webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
88 Chs

Narina dan Rahasia

" ALZYAS!!!!!!!!!!!!! "

Narina dan Shasa berlari berhamburan menghampiri Alzyas yg baru saja turun dari mobilnya, Milly yang melihat keagresifan kedua sahabat kakaknya hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala.

" kak gue duluan ya... " Milly lebih dulu berjalan memasuki gerbang sekolah membiarkan sang kakak yang masih berpelukan dengan kedua sahabatnya.

" Nar... Sha... gue nggak bisa nafas " ujar Alzyas dengan suara yang tercekat, bagaimana tidak kedua gadis itu memeluknya sangat erat sampai Alzyas merasa kehabisan nafas

" sorry.... sorry.... " mereka pun melepaskan pelukannya, Alzyas masih tersengal-sengal mengatur nafasnya.

" kita udah kelewat kangen sama Lo " ucap Shasa membuat Alzyas tersenyum.

Ketiga gadis itu pun masuk ke gerbang sekolah lalu berjalan menyusuri koridor menuju kelas mereka dan sesampainya dikelas mereka langsung duduk di bangku masing-masing.

" Aditya CS mana ya tumben batang hidung mereka belom nongol " tanya Narina sembari meletakkan tas nya di atas meja

Beberapa saat kemudian yang ditanya oleh Narina pun muncul, suara Joko yang paling terdengar heboh ketika melihat Alzyas yang sudah duduk di bangkunya tak lupa juga Aditya yang tersenyum senang akhirnya sang kekasih sudah masuk sekolah lagi.

" aku pikir kamu cuma bercanda doang kalo udah mau masuk hari ini "

Alzyas dan Aditya sekarang berada di lapangan basket, karena pemuda itu ada jadwal latihan bersama tim basket nya.

" aku udah kelamaan nggak masuk, bisa-bisa nggak lulus ujian nanti aku!!! " kekeh Alzyas

" oh ya, Jassie apa kabar? kata anak-anak dia masuk rumah sakit yah? " entah mengapa mendengar pertanyaan Alzyas membuat Aditya merasa bersalah, sungguh sangat merasa bersalah.

" kamu kenapa liatin aku kayak gitu?! ada yang salah sama pertanyaan aku? " Alzyas memiringkan kepalanya menghadap Aditya yang masih diam.

" enggak kok " Aditya tersenyum

" aku cuma merasa bersalah aja sama kamu, karena akhir-akhir ini jarang ada waktu buat kamu karena harus nemenin Jassie dirumah sakit... " Aditya tidak bisa menyembunyikan nya lagi, dia juga bisa melihat keterkejutan dari wajah gadis yang saat ini sedang duduk dihadapannya.

Bohong jika Alzyas tidak marah dan cemburu tapi rasa itu mati-matian dia tahan, dia tersenyum tipis pandangan nya menerawang jauh kedepan.

" maaf " lirih Aditya yang menyentuh bahu Alzyas dengan lembut.

" it's ok.... " balasnya tanpa menoleh, beruntung Sammy dan yang lainnya datang hingga tidak membuat Alzyas harus menjawab lebih panjang lagi dari kata maaf Aditya

" wiiiiiiiiiihhhhhhhh ternyata ni dua orang disini, kirain masih dikantin " ucap Joko dengan wajah tengilnya kemudian langsung duduk di sebelah Aditya.

" kalian udah pada mau latihan kan, gue balik ke perpus yah " Alzyas langsung beranjak dari duduknya kemudian pergi tanpa menunggu lama

" cewek Lo kenapa? " tanya Denny yang mewakili Sammy dan yang lainnya

" nggak ada kok " Aditya beranjak dari duduknya kemudian langsung melempar bola basket ke ring

" emang cocok Lo berdua!!!! sama-sama aneh!!!! " pekik Denny namun tidak di hiraukan oleh Aditya, pemuda itu sibuk dengan kekasih keduanya.

Sedangkan Arga dan Sammy hanya terkekeh melihat Denny yang kesal karena tidak di hiraukan oleh Aditya berbeda dengan Joko yang ikut menghampiri Aditya di lapangan.

Di taman sekolah dengan wajah merah padam Narina membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping, nafasnya bergemuruh sedangkan Shasa yang menyaksikan itu hanya diam tidak berkutik, tidak ada keberanian untuk dirinya bertanya pada Narina dengan apa yang terjadi, tapi sekilas Shasa mendengar Narina membentak seseorang yang sedang berbicara dengannya di telepon sebelum akhirnya ponsel itu hancur.

