webnovel

Teman dan Keluarga Lama 1

Pagi hari yang mendung, anak-anak tidak sabar untuk melihat hasil ulangan mereka. Terutama Maya yang sangat antusias saat nilainya di bagikan.

"Bagaimana Maya nilai ulanganmu." Andika bertanya.

Maya meneteskan air mata perjuangan belajarnya. "Lumayan hari ini ulangan ku dapat nilai tujuh puluh."

Yatno dan Yatna menghampiri Maya.

"Bagus. Tingkatkan lagi Maya kami siap mendukungmu." Kata Yatno.

"Terima kasih. Bagaimana dengan nilai kalian?" Maya bertanya.

"Delapan puluh." Kata Yatna

"Seratus." Kata Yatna dan Andika karena nilai mereka sama.

Maya kaget. "Kenapa sih aku selalu berada jauh dari kalian." Semangatnya tiba-tiba menghilang.

"Tenang saja Maya, untuk nilaimu pasti bisa lebih bagus lagi asalkan kau bisa lebih giat. Nilai tujuh puluh mu menandakan bahwa kau telah melewati batasanmu, walaupun masih kurang dari nilai yang di tentukan." Kata Yatno berusaha mengembalikan semangat Maya.

"Bilang saja kalau nilaiku ini masih di bawah NSK kan lebih mudah aku mendengarnya." Kata Maya.

NSK, nilai standar ketuntasan.

"Tenang saja Maya nilai bukanlah yang terpenting. Selama kau masih memiliki bakat lain. Kau harus terus berusaha dengan bakat yang kau punya." Kata Andika.

"Kata-kata yang bagus Andika, tapi masalahnya yang terlihat di dunia manapun adalah angka. Angkalah yang berbicara, ya seperti itulah yang dikatakan seorang youtuber asal Indonesia." Kata Akna

"Iya juga sih."

"Tapi jika kau punya teman yang dapat diandalkan setiap saat, nilai atau angka sekalipun pasti dapat dihindari. Jadi kalian saat sudah dewasa nanti harus saling membantu jika salah satu dari kalian jatuh yang lain harus membantunya berdiri." Kata Akna untuk memotivasi murid di kelasnya. "Jadi tenang saja Maya, selama kau masih punya teman. Kalian bisa melewati apapun bersama-sama. Tapi, kau juga harus terus berusaha agar bisa sama seperti teman-temanmu yang lain."

"Baik pak, saya akan berusaha lebih bagus lagi."

"Bagus itulah yang sangat inginku dengar dari kalian semua. Berjuang terus berjuang, lewati batasan kalian. Tidak ada yang instan di dunia manapun." Kata Akna memotivasi semua muridnya. "Oh iya satu hal lagi hari ini pulang sekolah akan dipercepat."

Semua murid kebingungan saat Akna berkata itu.

"Kalian tidak baca selembaran pagi ini ya." Menunjukkan selembaran kertas. "Ini dia kertasnya di sini mengatakan setiap sekolah harus diliburkan atau dipulang cepatkan. Karena akan ada tamu dari luar, jadi kita harus menyambutnya ramai-ramai." Akna menatap Andika. "Andika, kau tidak tahu."

"Tidak, aku tidak diberi tahu apapun."

"Sepertinya penyakit lama milik ayahmu belum hilang juga ya." Akna bercanda lagi.

Tapi sebenarnya itu benar, ayah Andika selalu lupa akan sesuatu.

Murid-murid tertawa karena candaan tersebut.

"Lagi pula pagi ini mendung jadi kalian kalau mau pulang silakan dan juga kalau kalian ingin menyambut kalian harus menunggu sampai siang nanti."

"Pak bagaimana kalau kami belajar di sini sampai siang nanti?" Salah satu murid bertanya.

"Oh boleh. Bagus kalau begitu, kita bisa bersama-sama pergi." Akna menjawab pertanyaan murid itu."Jadi kalian mau belajar di sini dulu sampai menunggu siang atau langsung pulang."

"Belajar di sini." Semua murid menjawab bersama.

"Oke. Buka buku tulis kalian hari ini kita belajar." Akna mengambil bukunya dan mereka belajar dengan senang.

Siang hari. Saat tadi pagi yang mendung siang hari ini terlihat sangat cerah namun berawan, hari yang cocok untuk jalan-jalan dan menyambut para tamu kerajaan. Akna menunggu para muridnya di depan sekolah. Karena muridnya pulang satu jam lalu untuk mengganti baju sekolah mereka, tentu Akna tidak sendirian dia ditemani oleh dua anak kembarnya.

