webnovel

Chapter 2

Setelah memerintahkan Jade untuk mencari informasi mengenai keluarga Kishi, Aric mengurung diri di kamarnya hingga waktu makan malam. Setelah makan malam, ia akan kembali mengurung diri di kamar. Ia mengurung diri di kamar karena sedang mencari tahu informasi mengenai keluarga Kishi melalui berita-berita selama lima tahun terakhir.

Karena ia tahu jika Jade akan mencari informasi di luar berita mengenai keluarga Kishi. Aric tahu jika ini bukan urusannya. Namun, melihat ekspresi yang di tunjukkan gadis kecil itu membuat Aric tidak bisa membiarkannya begitu saja. Meskipun apa yang dilakukan Aric ini bisa di anggap sebagai sikap pahlawan, keadilan atau apapun itu.

Namun, Aric tidak pernah berpikir apa yang ia lakukan untuk menjadi sosok keadilan atau apapun itu. Ia hanya merasa jika ada yang salah dengan keluarga Kishi. Mata Aric yang fokus menatap layar komputernya langsung tertuju pada salah satu artikel yang ia lihat dan langsung memperlihatkan ekspresi terkejut.

'Perayaan Ulang Tahun Pewaris Keluarga Kishi'

Saat membuka artikel dan membaca penjelasan mengenai perayaan ulang tahun pewaris keluarga Kishi. Aric dapat melihat foto seorang pria, seorang wanita yang tadi ia temui dan seorang anak laki-laki berusia lima belas tahun. Ia membaca artikel itu dengan teliti. Namun apa yang ia cari tidak ada di sana.

"Dimana putri keluarga Kishi? Alecia Kishi."

Apa yang di cari oleh Aric dalam artikel itu bukanlah berita mengenai keluarga Kishi, melainkan informasi mengenai putri keluarga Kishi, Alecia Kishi. Namun, di setiap artikel yang membawa berita mengenai keluarga Kishi, Aric tidak pernah melihat berita yang menginformasikan nama Alecia Kishi. Seperti keluarga Kishi hanya memiliki satu anak, dan putri mereka yang bernama Alecia Kishi itu tidak pernah ada.

Aric yakin, jika Alecia itu memang nyata dan ada. Namun, yang membuat Aric bingung adalah jika memang keluarga Kishi merupakan salah satu keluarga pengusaha sukses. "Mengapa Alecia tidak disebut sama sekali dalam setiap berita lima tahun terakhir?"

Aric menutup artikel pada komputernya lalu membuka data pribadi milik keluarga Shamus yang mendata anggota keluarga di distrik Potelis. Setelah memasukan kata sandi dokumen rahasia, Aric langsung mencari nama keluarga Kishi. Saat berhasil menemukan nama keluarga Kishi, ia langsung berdiri dengan ekspresi terkejut.

"Alecia Kishi tidak terdaftar dalam data keluarga Kishi!"

***

Sinar mentari mulai terlihat mengintip dari ujung dunia. Seperti biasanya Aric menikmati sarapannya dengan tenang dan hanya di temani Jade yang menunggu di ujung ruang makan. Setelah selesai, Aric meletakkan minumannya yang telah kosong. "Jade."

"Ya, tuan muda?"

"Apa kau sudah mendapatkan informasi mengenai keluarga Kishi?" tanya Aric.

"Seluruh informasi akan selesai di kumpulkan siang nanti, setelah memeriksa secara langsung kondisi kediaman keluarga Kishi," ucap Jade.

"Bagus, pastikan kau mendapatkan semua informasinya sekecil apapun itu. Hari ini aku akan pergi ke distrik Atlima. Aku ingin semua informasi sudah ada setelah aku kembali," ucap Aric.

"Baik, tuan muda."

Setelah itu, Aric berjalan meninggalkan ruang makan dan memasuki garasi. Ia membuka kain penutup motornya lalu mengenakan helm dan melajukan motornya keluar dari rumah. Aric sengaja menjJadekan motornya melewati taman yang menjadi pertemuan pertamanya dengan Alecia. Ia menghentikan motornya di bawah pohon dekat taman dan memperhatikan gadis kecil berambut merah yang tengah bermain sendirian.

Tiba-tiba ia merasa phonselnya bergertar dan menekan tombol di helmnya yang tersambung langsung dengan phonselnya. "Ada apa?"

<Aric, kau ini ... kapan kau akan datang?>

"Dua jam lagi."

<Hah … baiklah, aku akan menunggumu di lapangan bola. Aku ada jadwal melatih tim bola.>

"Jadi itu alasan kenapa aku harus jauh-jauh ke distrik Atlima untuk menemuimu?"

