webnovel

Delapan

"Tetapi tetap saja Bu, perasaan Nana tidak enak juga tidak bisa tenang. Tidak biasanya Nana seperti ini ada apa ya Bu?" Ucap Nana bingung dengan perasaannya.

"Iya sudah, lebih baik kau berdoa dan mengucap syukur Nana agar perasaanmu menjadi lebih tenang" saran Bi Rahma.

"Iya Bu, Nana akan mencobanya"

Di kantor polisi kini Tuan Raul dan Nenek Sasmita telah sampai mereka langsung menemui petugas tersebut.

"Pak polisi bagaimana? Apakah putriku baik-baik saja? Dimana dia? Bagaimana keadaannya?" Tanya Tuan Raul beruntun.

"Tuan tenanglah, tim kami sedang berusaha mencari korban. Jadi Tuan bersabarlah dulu" ucap petugas tersebut.

"Lona cucuku.... dimana kamu nak sebenarnya?" Ucap Nenek Sasmita dengan perasaan bercampur aduk jadi satu.

Tuan Raul menunggu kabar dari petugas tersebut, lalu dia pun menghubungi para bodyguardnya agar mencari keberadaan Alona saat ini. Nenek Sasmita pun tidak tahu harus berbuat apa lagi, dia hanya berharap semoga dia bisa bertemu dengan cucunya itu.

Apa aku harus memberi tahu Rahma?. batin Nenek Sasmita.

Nenek Sasmita pun mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Bi Rahma agar segera mencari keberadaan Alona saat ini. sebelum melakukan panggilan tersebut Nenek Sasmita izin untuk pergi ke toilet.

"Maaf pak, toilet di sebelah mana?" Tanya Nenek sasmita kepada petugas yang berjaga.

"Oh dari sini lurus lalu belok ke kiri Nek,"jawabnya sopan.

"Baiklah, terima kasih" Lalu dia pun menatap Taun Raul."Raul, aku akan ke toilet sebentar, jika ada kabar beri tahu aku"

"Iya ibu"

Nenek Sasmita pun pergi ke toilet kalau dia mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak nama setelah menemukannya lalu Nenek Sasmita pun memanggilnya.

Di sebrang sana suara dering ponsel pun mengalihkan perhatiannya dan dia mengambil ponsel di meja kecilnya lalu melihat siapa yang memanggilnya.

Nyonya besar. batinnya.

Lalu bi Rahma pun berpamitan kepada Aluna karena ada panggilan dari majikannya, Aluna pun menyetujuinya karena selama ini bi Rahma tidak pernah mengatakan apapun pada Aluna karena menurutnya belum saatnya Aluna tahu kebenarannya untuk saat ini.

"Iya Nyonya ada apa?"

.

"Apa....ba-baiklah, saya akan segera ke sana"

"Sama-sama Nyonya"

Bi Rahma pun menutup panggilan tersebut dan menggenggam erat ponselnya." Pantas saja, Non Luna begitu khawatir jadi ini alasannya sedari tadi"

Bi Rahma pun masuk kembali ke dalam rumahnya dan menghampiri Aluna, Alasan kenapa Aluna tidak di panggil dengan sebutan Luna karena ini semua bi Rahma lakukan demi keselamatan keduanya bahkan ini pesan dari ibunya sendiri sewaktu melahirkan mereka.

Bi Rahma pun segera berpamitan kepada Aluna dengan alasan jika majikannya memanggilnya untuk membereskan pekerjaan yang belum selesai.

"Nana, ibu harus pergi ke rumah majikan ibu tadi mendadak sekali dia telepon ibu. Kamu tidak apa-apa 'kan jika ibu tinggal?" Ucap Bi Rahma panjang lebar.

Aluna menarik nafasnya rasanya berat sekali dia mengatakannya karena hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tidak ada yang spesial baginya.

"Iya Bu tidak apa-apa, Nana mengerti Bu, Pergilah..!" tersenyum kecut.

"Baiklah kau tunggu di sini ya"mengusap lembut rambut Aluna.

Aluna tersenyum kecut menanggapinya setelah kepergian Bi Rahma kini Aluna duduk termenung di kamarnya entah apa yang dia pikirkan saat ini hanya ada perasaan gelisah yang selalu menganggu fikirannya.

Bi Rahma pun mencari informasi dengan di temani para bodyguard yang di utus oleh Nenek Sasmita, mereka mencari ke rumah sakit dan menanyakan apakah ada pasien yang bernama Alona. Tetapi tidak ada satupun rumah sakit yang mengetahuinya. Kini tinggal satu rumah sakit yang belum mereka kunjungi, Bi Rahma berharap ini menjadi yang terakhir kalinya lalu dia pun bertanya kepada perawat dan akhirnya Bi Rahma menemukan Alona juga.

