webnovel

Persiapan part 3

"Kau mau mengubahnya?" kata laki-laki itu, dia bangun dari tidurnya.

"Iya,"

"Baiklah ubah sesukamu, tapi kau tahukan akibatnya?" laki-laki itu tersenyum.

"Iya aku tahu,"

"Baiklah, kau pulanglah. Aku yang akan mengaturnya untukmu," mendorong Andika.

Andika membuka matanya, dia kembali ke tempatnya semula dan dia sudah memegang sebuah kertas, Andika mengangkat tangannya dan balik badan menunjukkan nomer pada kertas yang dia dapat.

Andika melihat Maya yang sedang menutup kedua matanya juga Yanto dan Rama yang tertawa sambil menutup mulutnya. Andika nampak bingung tapi setelah dia melihat ke atas ternyata kertas yang dia angkat terbalik, tidak terlihat angka.

"Djuma die!!!" kekesalan Andika dalam hatinya. Andika membalikkan telapak tangannya.

;p

Semua orang melihat nomer yang Andika dapat, setelah itu Andika turun ke bawah kembali ke barisannya. Di sana Rama dan Yatno masih menertawakan Andika, Andika hanya bisa menahan rasa malunya.

Tiga puluh menit berselang. Semua murid telah mengambil nomer mereka masing-masing. Dua orang tadi keluar lalu kembali dengan membawa semacam papan tulis besar, di papan tulis itu tertulis nomer yang mereka dapat dan nomer siapa yang akan di lawan mereka.

"Baiklah karena sudah selesai. Setelah ini kalian akan kami berdua pandu ke tengah stadion dan jangan lupa kalian harus berbaris sesuai sekolah kalian masing-masing,"

Di bangku penonton. Semua orang berdatangan dari seluruh penjuru Megazila, bersemangat menonton pertandingan, Di sana juga ada sang raja dan para pemimpin-pemimpin klan yang berada di tempat khusus dan bersebelahan dengan tempat komentator berada.

"BAIKLAH TURNAMEN NASIONAL DIMULAI!" Akna teriak agar suaranya terdengar ke seluruh bangku penonton. Saking kerasnya semua orang sampai menutup telinga mereka.

"Tidak perlu berteriak sekeras itu Akna," kata komentator di sebelahnya, dia bernama Rey Gakriya.

"Oh maaf, aku terlalu bersemangat. Karena turnamen pertama ini katanya akan menjadi penentu bagi mereka yang ingin masuk ke divisi pasukan khusus."

"Iya apa lagi turnamen atau pertandingan ini langsung dilihat oleh raja dan para ketua klan. akan jadi pertandingan yang sulit bagi mereka karena gugup dilihat oleh ketua klan mereka," kata Rey.

Akna tertawa.

Sementara itu.

Andika melihat Maya yang sedang gugup, "kau gugup Maya?"

"Iya, baru pertama kali aku ikut pertandingan seperti ini aku tidak biasa dilihat banyak orang,"

"First Time ya," kata Yatno.

"Memangnya kau pernah ikut pertandingan seperti ini Yatno?" tanya Rama.

"Pernah, tapi tidak seramai ini." Yatno menatap Andika, "kau pernah ikut pertandingan sebelumnya Andika?"

"Jangankan pertandingan yang paling sulit bagi kalian, sekolah sambil bekerja saja aku sudah pernah. Kalian tidak perlu takut apalagi gugup, hidup ini bawa santai saja seperti air yang mengalir." Andika memotivasi temannya.

Maya melihat tangannya yang gemetar lalu menggenggamnya dengan kuat.

"Bagaimana sudah tidak gemetar?" tanya Andika ke Maya.

"Iya," maya tersenyum.

"Bagus. Bersiaplah pertandingannya baru saja di mulai."