Sekolah sudah dibuka

Hari ini, untuk pertama kalinya, kami para murid masuk seperti biasanya, kami tidak langsung belajar karena guru-guru masih ada yang harus mereka kerjakan.

setelah upacara bendera, kami dikelas hanya bisa mengobrol sesama kami saja, membuat kelucuan, dan berbagai hal lainnya.

"Gak bisalah To, Lu mah jadi orang yang bener dikitlah, ini dan ini beda."

bantah Dimas kepada-ku, kami sedang mengobrol masalah buku yang baru saja kami beli waktu itu, Tentang tokoh-tokoh sampingan dibuku itu.

"Gak Mas, aku yakin maidnya cantik, rambut pandek dan berbanana. kamu lihat aja nih di Hp-ku ini, maid ya kayak gini semuanya, rata-rata kayak gini."

Ujar-ku, memperlihatkan foto maid di hp-ku, kali ini dia tidak bisa lagi membantah perkataan ku barusan.

"Pokoknya imejenasi-ku kayak gini."

ujarnya menulis sesuatu dibuku tulis miliknya, dan kemudian memperlihatkan tulisan itu.

yakni, apa yang dia tulis tak lain tentang observasi tokoh maid, berambut panjang yang dikepang, memakai baju mini yang memperlihatkan cetakan buah dadanya, rok pun mini, yang memperlihatkan paha super mulus, ini imejenasinya udah liar sekali, aku juga bisa langsung dapat membayangkan bentuk maid itu.

"Pikiran-mu kotor sekali kawan."

Ucap-ku kepadanya setelah itu tertawa terbahak-bahak bersamanya.

"Asyik sekali kalian mengobrol."

kini datang satu-nya lagi, bertambahlah personil kami, mengobrol tentang yang tadi kami bicarakan berdua.

"Kalau aku? maidnya mah pakai bikini, super minim." jelas Edo, kepada kami berdua

yang ini lebih kotor pikirannya.

Tak terasa waktu cepat berlalu, jika ini... waktu ini adalah waktu kegiatan belajar, aku... rasa bahwa waktu cukup lama sekali berjalan.

"Abang udah pulang, Ibu lagi duduk dirumah bi Mia."

Ucap adik-ku, lalu berkata kalau mau makan udah ada ditudung saji lauknya.

setelah itu dia langsung pergi bermain, Ah... bagai mana cara-ku untuk meringankan pengeluaran keluarga kami?

pekerjaan apa yang tidak menguras banyak waktu belajar-ku, namun menghasilkan uang banyak?

Aku ingin sekali bekerja.

Esok hari, kami mulai belajar sebagai ketua osis kadang nama-ku selalu dipanggil lewat pengeras suara, ini sangat mengganggu-ku, aku hanya ingin belajar disaat ini.

"Sucipto, tolong coba pakaian osis baru ini, dan jangan lupa jaz nya." Ucap kepala TU kepada-ku, menyuruh-ku memakai baju osis.

"Kita besok akan kesekolah lain, Buat menghadiri rapat tentang perkenaan lomba antar sekolah sekabupaten."

ucap beliau lagi, lalu menaruh lagi pakaian yang aku coba tadi kedalam platsik, kemudian memberikan pakaian itu kepada-ku.

"Ini seragam osis baru kalian, kalau celana masih baguskan?"

Setelah itu, aku kembali kekelas-ku, mengikuti pembelajaran lagi, menulis catatan yang ada dipapan tulis, hingga bell istirahat berbunyi.

"Ah!?"

"Aku bilang kamu udah ada pacar atau belum tuli!?" Ucap teman-ku bernama dimas mengulangi lagi ucapannya, dan langsung kujawab belum.

Ya... pacar?

Aku belum tertarik akan hal itu, aku lebih tertarik tentang bagai mana aku bisa menghasilkan uang yang bayak, untuk kebutuhan ku saja, agar aku bisa sedikit meringankan beban orang tua.

"To makan! jangan belajar terus."

ucap ayah-ku, menutup buku cetak milik-ku, kemudian menggenggam erat pergelangan tangan-ku, dan tiba-tiba ia seret diri-ku kemeja makan.

"Makan nih." dia sendok nasi sebayak yang ia mau, lalu meberikan piring yang berisi nasi yang kayak prototype gunung krakatau itu kepada-ku.

"Ayah...!"

Teriak-ku, dia hanya tertwa dan kemudian menyuruh-ku makan, Haah...