webnovel

Chapter 3

Meskipun nama tengah terdengar hanya sebagai nama tambahan, namun nama tengah adalah tanda berkah yang diberikan oleh dewi kehidupan, dewi Zoi pada setiap anak yang baru lahir. "Jika memang Alecia tidak memiliki nama tengah, ada dua kemungkinan. Pertama adalah Alecia belum pergi ke kuil untuk mendapatkan berkah, atau kedua keluarganya memang tidak ingin membawa Alecia mendapatkan nama berkah dan tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga inti," ucap Aric.

"Kemungkinan pertama itu tidak mungkin. Seharusnya Alecia sudah mendapatkan berkah minimal di umur satu tahun. Tapi, jika kemungkinan kedua itu bisa saja terjadi. Hanya saja kita tidak tahu apa alasan keluarga kandungnya tidak ingin mengakui anak itu sebagai putri keluarga mereka," ucap Takeo.

"Keluarga itu penuh dengan misteri … hah … sepertinya aku perlu menunggu hasil penelusuran dari Jade."

"Meskipun begitu, aku masih bingung. Kenapa kau sangat ingin mencari informasi mengenai anak yang pertama kali kau temui setelah kembali ke Everland?" tanya Takeo yang bingung dengan sikap sahabatnya ini.

"…"

Aric terdiam. Ia sendiri tidak tahu, mengapa ia ingin sekali membantu Alecia. Namun ada satu hal yang membuat Aric merasa ingin membantu gadis kecil itu. "Ekspresinya."

"Apa?"

Aric menatap Takeo. "Ekspresi gadis itu yang membuatku ingin membantunya."

"Memang, ekspresi apa yang di tunjukkan anak itu sampai membuat seorang Aric ini berusaha keras ingin membantu anak yang baru ia temui?" tanya Takeo sambil tersenyum kecil dengan nada menggoda.

Namun, Aric sedang tidak ingin bercanda dan menjawab dengan tanpa ekspresi. "Dia memiliki ekspresi seseorang yang memohon bantuan seseorang untuk menyelamatkan nyawanya."

Mendengar itu, senyuman Takeo langsung menghilang dan ekspresi berubah menjadi serius. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi yang kau maksud. Tapi, mendengar dari perkataanmu itu, sepertinya aku sedikit paham maksudmu … aku tidak tahu apa yang dilakukan keluarga Kishi sampai membuat gadis kecil seperti Alecia itu menunjukkan ekspresi seperti itu. Kalau begitu, apa yang perlu aku bantu?"

Aric menggelengkan kepalanya. "Kau tidak perlu melakukan apapun. Aku akan mengurus semuanya sendiri, jika aku sudah mengumpulkan cukup informasi, dan memastikan bagaimana sikap keluarga Kishi terhadap Alecia. Jika memang Alecia mendapatkan perlakuan yang buruk dari keluarga itu, aku akan membantunya."

"Hm … bagaimana kau akan membantunya? Kau tidak mungkin menjadikannya sebagai anggota keluarga Shamus, 'kan?" tanya Takeo dengan nada sedikit bergurau.

"Mungkin saja."

Takeo menganggukkan kepala. "Benar, itu tidak mung—tunggu, kau tadi bilang apa?!"

"Mungkin saja aku mengangkatnya sebagai bagian dari keluarga Shamus. Memang ada masalah?" tanya Aric bingung.

"Tentu saja! Apa kau sudah membicarakan hal ini dengan kedua orang tuamu? Dan juga, keluarga Shamus ingin mengangkat anak?! Seluruh keluarga berpengaruh yang mendengarkan hal itu pasti akan sangat senang dan berharap anak mereka menjadi bagian dari keluarga Shamus!"

"Benarkah? Aku tidak pernah memikirkan hal itu. Tapi tenang saja, aku tidak berniat menerima anak lain sebagai adikku kecuali Alecia. Karena bagiku, Alecia akan menjadi adik yang sangat manis dan lebih cocok di keluarga Shamus dari pada di keluarga Kishi," ucap Aric.

