webnovel

Sekolah dan teman baru part 1

"Jadi ini ya sekolah swasta, berbeda jauh sekali fasilitasnya." Andika menatap sekolah itu. Setelah melihat sekeliling Andika masuk ke kelasnya. Walaupun hanya memiliki satu kelas saja.

Wajar saja karena Akna membuat sekolah ini khusus untuk anak tidak mampu. Bisa dibilang sekolah gratis untuk kalangan yang tidak mampu.

Saat di kelas Andika melihat keadaan kelasnya. Hanya ada meja sebagai tatakan buku, tidak ada bangku, papan tulisnya pun masih menggunakan kapur sebagai media tulis, tapi walaupun seperti itu ruangan kelasnya sangatlah bersih. Andika mulai berpikir kenapa ayahnya memasukkannya ke sekolah swasta ini.

Andika memilih bangku paling depan dan menaruh tasnya, tapi saat dia duduk seseorang menghampirinya lalu berkata. "Maaf, ini mejaku"

"Oh maaf, aku murid baru. Aku belum tahu susunan kelasnya?" Kata Andika.

"Tidak apa-apa, semua orang bisa salah. Oh ya, salam kenal namaku Yatno. Ketua kelas di sini. Siapa namamu?"

Andika berpikir apa yang terjadi bila dia memberi tahu namanya, bisa saja orang-orang di kelasnya mendengar pembicaraannya dan kalau teman-temannya tahu kalau dia dari Klan Kisana, mungkin mereka semua langsung menundukkan badan mereka atau mendengar omongan-omongan dari teman-temannya. Itu karena Klan Kisana adalah pemimpin dari semua Klan di Megazila dan Andika adalah pewaris selanjutnya, walaupun masa ayahnya masih lama.

"Namaku Andika," Andika hanya memberi nama panggilannya. "Kau dari klan mana?" Andika balik bertanya.

"Aku dari Klan Samli. Bisa dibilang ayahku yang membuat sekolah ini."

Tiba-tiba datang seseorang lagi dia sangat mirip dengan Yatno. Andika sampai bingung membedakan Antara mereka berdua, walaupun hanya berbeda poni.

"Jangan terlalu sombong dengan anak baru Yatno."

"Aku tidak sombong Yatna."

"Kalian berdua ini kembar ya?" Tanya Andika.

"Iya. Namaku Yatna Samli, aku adiknya Yatno salam kenal."

Andika balas dengan menganggukkan kepalanya.

Tak lama mereka berbicara Akna masuk ke dalam kelas. Andika mencari meja kosong yang belum di tempati, Andika mendapat meja paling pojok belakang bertepatan dengan salah seorang murid baru yaitu Maya Rena.

"Baiklah anak-anak semuanya duduk, apa hari ini ada yang tidak masuk?" Tanya Akna.

"Tidak ada," mereka semua menjawab kompak.

"Baiklah mari kita lanjutkan pelajaran selanjutnya, tapi sebelum itu kita kedatangan dua murid baru. Ayo kalian ke depan dan memperkenalkan diri kalian."

Andika dan Maya maju ke depan kelas.

"Baiklah siapa dari kalian yang akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, bagaimana kalau dirimu dulu nona?"

"Namaku Maya Rena, kalian bisa memanggilku Maya salam kenal semuanya". Mengatakan dengan penuh semangat.

"Wah benar-benar anak yang bersemangat, aku suka dengan semangatmu"

Seisi kelas mulai terasa riang dengan candaan Akna.

"Baiklah sekarang tinggal kau, ayo perkenalkan dirimu."

Andika berbisik pada Akna. "Paman kau yakin aku harus memperkenalkan diriku!"

"Ya silakan memperkenalkan dirimu,"

"Hah." Andika menghembuskan nafas. "Namaku Andika Kisana."

Ruangan kelas itu seketika hening, suara candaan para murid menghilang mendadak.

Andika mengulangi perkataannya. "Namaku Andika Kisana, kalian bisa memanggilku Andika. Salam kenal."

Seisi kelas pun mulai banyak membicarakan Andika. Seperti kenapa dia sekolah di sini, kenapa dia masuk sekolah ini, dia anak dari pemimpin di kerajaan ini, dan lain-lain. Seperti kalian anak pejabat tapi masuk sekolah murah.

"Wah-wah, sepertinya kali ini kita kedatangan murid pindahan hebat. Mungkin ayahnya sedang pusing, karena urusan kerajaan. Makanya ayahnya tidak mau ribet memasukkannya ke Sekolah Khusus Militer jadi memasukkannya ke sini. Atau, mungkin karena anaknya yang malas sekolah jauh jadi memilih sekolah di sini karena dekat. Sabar ya, kalau kau tidak bisa masuk sekolah terkenal."

Berkat candaan Akna. Kelas mulai hidup kembali. Semua murid menertawakan Andika termaksud Akna sendiri. Padahal dia sendiri yang minta Sukirto agar Andika masuk di sekolahnya.

"Oke, selesai dulu bercandanya. Kalian berdua boleh duduk di meja kalian. Jangan dendam ya dengan ayahmu," Akna meledek Andika lagi.

Andika menghiraukan perkataan Akna. Dia segera duduk dan mengeluarkan alat tulisnya. Di sampingnya Maya sedang bingung mencari sesuatu.

"Hei kau kenapa?" Tanya Andika

"Aku lupa membawa tempat pensilku,"

"Hadeh, kau tadi semangat sekali. Tapi kau malah lupa membawa tempat pensilmu."

"Maaf aku sengaja seperti itu agar aku tidak gugup."

Tanpa banyak pertanyaan lagi Andika memberikan alat tulisnya. Maya menerimanya dan dia bilang akan membalasnya suatu saat nanti. Walaupun Andika kurang percaya pada omongannya.