webnovel

Queen And King Pada Masanya

"Lo gila, ya? Ngapain lo di sini?"

Kedatangan Arkala dan teman-temannya membuat seisi kelas mendapat tontonan gratis. Selain Celine yang datang tiba-tiba dan melabrak Arsena, kini mantan kekasihnya, Arkala ikut menyambangi dua wanita itu. Siap untuk menjadi penengah.

"Kal, dia cewek yang deketin kamu, kan?" Celine menunjuk wajah Arsena yang terlihat santai, tidak ada takut-takutnya sama sekali.

"Lo ngomong apaan, sih? Gue sama Arsena nggak ada hubungan apa-apa. Lagian ... kalaupun gue sama dia ada hubungan, apa urusannya sama lo?"

Arsena membulatkan mata lebar dan menatap Arkala. Apa-apaan ini!

"Heh, cowok sok ganteng, lo jangan bawa-bawa nama gue, ya. Mending kalian pergi deh, urus tuh masalah cinta belum kelar kalian berdua, jangan ribut di sini!"

"Eh, diem lo, ya!" Celine menunjuk wajah Arsena untuk yang kedua kalinya, dan kembali menatap Arkala. "Kal, kamu masih sayang kan, sama aku?" Dia meraih kedua tangan mantan kekasihnya di depan banyak orang. "Kalau iya, kenapa kita nggak balikan aja?"

"Cih!" Pemuda di depan Celine berdecih pelan, sambil tersenyum sinis. "Lo nggak usah berharap lebih lagi, Cel. Gue udah nggak mau sama lo. Hubungan kita udah berakhir dari sebulan yang lalu. Kenapa lo masih ngejar-ngejar gue?"

Drama yang dilakukan oleh sepasang mantan kekasih itu membuat Arsena bergidik geli. Pasalnya, dia melihat Celine yang memohon seperti itu di depan banyak orang.

"Eh, lo sadar dong, lo nggak malu apa, ngajak Arkala balikan di depan banyak orang kayak gini? Masih mending kalau tuh cowok nerima, tapi dia nolak, lho. Lo nggak malu?"

"Diem!"

Gadis cantik itu langsung merapatkan bibir, saat dibentak oleh dua antek-antek bawaan Celine. Dasar geng aneh.

"Kal, aku nggak peduli sama penilaian orang lain. Yang aku mau cuma kamu."

Aileen dan Arsena menopang dagu dengan ekspresi sedih. Rasanya seperti tengah menonton drama di televisi.

"Ikut gue!" Tidak tahan dengan tatapan aneh orang-orang, Arkala akhirnya membawa Celine keluar dari kelas mereka.

Arsena membuang napas pelan, lalu kembali dengan aktivitasnya.

Pagi ini kelas mereka tidak kedatangan guru. Namun, tadi pagi Eriko diberi tugas untuk mencatat rangkuman di buku masing-masing. Hingga beginilah keadaannya, semua orang yang ada di dalam kelas itu tidak ada satu pun yang melakukan tugas mereka. Kecuali Arsena dan Aileen.

Maklum, kelas IPS terkenal dengan mode nakalnya. Oh, tidak. Jangan lupakan siswa paling rajin di kelas itu, Alvaro.

Arsena menatap punggung Alvaro yang sama sekali tidak bergerak. Padahal dua menit yang lalu, temannya sudah membuat drama yang sangat heboh.

"Ay, si Alvaro emang kayak gitu, ya? Kok dia biasa aja sih, ngeliat temennya yang lagi ribut? Beda banget sama Gavin dan Matteo."

"Jangan heran, Sen. Dia kan emang kayak es, dingin, beku. Yang ada di pikiran dia itu cuma belajar, belajar dan belajar."

"Gila. Kalau ada kebakaran pun, pasti dia nggak akan lari." Arsena menggelengkan kepala takjub. Dia pikir orang-orang seperti itu hanya ada di dunia novel. Ternyata di dunia nyata pun ada.

Penasaran ingin melihat adegan selanjutnya, gadis dengan rambut digerai dan bando hitam yang menghiasi kepalanya, Arsena mengintip melalui jendela di sampingnya. Dia bisa melihat, ketegangan yang terjadi di antara Arkala dan Celine.