"Mereka ke mana ya, lama sekali?" Tanya Yatna.

"Mungkin rumah mereka jauh." Yatno menjawab pertanyaan Yatna.

"Sudahlah, kita tinggal menunggu mereka datang." Kata Akna lalu mengelus dua kepala anak kembarnya.

Tidak lama, Maya datang. Dia memakai baju baru pemberian ulang tahun dari ayahnya. "Bagaimana bagus tidak." Maya bertanya kepada dua temannya.

"Lumayan bagus." Yatno menjawab.

"Ke mana yang lain?" Maya bertanya.

"Tidak tahu, mereka belum datang." Akna menjawab.

Setelah menunggu beberapa menit, murid-murid lain datang satu persatu. Ada yang datang sendiri dan ada pula yang datang beramai-ramai. Mereka pun memakai baju yang lumayan bagus walaupun mereka kalangan menengah ke bawah. Ini berkat Akna yang menanamkan kebiasaan menyisihkan uang pada murid-muridnya mereka pun dapat membeli barang pokok mereka, walaupun harganya standar di pasar.

Terakhir datang Andika memakai baju yang biasa dia pakai sehari-hari.

"Andika, kau tidak punya baju yang bagus sedikit ya?" Maya bertanya.

"Memang kenapa?" Andika bertanya balik.

"Dari semua murid yang ada di sini hanya kau yang memakai baju biasa." Kata Yatna.

"Lalu?"

Mereka bertiga bertengkar karena baju Andika. Murid-murid lain tertawa melihat pertengkaran mereka bertiga. Akna juga ikut tertawa.

Setelah pertengkaran mereka bertiga selesai. Akna dan para murid-muridnya pergi menuju Pemerintahan Pusat di sanalah tempat mereka menyambut para tamu undangan. Pemerintahan Pusat lumayan jauh dari sekolah. Karena tidak ada transportasi umum mereka memutuskan untuk berjalan sampai ke sana.

Di perjalanan Andika, Maya, Yatna dan Yatno. Membicarakan tamu yang datang.

"Kira-kira siapa ya, tamu undangannya?" Maya bertanya.

"Kalau kata ayahku mereka dari Javaind. Mereka ingin membicarakan ekspor dan impor antara Megazila dengan Javaind." Yatna menjawab pertanyaan Maya.

"Kira-kira mereka seperti apa ya orangnya?" Maya mengkhayal seperti apa orang-orang Javaind.

Itu wajar karena Megazila adalah kerajaan yang melarang adanya teknologi. Barang-barang yang dianggap mempengaruhi kehidupan tidak diperbolehkan. Ini terjadi karena Dalmon Kisana kakek Andika tidak menyukai kecanggihan teknologi, karena menurutnya kecanggihan hanyalah perusak alam dan alat yang membuat manusia menjadi pemalas. Namun diperbolehkan jika mendapat izin dari Pemerintahan Pusat.

"Kalian tinggal lihat saja nanti." Kata Andika.

"Lihat?"

Kota Pemerintahan Pusat. Banyak sekali orang-orang yang tidak sabar menunggu di tepi jalan. Mereka tidak sabar menunggu tamu dari Javaind.

"Wah banyak sekali orang-orang di sini." Kata Maya.

"Wajar mereka ingin melihat seperti apa orang luar pulau ini. Selama ini masyarakat tidak banyak tahu tentang luar pulau." Kata Yatno.

"Kira-kira mereka seperti apa ya?" maya mengulangi pertanyaannya lagi.

"Maya sepertinya kau penasaran sekali ya." Kata Akna.

Tiba-tiba datang seorang pembawa pesan dari Pemerintahan Pusat. Dia memberikan surat ke Akna. Akna membaca surat tersebut.

"Oke anak-anak sementara kalian akan ditemani oleh paman di sebelahku ini. Hari ini aku tidak bisa menemani kalian, aku ternyata juga diundang untuk rapat kali ini."

Awalnya para murid kecewa tapi setelah paman pembawa surat tadi menjelaskan dan mereka mengerti.

"Ayo Andika, Maya, Yatna, Yatno. Kalian juga ikut." Kata Akna.

Gedung Pemerintahan Pusat.

"Wah besar sekali. Gedungnya." Kata Maya.

"Kau tidak pernah ke sini Maya?" Tanya Yatno.

"Tidak, aku hanya di rumah. Walaupun jalan-jalan ayahku tidak pernah mengajakku ke sini." Maya membalas.

"Hei kalian, ke sini." Suara Raika memanggil dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.

Maya dengan cepat berlari ke sana lalu memeluk ayahnya.