Kini Alona sedang di rawat intensif oleh dokter akibat banyak luka di sekujur tubuhnya, dan juga satu supir yang sedang di tangani dokter juga. Menunggu di kursi tunggu tak lama dokter pun keluar dari ruangan Alona.

"Dokter bagaimana keadaannya?" Tanya Bi Rahma penasaran.

"Maaf ibu ini siapanya pasien?" Ucap dokter tersebut dia ingin memastikannya.

"Oh, saya kelurga pasien dok, jadi bagaimana keadaannya sekarang apakah lukanya begitu parah?" Tanya Bi Rahma lagi, dia sudah tidak sabar menunggunya.

"Keadaan pasien tidak terlalu parah Bu, luka-lukanya pun sudah kami obati"Jelas dokter tersebut.

"Baiklah Dok, tetapi Dok saya boleh minta sesuatu kepada dokter?" ucap Bi Rahma sopan.

"Apa itu Bu?" Tanya dokter tersebut.

Tetapi Bi Rahma tidak berani mengatakannya dengan jelas, dan dokter itupun mengerti lalu mengajak bi Rahma ke ruangannya. Bi Rahma menyuruh para bodyguard untuk berjaga di depan kamar Alona.

"Kalian tunggu di sini saja, sampai Nyonya besar datang"ucap Bi Rahma.

"Baik Bi!" Ucapnya sopan.

Dokter dan Bi Rahma pun menuju ruangan dokter tersebut dan dokter tersebut pun menyuruh Bi Rahma untuk duduk.

"Silahkan Bu duduk" ucap dokter tersebut.

"Terima kasih Dok"

Bi Rahma pun duduk sambil menunggu Nyonya besar datang ke rumah sakit, tak lama pun Nyonya besar datang dan masuk ke ruangan dokter tersebut setelah Bi rahma mengirim pesan kepadanya.

"Dokter Bagas, bagaimana keadaan cucuku?" Tanya Nyonya besar.

"Nyonya besar" ucapnya dengan terkejut setelah mengetahui siapa Nyonya besar tersebut.

Nyonya besar tak lain dan tak bukan adalah Nenek Sasmita pemilik rumah sakit yang terkenal itu, dokter Bagas pun membungkuk hormat kepada Nenek Sasmita.

"Tidak perlu seperti itu dokter Bagas, jadi bagaimana keadaannya cucuku saat ini?" Tanyanya sekali lagi.

Bi Rahma pun memberikan ruang kepada Nyonya Sasmita untuk duduk, tentu saja Nenek Sasmita pun duduk lalu mendengarkan penjelasan dari dokter Bagas tentang kondisi cucunya saat ini.

"Keadaan Nona Alona baik-baik saja Nyonya besar, tidak ada masalah sedikitpun."ujar dokter Bagas tersebut.

"Baiklah Bagas, tetapi ada hal yang ingin aku katakan padamu ini sangat penting bagi cucuku" ucap Nenek Sasmita dengan raut wajah seriusnya.

"Baiklah Nyonya besar katakan saja, saya akan melakukannya dengan baik"sahut dokter Bagas tersebut.

"Jadi begini....."

Di gedung setelah Arka menjelaskannya kepada para tamu undangan mereka pun berpamitan untuk pulang, setelah kepulangan para tamu undangan kini mereka pun pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.

"Hahahaha Mama, akhirnya akan menjadi milik kita Ma,"ucap Arka tertawa lepas di ruang keluarga.

"Benar Arka, sebentar lagi seluruh harta ini akan jatuh ke tangan kita karena tidak ada hak lagi karena Lona sudah tiada untuk selamanya hahaha"balas Nyonya Marina sambil meneguk minumannya.

"Kau benar Mama, tetapi dimana Paman Sam? Aku tidak melihatnya sedari tadi Ma"Arka mengedarkan pandangannya.

"Aku di sini Arka" jawabnya dengan melangkahkan kakinya.

Semua mata tertuju kepada Paman Sam yang melangkah menghampiri mereka lalu duduk di sofa, dengan meneguk minuman milik Arka.

"Kak Sam, jadi bagaimana apakah dia..."menggantungkan kalimatnya.

"Benar adikku tercinta, dia sudah pergi untuk selamanya dan Arka yang akan menjadi pewaris Barata" ucap paman Sam.

"Berarti itu semua benar paman Sam, kau memang hebat kau bisa melakukan tugas itu dengan baik" puji Arka dengan mengacungkan kedua jempolnya.

Paman Sam hanya tersenyum tipis menanggapinya bagi dirinya itu adalah masalah kecil yang mudah untuk di jalankan olehnya.