Narina merasakan matanya mulai memanas namun dengan cepat dia mengusap kedua matanya dengan kasar lalu tersenyum getir membuat Shasa sedikit merinding.

" Narina... " dengan hati-hati Shasa memanggil sahabatnya yang sedang menahan emosi.

" Shasa... Lo kok bisa ada disini, bukannya tadi Lo bilang mau nyamperin anak-anak yang lain "

Narina terkejut karena ternyata Shasa masih ada di dekatnya, karena tadi Shasa mengatakan akan menyusul teman-temannya yang lain ke lapangan basket, dan memastikan bahwa dirinya tinggal seorang diri dia baru mengangkat ponselnya yang sedari tadi bergetar, namun tidak di sangka Shasa justru kembali menghampiri nya.

Narina menautkan kedua alisnya, dia berfikir apakah Shasa mendengar semua percakapannya di telepon tadi.

" gu-gue mau ambil ini " dengan sedikit takut-takut Shasa mengambil bukunya yang tertinggal di samping Narina.

" i-itu hp Lo " tunjuk Shasa

" biarin aja nggak penting " jawab Narina dengan santai, sembari memungut serpihan ponselnya yang sudah hancur lalu membuangnya ke dalam kotak sampah yang sudah tersedia di sana.

" gila..... Lo buang handphone kayak buang kulit kacang " ujar Shasa dengan cengengesan

*******

Alzyas merebahkan tubuhnya ke atas ranjang pandangan nya lurus ke langit-langit kamar hari pertamanya kembali kesekolah membuat nya merasa sangat lelah karena harus mengejar semua nilai dan materi pelajaran yang tertinggal.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang, Alzyas merasa perutnya lapar dan cacing-cacing di perutnya sudah meronta-ronta ingin asupan gizi, dengan rasa malas gadis itu beranjak keluar dari kamar dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh mungilnya.

Suasana rumah terlihat sepi karena Larasati dan Herman sudah kembali ke Semarang, Azka juga sudah pergi sedangkan Emely menemani Raka ke gathering rekan kerjanya dan dapat dipastikan sore hari atau bahkan malam mereka baru akan kembali.

" non Zyas mau makan? "

Alzyas sedikit terperanjat ketika Bik Sumi yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

" Bik Sumi ngagetin aja deh " gerutu Alzyas membuat Bik Sumi tersenyum

" sudah non Zyas tunggu saja di ruang makan, biar Bibik panaskan makanan nya " Bik Sumi langsung mengambil alih yang sedang Alzyas kerjakan

" makasih ya Bik " Alzyas pun menuju ruang makan dan duduk di kursi nya.

Sepuluh menit kemudian, Bik Sumi datang dan menghidangkan makanan di meja tepat nya di hadapan Alzyas, kemudian dia kembali ke dapur untuk mengerjakan pekerjaan yang belum selesai setelah melihat nona mudanya menyantap makanannya.

" kok Milly belom pulang ya?" tanya Alzyas pada dirinya sendiri

Alzyas dan Milly memang tidak pulang bersama karena Milly masih ada kegiatan ekskul di sekolah sedangkan Alzyas sudah pulang lebih dulu. Beberapa saat kemudian Milly datang dengan wajah di tekuk dan itu membuat Alzyas memandang nya dengan rasa penasaran.

" muka Lo kenapa? lempeng amat!! " ejek Alzyas yang masuk kedalam kamar Milly tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,

Milly yang duduk di tepi ranjang hanya melirik kakaknya sekilas dan mendengus kesal sembari beranjak dari duduknya kemudian menuju walk in closet.

" Lo ada masalah? " lanjut Alzyas yang masih penasaran dengan sikap adiknya

" temen Lo tu nyebelin banget!!! " sahut Milly yang akhirnya mengeluarkan suara

" temen gue? " Alzyas membeo " temen gue? siapa, Narina? Shasa? " tanya Alzyas dan Milly menggeleng

" lalu siapa? " Alzyas menggedikan dagunya dengan raut wajah yang masih penasaran

" SAM!!!!!!! " jawab Milly dengan lantang

" Sam? " Alzyas membeo lagi

" maksud Lo Sammy???? " tanya Alzyas lagi

" iyalah..... emang di sekolah kita ada berapa Sam!!! " Milly menghempas kan tubuhnya keatas ranjang memejamkan matanya sejenak lalu menatap Alzyas kembali yang masih memandang nya dengan penuh selidik