"Dasar pasangan prik."

***

"Sini lo!" Arkala menghempaskan tangan Celine dengan kasar. "Ngapain lo labrak Arsena, hah? Udah berasa paling jago, lo?"

"Kal, kamu kenapa jadi belain dia, sih? Kamu beneran suka sama dia?"

"Cel, yang ada di dalam pikiran lo itu apa, sih? Lo tahu sendiri kan, tipe cewek gue itu bukan kayak Arsena. Gue nggak mungkin suka sama dia."

Wajah Celine bersemu merah. Apa itu artinya ... Arkala masih mencintai dirinya?

"Tapi, gue juga nggak mungkin suka sama lo."

Wajah berseri itu lenyap seketika. Arkala memang jahat, padahal Celine sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik.

"Oke, gue ngerti. Tapi banyak yang bilang sama gue, kalau lo sama cewek tadi deket banget. Dan bahkan, dari awal dia masuk ke sekolah kita, kalian sering ribut."

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Gavin, Matteo dan Iqbaal tengah memperhatikan Arkala.

"Vin, emang mereka kenapa bisa putus, sih? Padahal si Celine salah satu siswi paling keren di sekolah ini." Iqbaal memang dekat dengan Arkala, tapi tidak mengenal lelaki itu hingga dalam-dalamnya.

"Kalau nggak salah, si Celine terlalu posesif. Dia selalu ngelarang Kala buat kumpul sama kita, dengan alasan takut ada cewek yang nyantol sama si bos," jawab Matteo, menjelaskan.

"Wajar sih, menurut gue." Iqbaal menanggapi, sembari mengusap dagunya. "Si Kala secakep itu, pasti lah Celine takut kehilangan dia."

"Ya ... tapi kan, dia juga cewek nggak bener." Gavin memang selalu begitu, lupa menjaga ucapannya sendiri. Bagaimana jika berita ini menyebar luas?

"Lo jangan sembarangan, Vin. Diem-diem aja, udah."

"Emang si Celine cewek nakal, ya? Cewek apa dia? Michat?"

Matteo memukul kepala Iqbaal agar menutup mulutnya. "Jangan diomongin di sini, bego! Kalau ada orang yang denger, gimana? Sebagai sesama manusia, kita harus menjaga aib seseorang. Sebelum Tuhan membongkar aib kita juga."

"Kalau gitu, kamu mau kan, balikan lagi sama aku? Kita bisa memulai hubungan ini dari awal lagi, Kal." Celine terus memohon tanpa malu. Bahkan, Ayu dan Anggita saling berpegangan tangan, tidak mengerti lagi dengan kelakuan teman mereka.

"Idih, emang lo siapa? Buat gue, anti yang namanya balikan sama mantan!"

"Kal, aku janji sama kamu. Aku janji, nggak akan posesif dan cemburuan lagi. Aku juga nggak akan ngelarang kamu buat kumpul sama geng kamu itu. Tapi plis, kita balikan lagi, ya?"

"Nggak." Arkala menyingkirkan cekalan tangan Celine di tangannya. "Lo jangan berharap apa-apa lagi sama gue. Nggak akan ada pernah ada kata balikan di antara kita." Pemuda itu pergi begitu saja, meninggalkan Celine dengan luka di hatinya.

Masa lalu hanya cukup untuk dikenang. Bukan untuk diulang. Arkala juga tidak mau terjebak ke dalam lubang yang sama.

Dia pernah mencintai Celine dengan teramat sangat. Dan bisa dibilang, keduanya adalah King And Queen di SMA Pasutri.

"Bos, gue salut sama pendirian lo. Ternyata lo nggak gampang goyah sama rayuan Celine," kata Gavin. Meskipun wajah dan tubuh Celine sangat sedap untuk dipandang, namun dia tidak akan rela jika Arkala menjalin hubungan dengan wanita sasimo.

Alias, sana sini mau.

"Nggak, lah. Gila aja lo. Emangnya gue sejelek itu, sampai harus balikan sama mantan?" Arkala menghentikan langkahnya di depan pintu. Kemudian dia menoleh ke samping, dan tidak sengaja tatapannya dengan Arsena bertemu.

"Apa lo liat-liat?" Semprot Arsena galak.