webnovel

Divisi Pengendalian Sihir (1)

Tidak termasuk divisi pengawas, jumlah divisi di Osis ada tepat 27 divisi. Tapi kalau ditambah dengan sub-divisi juga, jumlahnya mungkin bisa lebih dari 50. Seperti yang dikatakan Hana, Osis kelihatannya mengurus segala urusan di sekolah.

Bukan cuma urusan murid, Osis juga mengurus hampir semua urusan administrasi sekolah. Dari penataan sekolah, pengaturan setiap gedung, pelestarian lahan dan hutan, sampai hubungan dengan dunia luar juga, semuanya masuk ke daftar tugas Osis. Sepertinya memang tidak berlebihan kalau disebut Osis yang menjalankan sekolah ini.

Sehingga untuk pertama kalinya, Alisa jadi sadar betapa kuatnya kedudukan Osis di sekolah ini.

Dia tidak begitu menyadarinya bahkan saat melihat daftar peraturan sekolah--yang isinya secara umum mengatakan kalau semua murid harus mematuhi Osis--muncul terus-menerus. Tapi setelah lihat rinciannya begini, sepertinya tingkat keseriusannya benar-benar lebih jauh dari yang Alisa duga. Dan itu sedikit membuatnya gelisah. Bukan cuma 'semacam' sekolah sihir, tempat ini juga sepertinya tidak normal.

"Mary, kau jadinya mau pilih yang mana?" Tanya Alisa yang akhirnya tidak yakin sendiri.

Mendengar pertanyaan yang sudah ditunggu-tunggu, Mary tersenyum bangga. "Divisi acara!" Katanya sambil mengangkat jempol. "Kalau nantinya Aku jadi ketua divisi acara, pasti akan kubuat kontes pertarungan sihir seperti yang ada di komik-komik!"

Alisa agak tertawa mendengar itu, tapi sejujurnya pertarungan sihir tidak kedengaran begitu bagus. "Tapi di festival olahraga sudah ada beberapa acara yang seperti itu kan?"

"Yaa, tapi kan tidak ada yang benar-benar seperti tekken. Aku mau buat yang seperti itu!" Balas Mary masih semangat.

"Mm, Aku tidak yakin akan diizinkan, tapi yah, kurasa divisi itu memang cocok untukmu."

"Tapi benar-benar ya… Dilihat dari tingkah Osis, mereka sepertinya tidak menganggap sihir sebagai sesuatu yang bagus. Aku penasaran kenapa." Oceh Mary. "Ah, tapi daripada itu, kau sendiri masih tertarik dengan divisi itu?" Tanyanya.

Di bukunya, Alisa sudah menuliskan beberapa divisi yang kelihatannya cocok dengannya. Tapi dari 4 yang dia tulis, matanya memang tidak bisa lepas dari divisi pengendalian sihir. "Kurasa..."

"Tapi kudengar divisi pengendalian sihir tidak begitu punya pekerjaan yang jelas."

"'Membantu murid yang kesulitan mengendalikan sihir' kedengaran lumayan jelas." Balas Alisa sambil membaca penjelasan itu lagi.

Alasan utama Alisa memilih itu sebagiannya mungkin karena dia memang sedikit berharap bahwa pengetahuannya sebagai penyihir asli bisa berguna sedikit di sana. Tapi alasan lainnya juga karena sepertinya itu bukan divisi yang akan terlalu menuntutnya untuk menggunakan sihir. Alisa bukannya tidak mau bekerja memakai sihirnya, tapi dia juga tidak punya tubuh yang kuat-kuat banget!

"Ya tapi itu dia. Kudengar anak yang tidak bisa mengendalikan sihirnya hampir tidak ada di sekolah ini, makanya pekerjaan mereka justru jadi tidak jelas." Kata Mary.

"...Yaa, kalau pekerjaannya tidak banyak kurasa bagus?"

"Lalu tugas yang satunya lagi apa tadi?" Tanya Mary sambil melihat kertas Alisa. "Mengatasi gangguan sihir? Bukannya itu tugas divisi keamanan? Eh, atau beda? Soalnya di divisi keamanan tulisannya 'mengatasi penggunaan sihir yang mengganggu'." Oceh Mary.

'Kalau diperhatikan kalimatnya memang agak ambigu.' Pikir Alisa juga. "Hm, tapi masih termasuk bagian eksklusif Osis kan? Jadi kurasa tetap termasuk divisi yang penting." Katanya kemudian.

Setuju dengan itu, Mary langsung mendengus pelan. "Yah, kurasa memang apa saja asalkan bukan jadi pengawas seperti Hal. Dia benar-benar salah pilih." Balas Mary yang kemudian melirik sinis ke arah laki-laki di ujung kelas.