<Haha … mau bagaimana lagi, aku sedang diminta untuk melatih tim bola Everland selama satu bulan. Jadi, aku harus menginap di sini dan tidak bisa menemui langsung di rumahmu.>

"Bukankah distrik Atlima tidak begitu jauh jika mengendarai mobil atau motor?"

<Aku terlalu malas. Jadi, aku meminta pelatih tim bola untuk menyiapkan penginapan di distrik Atlima selama aku melatih timnya.>

"Kau ini tidak pernah berubah," ucap Aric lalu tatapannya terhenti pada sosok Alecia yang ditarik dengan kasar oleh wanita yang memperkenalkan diri sebagai ibu gadis itu. "Aku akan menutup telepon."

<Ah … Hei!>

Aric langsung memutuskan telepon sambil terus fokus menatap Alecia yang berusaha lepas dari ibunya. Setelah itu, mereka masuk ke rumah yang tidak jauh dari taman. "Jadi itu kediaman keluarga Kishi. Ternyata mereka tidak begitu jauh dari rumah," ucap Aric.

Setelah sosok Alecia tidak terlihat lagi, Aric langsung melajukan motornya meninggakan distrik Potelis.

***

Setelah menempu perjJade sekitar kurang lebih dua jam, akhirnya Aric tiba di lapangan bola yang biasa menjadi tempat latihan untuk tim bola nasional. Ia memaskirkan motornya di samping mobil berwarna merah yang sangat dikenalinya. Saat masuk ke lapangan, Aric langsung mencari sosok keberadaan sahabatnya itu. Namun, ia tidak menemukan sosok sahabatnya sekitar lapangan.

"Di mana anak itu?" tanya Aric bingung sambil mengeluarkan phonselnya dan akan menghubungi sahabat yang sudah delapan tahun tidak ia temui itu. Namun, pergerakannya terhenti saat mendengar suara pria dari belakang yang memanggil namanya.

"Aric!"

Aric berbalik dan melihat seorang pria berambut biru tua pendek yang berjalan kearahnya dengan membawa kantung belanja di tangan kanan dan tangan kiri yang melambai kepadanynya. "Apa kau menunggu lama?"

Aric menatap sahabatnya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki sebelum menjawab pertanyaan pria dihadapannya. "Tidak, aku baru saja tiba."

"Baguslah … wah, sudah lama sekali tidak bertemu," ucap pria itu.

"Benar. Sepertinya sudah delapan tahun tidak bertemu, Takeo," ucap Aric.

"Haha … benar, sudah delapan tahun … tunggu sebentar," ucap Takeo lalu berlari meninggalkan Aric.

Aric memperhatikan sahabatnya menyerahkan kantung belanja kepada salah seorang pria yang terlihat sebagai pelatih tim sepak bola Everland itu lalu berlari kembali menghampirinya. "Baiklah, aku memiliki waktu istirahat selama satu jam. Bagaimana jika kita pergi ke café yang tidak jauh dari sini?"

Aric menganggukkan kepala lalu berjalan bersama Takeo menuju café yang jaraknya sangat dekat dengan lapangan sepak bola. Café itu berada tepat di seberang lapangan sepak bola, sehingga kedua pria itu hanya perlu berjalan melewati jembatan penyeberangan.

"Selamat datang, ingin pesan apa kak?" pelayan yang menjaga kasir dengan senyuman cerianya menyambut kedatang Aric dan Takeo.

"Hm … aku akan pesan Strawberry Milkshake," ucap Takeo yang membuat Aric menatapnya. "Kenapa?"

Aric menggelengkan kepJadeya sambil tertawa kecil. "Kalau begitu aku pesan Americano."

Takeo langsung menggerakkan tangannya dengan cepat untuk membayar pesanan mereka sebelum Aric dapat merespon. Aric menatap sahabatnya yang tersenyum ceria itu dengan ekspresi terkejut. "Anggap saja ini sebagai tanda selamat datang kembali dariku."

"Hah … baiklah."

Setelah membayar, Takeo dan Aric membawa minuman pesanan mereka menuju tempat duduk yang ada di ujung ruangan dekat dengan jendela yang memperlihatkan jJadean. "Uwah … memang minuman di sini yang terbaik!" ucap Takeo senang.

"Kau ini, sudah alam tidak bertemu, tapi kau tidak berubah sama sekali," ucap Aric.

"Haha … bukankah itu hal yang baik?"

Aric menganggukkan kepala setuju. "Itu hal yang baik."

"Sekarang kau sudah selesai menjJadekan pelatihan. Apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan kembali ke menjadi kapten di pasukan pertahanan?" tanya Takeo.

