webnovel

AndurA

Dua sosok berbeda dalam satu tubuh. Itulah aku! Gelap, kelam, dan tak tersentuh! Itulah sisi lain dar bayangan tergelapku. Lalu sisiku yang lain seakan tersingkir sejak aku kehilangan semua hal yang kusayangi. Mereka, para Pangeran Iblis itu, menghancurkan hidupku! Hingga aku harus melenyapkan mereka semua dalam satu sentuhan hingga lenyap bagai debu!

Ellina_Exsli · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

9. The dark Axelia II

Arven terpaku dengan hal yang Axelia lakukan. Kerajaan Orthon kembali berdiri dalam waktu singkat. Semua terlihat sama dengan kemegahan yang Raja dahulu inginkan. Axelia tersenyum miris dan menitikkan air mata, membuat Arven mendekat pelan.

"Yang Mulia,"

"Aku baik, Arven. Ini sudah sangat lama. Tunjukkan saja padaku dimana kelima kerajaan tersebut. Lalu kembalilah untuk melindungi kerajaan kita dari siapapun."

Arven mengangguk. Arven berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan pada Axelia. Axelia melangkah dengan menatap ekor Arven yang bersinar terang.

"Arven, kau-"

"Benar, Yang Mulia. Hamba seorang rubah berekor sembilan. Hamba salah satu iblis tingkat tinggi yang dapat menyamar merupai apapun. Termasuk binatang-binatang terkuat yang telah punah."

Axelia mengangguk mengerti dengan penjelasan Arven. Mereka melangkah bersama hingga Arven menunjukkan semua letak kerajaan musuh pada Axelia. Axelia tersenyum sinis dan menatap Arven sesaat.

"Pulanglah, jaga kerajaan kita. Biarkan aku yang memulai permainan."

Arven mengangguk dan mulai berlari cepat. Merubah bentuknya menjadi seekor rubah berekor sembilan dengan bulu-bulu yang memancarkan cahaya api. Terus berlari hingga sampai di kerajaan Orthon dan menjaga kerajaan tersebut dengan seluruh kekuatannya.

Axelia menghilang diiringi kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya. Berjalan anggun saat dirinya telah tiba di kerajaan Belphegor. Axelia tersenyum manis dan memetik setangkai bunga mawar merah. Terus melangkah hingga memasuki lorong pribadi kerajaan tersebut. Seluruh penjaga iblis tak dapat melihat Axelia dan tak bisa merasakan kehadirannya. Axelia terus melangkah hingga melihat anak tangga menuju ruangan yang lebih tinggi. Axelia berhenti saat merasakan langkah seseorang yang ia cari telah dekat.

Dari arah berlawanan, Axenio tengah berjalan menuruni tangga dengan menunduk. Axelia tersenyum saat matanya menangkap sosok Axenio yang masih belum menyadari kehadirannya. Axelia menjatuhkan bunga mawar merah di tangannya dan hanya berdiri dengan senyum yang memikat. Menunggu Axenio menyadari kehadirannya.

Axenio yang melangkah pelan terhenti saat melihat setangkai mawar merah tergeletak di lantai. Axenio menunduk untuk mengambil bunga mawar merah tersebut. Namun matanya menangkap sepasang kaki putih yang berdiri tak jauh dari bunga yang telah berada ditangannya.

Dengan pelan mata Axenio mengikuti kaki putih tersebut sambil berdiri. Tatapan matanya jatuh pada wajah Axelia yang tengah tersenyum manis untuknya.

Membeku! Ya, Axenio seakan terbius dengan kecantikan Axelia. Axelia melangkah mendekati Axenio dan menyentuh wajah Axenio yang masih menatapnya tanpa berkedip. Perlahan jari tangan Axelia mulai turun ke dada Axenio. Hal tersebut membuat Axenio seakan tak bisa bernapas. Bahkan bibir Axenio seakan kelu untuk mengucapkan sesuatu. Axelia semakin tersenyum lalu berlalu dari hadapan Axenio. Ekor mata Axenio mengikuti langkah kaki Axelia yang semakin jauh lalu menghilang begitu saja.

Lima menit kemudian Axenio tersadar dan mencoba mengejar bayangan Axelia. Namun semua menghilang tanpa jejak dan hanya meninggalkan aroma wangi yang begitu khas di hidung Axenio. Axenio kembali menatap mawar merah di tangannya. Perlahan mawar merah tersebut ikut menghilang dan menyisakan debu.

"Siapa dia?" tanya Axenio pelan. Sekelebat wajah Axelia yang tersenyum telah mengisi seluruh mata Axenio hingga Axenio berpikir keras malam ini.

***

Di lain tempat, Axelia telah sampai di kerajaan Valafar dengan singkat. Axelia berjalan melewati tonggak" penyanggah ruangan kerajaan dan tersenyum saat melihat Evard tengah berjalan tak jauh darinya. Axelia melangkah cepat dan menghilang di antara tonggak-tonggak yang ada. Kepekaan Evard akan sekitarnya membuatnya menoleh dan mencari tahu akan hal tersebut. Namun semua hanya ruang kosong yang tak ada siapapun selain dirinya.

Evard kembali melangkah saat tak mendapati apa-apa di belakangnya. Namun langkah Evard terhenti saat sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Evard menatap dua tangan mungil yang ada di perutnya. Lalu menoleh ke samping dan terpaku akan sosok yang memeluknya. Perlahan tangan Evard tergerak untuk menyentuh wajah Axelia. Senyum Axelia merekah saat jemari Evard menyentuh pipinya pelan. Lalu Axelia melepaskan pelukannya begitu saja dan melangkah menjauhi Evard. Menghilang bagai debu hingga saat Evard membalikkan badannya dan terpaku karena tak menemui siapapun.

Evard terdiam dan melihat jemarinya. "Dia terasa nyata. Fransya La-" Evard terdiam kala menyadari bahwa tunangannya telah tiada. Tatapan matanya meredup saat mengingat senyum terkembang dari wajah wanita yang memeluknya sangat jauh berbeda dengan tunangannya.

"Tidak, dia bukan Fransya. Lalu siapa?" Evard bergegas mengelilingi ruangan istananya. Namun tak ada jejak sedikitpun yang dapat Evard temukan.

***

Axelia tersenyum puas karena telah berhasil menemui dua orang musuhnya. Kali ini Axelia berada di kerajaan Aguares. Axelia telah duduk di kursi meja rias milik Revander. Axelia memegang sebuah kaca oval dan tersenyum puas saat melihat Revander tengah berdiri menatap luar dari jendela balkon kamarnya. Axelia melangkah dan mendekati Revander. Menyentuh pundak Revander lembut hingga Revander menoleh pelan.

Revander terpaku saat Axelia tersenyum manis. Bahkan ia baru menyadari ada seseorang yang cantik di dalam kamarnya. Dalam keterpakuan Revander, Axelia menyentuh bibir tipis Revander sesaat hingga membuat Revander kian terpaku. Axelia tertawa kecil melihat ekspresi-ekspresi yang dikeluarkan oleh tiga pangeran tampan yang baru saja ia temui.

Axelia melangkah pelan dan memainkan satu matanya pada Revander. Melangkah masuk ke dalam kamar Revander dan menuju tempat tidur Revander. Revander mengikuti Axelia menuju ruangan utama kamarnya. Namun matanya tak lagi dapat menemukan sosok Axelia.

"Dia, kemana gadis cantik itu?" tanya Revander gusar. Revander terus mencari keberadaan Axelia hingga mengerahkan seluruh anak buahnya. Namun nyatanya Axelia tetap tak dapat ditemukan.