"Wow … kau bahkan belum tentu mengadopsi anak itu, tapi sikapmu sudah seperti kakak yang membanggakan adik kesayangannya," ucap Takeo yang tidak percaya dengan sikap sahabatnya saat ini.

***

Setelah selesai berbicara dengan Takeo dan mengantar sahabatnya kembali ke lapangan bola, Aric memutuskan untuk pulang. Begitu tiba di rumah, Jade menyambut kedatangannya dan menyerahkan hasil pencariannya mengenai keluarga Kishi.

Aric membawa dokumen itu ke perpustakaan dan membaca seluruh informasi yang di dapatkan Jade. Aric terlihat sangat kesal saat membaca informasi yang di dapatkan Jade. Jade berhasil mendapatkan informasi mengenai usaha yang dijalankan keluarga Kishi, siapa investor perusahaan keluarga Kishi, bahkan hingga perlakukan keluarga Kishi terhadap Alecia setelah anak itu lahir.

Aric yang sangat kesal menggenggam kertas laporan itu dengan sangat kuat dan memukulkan tangannya di meja sehingga meja yang biasa ia gunakan untuk membaca itu hancur berkeping-keping. "Jade."

Mendengar panggilan dingin Aric, Jade masuk ke perpustakaan dan melihat Aric yang menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Namun, ia dapat merasakan aura menakutkan dari tatapan yang ditunjukkan tuan mudanya. "Anda memanggil, tuan muda?"

"Siapkan video komunikasi kepada ayah dan ibu. Aku ingin berbicara dengan mereka hari ini," ucap Aric.

"Baik, tuan muda."

Setelah itu, Jade berjalan meninggalkan perpustakaan untuk melakukan perintah Aric. Aric yang masih berada di perpustakaan merasa sangat kesal saat membaca isi dari laporan Jade itu. Tatapannya tertuju kepada tiga foto yang merupakan pasangan suami istri keluarga Kishi, dan putra mereka.

***

<Hai Aric!!>

Setelah tersambung dan memperlihatkan dua layar yang terlihat sosok pria berambut kuning emas dan bermata biru dengan mengenakan seragam militer, dan layar satunya terlihat wanita berambut cokelat tua dan bermata hitam yang tersenyum ceria kepada Aric, Jade meninggalkan ruangan yang menjadi tempat untuk komunikasi video.

<Bagaimana kabar putra ibu?>

"Aku baik-baik saja, ibu. Kapan kalian akan kembali?"

<Ibu akan kembali dua minggu lagi. Setelah ibu kembali, bagaimana jika kita jJade-jJade?>

"Baiklah, kebetulan aku sedang berlibur."

<Baguslah!!>

<Ehem…>

Pandangan Aric langsung tertuju kepada pria yang mirip dengan Aric hanya saja terlihat lebih tua darinya. "Bagaimana keadaan di markas, ayah?"

<Sama seperti biasa. Kau tidak perlu terburu-buru kembali ke markas. Karena kita tidak seperti akan berperang, jadi kau bisa sedikit lebih santai di rumah.>

"Baik, terima kasih."

<Hah … kalian ini selalu saja terlihat kaku jika berbicara.>

Kini Aric kembali menatap ibunya lalu tersenyum kaku. "Aku menghubungi kalian karena ada permintaan yang ingin katakan kepada kalian," ucap Aric yang ekspresinya kembali terlihat tajam.

<Permintaan?>

<Jarang sekali kamu meminta sesuatu, Aric. Ada apa?>

"Aku ingin mempunyai adik."

Suasana menjadi hening hingga kedua orang tua Aric berteriak dengan ekspresi terkejut. <Apa?!>

Aric sangat jarang meminta sesuatu kepada orang tuanya dari kecil. Sehingga kedua orang tuanya cukup bersemangat saat putra tunggal mereka meminta sesuatu. Namun, saat mendengar permintaan putranya itu, cukup membuat mereka sangat terkejut. Karena permintaannya bukan barang atau sesuatu yang bisa di dapatkan dengan mudah, melainkan seorang adik.