"Eh daripada itu, kemarin Aku dengar sesuatu yang menarik lho saat Aku ngobrol dengan anak-anak kelas sebelah." Kata Mary lagi. "Tadinya sebagai referensi, Aku hanya sedang cari tahu mengenai divisi yang dulunya dimasuki anggota Vip yang sekarang. Tapi ternyata jawabannya sangat tidak terduga!" Jawabnya semangat. "Coba kau tebak."

Diam, Alisa tentu saja tidak punya tebakan. "Anggota Vip itu, 4 kakak kelas yang kemarin kan?"

"Apa? Tidak!" Bantah Mary langsung. "Yang anggota Vip itu hanya kak Hana dan kak Fiona. Sedangkan kak Erika dan kak Loki adalah ketua divisi." Jelasnya. "Tapi selain mereka berdua, anggota Vip sebenarnya ada 2 lagi. Tapi selain ketua Osis, Aku belum tahu yang satu lagi siapa."

'Mm?' Mendengar ada yang tidak cocok, Alisa mengernyit. "Tunggu… Ketua Osis itu, bukannya kak Hana?"

"Hah? Bukan! Kak Hana itu wakil ketua Osis."

Mengerutkan alisnya, Alisa malah tambah bingung. Selama ini dia benar-benar berpikir kalau Hana adalah ketua Osisnya, tapi salah? "Tapi katamu yang wakil ketua itu kak Fiona."

"Iya, kak Hana dan kak Fiona memang dua-duanya wakil ketua Osis. Aku juga awalnya bingung, tapi pokoknya begitu." Balas Mary seadanya. "Semua orang menyebut mereka sebagai wakil ketua untuk diajak bicara dan wakil ketua untuk diajak berantem."

"...Perumpamaannya jahat sekali." Gumam Alisa yang tidak terlalu senang mendengarnya. "Terus ketua Osis itu yang mana?"

"Namanya kak Rei. Tapi rumor tentangnya agak simpang-siur, jadi Aku tidak begitu yakin orangnya seperti apa." Sahut Mary kelihatan berpikir sendiri. "Ada yang bilang dia baik, tapi ada juga yang bilang dia sama gilanya dengan kak Fiona, bahkan ada juga yang bilang kalau dia suka mengubur orang diam-diam. Jadi… Entahlah." Oceh Mary.

"Tapi kudengar dia punya klub penggemar, jadi mungkin orangnya ganteng, haha. Tapi yang pasti, katanya dia juga punya tatapan yang paling menyeramkan satu sekolah. Jadi kalau kau bertemu dengan orang yang bisa bikin orang takut hanya dengan tatapannya, katanya itu pasti kak Rei."

Mendengar penjelasan yang sulit dibayangkan seperti itu, Alisa hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya bingung karena tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Makanya daripada melanjutkan pembicaraan itu, Alisa pun memutuskan untuk mengembalikan topik utamanya saja. "Terus, tentang divisi yang dulunya mereka masuki itu?"

"Ah, benar juga." Sahut Mary yang jelas sudah lupa tentang topik gosipnya sendiri. "Mengenai itu, mengejutkannya adalah mereka semua tidak pernah masuk divisi apa-apa. Karena katanya mereka juga tidak pernah jadi anggota Osis."

"...Benarkah?"

"Iya! Jadi pada suatu hari yang aneh, tiba-tiba saja kak Rei memenangkan pemilihan ketua Osis. Lalu tidak lama kemudian dia mengumumkan kak Hana dan kak Fiona sebagai anggota Vip yang baru."

Alisa terdiam untuk meresapinya sejenak. "Meski mereka bukan anggota Osis sejak awal? Yang begitu bisa?"

"Itu dia. Harusnya tidak bisa." Balas Mary. "Kak Fiona juga sempat mengatakannya kemarin kan? Kalau menurut peraturan Osis, sebenarnya ada aturan yang mengharuskan kalau ketua Osis hanya bisa dipilih dari anggota yang sudah ada. Jadi fakta bahwa kak Rei bisa jadi ketua Osis saat itu… Pasti itu karena ada campur tangan dari ketua Osis sebelumnya."

"Ketua Osis sebelumnya?" Ulang Alisa.

"Habisnya, kan cuma ketua Osis yang bisa seenaknya melanggar peraturan." Jawab Mary yang agak tertawa sambil mengangkat bahunya. "Di sini, ketua Osis kebal dari peraturan apapun, kau tahu. Jadi terlepas dari semua peraturan yang jumlahnya ratusan itu, ketua Osis selalu bisa melakukan sebaliknya."

"...Aku yakin tidak segitunya." Balas Alisa. "Kalau misalnya anggota Osis yang lain keberatan dan protes semua, tentu saja ketua Osis tidak bisa menentang mereka semua kan?"

Tapi Mary yang mendengar itu malah memiringkan bibirnya seakan tidak yakin dia bisa mengiyakannya meskipun perkataan Alisa memang masuk akal. "Secara teori, harusnya sih iya. Tapi label 'ketua Osis' itu sejak awal memang disertai dengan gelar 'orang paling tidak terkalahkan di sekolah'. Jadi, entahlah."