tealovercreators' thoughts