<Aric, sayang … kami sangat senang kalau kamu menginginkan sesuatu, dan tentu saja kami sebagai orang tua akan menuruti permintaanmu. Tapi, kalau seorang adik … sepertinya akan sedikit sulit,> ucap ibu Aric sambil tersenyum kaku.

<Tidak hanya sulit. Itu tidak mungkin di lakukan, seorang anak bukanlah barang yang mudah di dapatkan, dan juga kami sedang sibuk. Jadi, itu tidak mungkin,> ucap ayah Aric.

"Hah … Aku tidak bilang kalian harus 'membuat'nya secara langsung. Aku hanya ingin kalian mengangkat seorang anak perempuan untuk menjadi adikku," ucap Aric.

<Eh? Maksudmu, mengadopsi anak?>

Aric menganggukkan kepala. Kedua orang tua Aric terlihat saling bertatapan sebentar lalu kembali menatap putra mereka. <Kami bisa saja melakukan itu jika memang itu maumu, dan keluarga kita tidak akan melihat latar belakangnya. Tapi, kenapa kamu tiba-tiba ingin mempunyai adik, Aric?>

Aric langsung menceritakan semua pertemuannya dengan Alecia dan bagaimana keluarga Kishi memperlakukannya dari bukti-bukti dan informasi yang di dapatkan Jade. Ibu Aric terlihat sangat terkejut mendengar penjelasan Aric, dan ekpresi ayahnya terlihat sangat dingin. <Bagaimana bisa mereka bersikap sekejam itu kepada gadis kecil, apalagi itu adalah putri mereka sendiri.>

"Ayah, aku akan mengirimkan informasi mengenai bisnis keluarga Kishi yang berhasil di dapatkan Jade. Sepertinya ayah harus mengetahui informasi ini," ucap Aric.

<Hah … baiklah.>

"Aku juga akan mengirimkan data dan informasi lainnya mengenai Alecia kepada kalian. Jadi, aku harap kalian bisa mempertimbangkannya lebih dulu," ucap Aric.

<Baiklah, kami akan mempertimbangkannya,> ucap ayah Aric.

<Aric, sayang … jika kamu membutuhkan sesuatu yang lain. Kamu bisa mengatakannya secara langsung kepada kami. Kami pasti akan selalu mendukungmu dan selalu ada untukmu.>

"Terima kasih, ibu. Aku baik-baik saja," ucap Aric sambil tersenyum ceria.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Aric memutus hubungan video komunikasi lalu mengembuskan napas pelan. "Jade."

"Ya, tuan muda?"

"Kirimkan semua informasi yang kau dapat kepada ayah, dan kirimkan data diri mengenai Alecia dan sikap keluarganya kepada ibu. Ibu tidak perlu informasi mengenai perusahaan Kishi," ucap Aric.

"Baik, tuan muda."

Setelah Aric meninggalkan ruang video komunikasi, ia berjalan melewatir lorong-lorong kamar yang ada di lantai dua. Lantai dua berisikan kamar orang tuan Aric, kamarnya, perpustakaan pribadi Aric, ruang kerja Aric dan ayahnya, ruang senjata, ruang keluarga dan tiga kamar tamu. Sedangkan lantai satu berisikan dapur, perpustakaan yang umum, ruang makan, ruang tamu, dan kamar pekerja di rumahnya.

Aric terlihat membuka setiap kamar tamu dan memperhatikan isinya. "Hm…"

Setelah selesai memperhatikan bagian dalam setiap kamar Aric berjalan memasuki ruang kerja yang berada di seberang kamarnya. Aric mengambil beberapa buku dan meletakkannya di atas meja lalu mengambil kertas dan mulai menggambarkan sesuatu di atasnya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang menganggu kegiatannya. "Masuk."

"Tuan muda, saya mendapatkan informasi jika nona Alecia Kishi tengah melarikan diri dari kediaman Kishi dan kini sedang berada di taman biasa dia bermain," ucap Jade.

Aric langsung bangkit dari kursinya dengan terkejut."Apa?!"

