webnovel

Rama part 3

"Tidak ini benar rumah kakekku, lihat rambut kami sama-sama putih bukan."

"Sebentar Andika kau bilang lima ratus tahun bukan? Bukankah mereka masih terlihat muda?" Tanya Maya bingung.

Pintu terbuka dan laki-laki itu melihat mereka bertiga. "Oh kau sudah datang Andika, ayo suruh teman-temanmu masuk."

"Baik kakek, ayo masuk Rama, Maya."

Maya masih bingung, dia agak ragu untuk masuk.

"Tenang saja nona muda, aku tidak semengerikan yang kau pikirkan," dia tersenyum.

Maya terdiam, terpanah oleh kata-kata dan senyumannya.

Perempuan yang tadi di dalam bersama kakek Andika datang lalu menarik kerah kakek Andika, "Hahh ekspresi apa itu kau tidak pernah memperlihatkannya kepadaku!"

"Te-tenanglah," dia tersenyum, "bagaimana?"

Perempuan itu menunjukkan ekspresi sangat kecewa dan ngambek.

"Andika apa benar umur mereka sudah lebih dari lima ratus tahun?" tanya Rama.

"Tentu saja, kalian kalau tidak percaya tinggal tanya saja," kata Andika.

"Bagaimana ya? Agak aneh rasanya. Mereka seperti baru berumur dua puluh tahun."

"Sudahlah, kakek ada apa kau memanggilku?"

"Bukan aku yang memanggilmu tapi perempuan ini," kakek Andika menunjuk ke Perempuan tadi.

"Tidak sopan! Aku ini istrimu. Tapi memanggilku perempuan ini." Katanya.

"Itu dulu sebelum kau membuat bencana lima ratus tahun lalu."

"Tapi seharusnya kau senang aku kembali hidup-hidup."

Mereka berdua malah ribut sendiri.

Andika balik badan, "Ayo pulang teman-teman maaf karena repot-repot menemaniku ke tempat ini."

"Tunggu! Jangan pulang dulu. Baiklah aku akan serius sekarang." Perempuan itu menghampiri Andika dan dua temannya, baiklah siapa di antara kalian yang bernama Andika. "Oh apa kamu." Dia salah menunjuk orang, perempuan itu malah menunjuk Rama.

"Bukan dia cucumu tahu," kata kakek Andika.

"Aku salah tunjuk orang ya?"

Rama menunjuk Andika, "iya, ini cucu anda yang benar."

Perempuan itu memeluk Andika, "ooh jadi kau ya, Andika kau sudah besar ya."

Andika mendorong perempuan itu, perempuan itu terdorong ke belakang beberapa langkah.

"Kau siapa? Baru pertama kali bertemu sudah berani peluk orang," kata Andika.

"Hah, anak jaman sekarang." Menatap ke kakek Andika. "Hey memangnya kau tidak pernah cerita tentang aku kepadanya?"

"Tidak," kata kakek Andika.

"Masa!" perempuan itu terkejut, "hey kalian berdua belajar sejarah bukan? Kalian tahu Kariana Kisana?" perempuan itu bertanya kepada Maya dan Rama.

"Tidak," Maya dan Rama menggeleng.

"Ah masa. Kalau begitu percuma aku berkorban hidup mati," perempuan itu kecewa.

"Memangnya bibi itu siapa? Bibi memangnya pernah jadi pahlawan?" Maya bertanya karena dari tadi penasaran.

"Loh, memenangnya aku belum memperkenalkan diri?" kata perempuan itu.

Andika, Maya, dan Rama menggelengkan kepala.

"Oh maaf kalau begitu. Seperti yang ku katakan tadi, namaku adalah Kariana Kisana. Salam kenal."

"Siapa ya? Kami belum tahu," kata Andika.

Saking kecewanya Kariana duduk terdiam di lantai, "kenapa ya? Padahal aku berkorban hidup mati untuk mengusir mereka semua pergi."

"Maaf bibi, memangnya bibi pernah melakukan apa?" tanya Maya

"Kalau aku bilang pernah membelah Bandasa menjadi tiga apa kalian percaya?"

Andika, Maya, dan Rama terkejut.

"Apakah itu benar kakek?" tanya Andika kepada kakeknya.

"Iya, yang dia katakan itu benar,"

"Lalu kenapa kau tidak memasukkanku ke dalam catatan sejarah?" menarik kerah Dalmon maksudnya kakeknya Andika.

"Hah kau ini. Sudah menghancurkan satu benua malah minta di masukkan ke dalam buku catatan sejarah. Di mana urat malumu itu?" kata Dalmon.

"Maaf, tapi ~

"Tidak ada tapi-tapian."

Mereka berdua malah ribut sendiri.

"Jadi bagaimana Andika?" tanya Rama.

"Aku juga tidak tahu," Andika menghampiri kakeknya, "kakek bagaimana apa yang mau dia sampaikan? Teman-temanku sudah bosan karena dari tadi satu episode ini kebanyakan ribut sendiri."

"Oh, begitu. Hei ayo cepat kau mau bicara apa pada Andika."

Kariana memberikan sebuah buku kepada Andika. Andika membuka buku itu, dia melihat lembar demi lembar buku itu.

"Nenek buku apa ini?" tanya Andika.

"Itu buku penelitianku. Memang kenapa?"

Andika memperlihatkan buku itu, semua tulisannya berantakkan, dan lagi banyak gambar serta coret-coretan aneh di buku itu. "Apa maksudnya ini?"

"Maaf. Tehe." Tersenyum.

Andika jengkel melihat kelakuan neneknya.

"Sudahlah bawa saja, lagi pula itu adalah catatan penelitian nenekmu." Kata Dalmon.

Andika membuka lagi buku itu. "Baiklah akan aku ambil tapi jika aku tidak mengerti tulisan ataupun isi dari buku ini akan langsung aku buang."

"Iya itu pun jika kau tidak mau tahu tentang penelitianku selama ini," kata Kariana.

Andika pulang bersama teman-temannya.

"Aku tidak menyangka kalau aku sudah punya cucu," kata Kariana berkata sambil duduk di ruang tamu.

"Ya aku juga bingung kenapa kau bisa melahirkan?" kata Dalmon ikut duduk di sebelahnya. "Padahal setelah kau mengamuk habis-habisan kau terbelenggu dalam kristal."

"Iya itu lama sekali, tapi akhirnya aku berhasil kembali aku tidak menyangka bisa selamat setelah menggunakan Kristal Nagapasa."