Aric menggelengkan kepJadeya. "Aku mengambil cuti. Aku tidak tahu berapa lama cutiku, jadi untuk sementara aku tidak ada kegiatan lain."

"Baguslah! Setelah urusanku melatih di sini selesai, kita bisa sering-sering bermain seperti dulu. Setelah kau menjadi kapten di usia dua puluh tahun, kau menjadi sangat sibuk dan sulit dihubungi selama tiga tahun, lalu memutuskan untuk melakukan pelatihan selama lima tahun. Hah … apa kau tidak kasihan dengan sahabatmu ini yang merasa bosan karena tidak memiliki teman selain dirimu untuk aku ajak bermain?"

"Dari pada bermain-main, kenapa kau tidak fokus dengan pekerjaanmu saja? Meskipun kau saat ini hanya menjadi pelatih magang. Kau kan akan meneruskan perusahaan ayahmu," ucap Aric.

"Hah … aku tahu. Tapi, itu akan aku pikirkan nanti setelah ayah pensiun," ucap Takeo dengan malas.

Aric hanya bisa menggelengkan kepJadeya. Meskipun Takeo terlihat seperti sosok yang suka bermain-main dan pemalas, namun Aric sangat mengenali sahabat masa kecilnya ini. Di balik senyuman cerianya itu, Takeo adalah sosok yang tegas dan teliti, ia bahkan sangat pandai dalam IT. Sehingga Aric tidak akan terlalu menghawatirkan kondisi sahabatnya nanti saat ayah Takeo pensiun dan memberikan seluruh urusan perusahaan kepada putra tunggalnya.

"Kalau begitu, setelah pelatihanmu di sini selesai, kau bisa datang ke rumahku kapanpun, tapi kau harus memberi tahu lebih dulu sebelum datang. Jika kau memberitahu setelah kau berada di depan rumahku. Aku akan meminta Jade mengusirmu," ucap Aric.

"Haha … baik-baik."

Aric meminum minumannya lalu menatap Takeo tajam. "Takeo, apa kau tahu berita mengenai keluarga Kishi?"

Takeo menatap Aric dengan ekspresi bingung. "Keluarga Kishi? Kenapa kau tiba-tiba penasaran dengan keluarga itu?"

"Jawab dulu pertanyaanku."

"Baik, baik … aku hanya tahu kalau keluarga Kishi itu adalah keluarga pengusaha kecil yang mulai sukses akhir-akhir ini. Kalau tidak salah sekitar enam tahun terakhir, bisnis mereka mulai membaik. Meskipun masih tidak sebaik dengan perusahaan keluarga Grissham."

"Bisnis mereka mulai membaik enam tahun terakhir?" tanya Aric.

Takeo menganggukkan kepala. "Benar … kenapa? Menurutku itu bukanlah hal yang aneh. Memang awalnya mereka perusahaan yang dikabarkan akan bangkrut, tapi sepertinya mereka berhasil menemukan investor yang memberikan investasi besar pada perusahaan mereka."

"Kalau begitu, apa kau mengenal anggota keluarga Kishi?"

"Tentu saja. Itu karena aku pernah datang di pesta keluarga Kishi. Kalau tidak salah ingat, mereka pasangan suami istri yang hanya memiliki putra tunggal. Hm … kalau tidak salah nama putra mereka itu Hideoki Jun Kishi."

"Apa kau yakin mereka tidak memiliki putri bernama Alecia Kishi?" tanya Aric.

Takeo menganggukkan kepala. "Aku sangat yakin. Karena saat pesta itu, hanya ada pasangan Kishi dan putra mereka. Jika memang mereka memiliki putri bernama Alecia Kishi, pastinya…"

Tiba-tiba Takeo berhenti berbicara dan menatap Aric dengan ekspresi terkejut. "Aric … apa kau yakin nama anak itu Alecia Kishi?"

"Ya, kenapa?" tanya Aric.

"Dia tidak memiliki nama tengah."

Aric yang baru menyadari hal itu langsung menunjukkan ekspresi terkejut. Menurut peraturan negara, setiap anggota resmi keluarga harus memiliki nama tengah untuk kelas atas ataupun kelas bawah. Hal itu karena menunjukkan jika anak keluarga itu menjadi bagian dari keluarga secara resmi yang mendapatkan berkah dari Dewi Zoi. Jika salah satu anggota keluarga tidak memiliki nama tengah di saat mereka lahir, maka ia di anggap bukan bagian dari anggota keluarga inti.

Bersambung…

Like it ? Add to library!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

DementiviaKcreators' thoughts