Ia melihat kearah jendela yang ada di belakangnya dan terlihat di luar jendela hari tengah malam, lalu Aric kembali menatap Jade. "Pastikan mereka mengawasi Alecia sampai aku tiba," ucap Aric.

"Baik, tuan muda."

Setelah itu, Jade segera meninggalkan Aric, dan Aric berjalan dengan cepat menuju garasi rumahnya. Ia mengendarai motor menuju ke taman yang biasa menjadi tempat bermain bagi Alecia. Begitu tiba di taman itu, Aric dapat melihat gadis kecil berambut merah yang tengah duduk di kursi taman dengan wajah yang ditutupi kedua lututnya.

Aric berjalan mendekati gadis kecil itu lalu berlutut di hadapannya dan tersenyum. "Alecia."

Mendengar namanya di panggil, Alecia mengangkat kepJadeya dan melihat Aric dengan mata besarnya yang basah karena air mata. "Kakak kan yang waktu itu … hm …"

"Oh, sepertinya aku lupa memperkenalkan diri. Aku minta maaf, kamu bisa memanggilku Aric," ucap Aric tanpa menghilangkan senyumannya.

Alecia menganggukkan kepala. "Kenapa Alecia malam-malam sendirian di sini?" tanya Aric.

"Acu tidak ingin puyang," ucap Alecia sambil mengembungkan kedua pipinya.

"Apa keluarga Alecia bersikap buruk kepadamu, sampai kamu tidak ingin pulang?"

Alecia menganggukkan kepala. "Kakak selalu menggangguku dan mengatakan acu anak bodoh, ibu selalu memukul dan biyang acu anak terkutuk, dan ayah tidak pernah puyang…"

Air mata kembali mengalir dari sudut mata gadis kecil itu. Aric mengambil sapu tangannya lalu mengusapkan air mata Alecia dengan lembut. "Apa kamu mau meninggalkan rumah itu?"

Alecia menganggukkan kepala. "Tapi … acu masih kecil, jadi itu tidak mungkin."

Aric cukup terkejut saat Alecia mengatakan hal itu. Untuk anak berusia lima tahun, Alecia termasuk anak yang pintar jika ia dapat berpikir anak berusia lima tahu tidak mungkin bisa selama di dunia yang berbahaya seperti saat ini. "Kakak akan membantumu," ucap Aric.

"Kak Aric?"

Aric menganggukkan kepala. "Tapi, kamu harus menunggu beberapa hari, baru kakak bisa membantumu keluar dari rumah itu. Bagaimana?"

"Apa kakak berjanji akan membantuku keluar dari rumah itu? Kalau kakak bisa, acu berjanji akan melakukan apa saja unyuk membalas kakak," ucap Alecia.

Aric tersenyum ceria lalu mengusap kepala Alecia dengan lembut. "Sekarang, kamu harus kembali dulu. Karena hari sudah sangat malam dan akan sangat berbahaya bagimu. Meskipun taman ini ada di depan rumah keluargamu," ucap Aric.

"Acu tidak ingin kembali … tapi, kalau kakak bilang begitu dan kakak akan membantuku. Acu akan berusaha bertahan di rumah itu," ucap Alecia.

"Bagus, tolong bersabar sedikit ya," ucap Aric.

Alecia menganggukkan kepala lalu berlari meninggalkan Aric. Aric memperhatikan Alecia sampai gadis itu masuk ke kediaman keluarga Kishi sebelum senyumannya menghilang. "Tolong bersabar sebentar, Alecia. Kau akan segera meninggalkan keluarga kejammu itu," ucap Aric lalu berbalik. "Awasi terus kediaman Kishi."

Meskipun ia berbicara pelan, seseorang yang sedari tadi mengawasi dan menjaga Alecia sebelum Aric tiba dapat mendengar perkataannya dan angin berembus kencang bersamaan Aric yang mengendarai motornya kembali ke rumah.

Bersambung…

Terima kasih telah mengikuti cerita ini

Sampai jumpa lagi

Like it ? Add to library!

DementiviaKcreators' thoughts