webnovel

Chapter 12 : Karen vs Burgathan Part 1

"Begitulah Eques, Namun Aku belum menemukan celah dari konsep tersebut. Ah iya, Aku yakin Paduka Alice pasti memikirkan solusi untuk hal ini, benarkan?" Arina mengalihkan pandangannya kepada Alice.

"Jadi begitu, lalu apakah kita perlu mengerahkan seluruh Floor Guardian ke medan tempur? Termasuk Guardian lantai 10 dan 9?" Astaroth kembali bertanya kepada Exypno.

"Sepertinya tidak perlu, lagipula Karenade sudah cukup untuk menghabisi mereka semua, kemampuan Assassin miliknya mampu membuat burst damage yang besar dalam waktu singkat, Asalkan tidak ada Necromancer atau pun seseorang yang memiliki pertahanan tingkat tinggi," Exypno menjelaskan kepada Astaroth.

"Baiklah kalau begitu,"

Alice memutuskan untuk tidak lagi fokus mendengar pembicaraan mereka, untuk saat ini ia harus mengamati pertarungan antara Karenaden dan Burgathan yang tengah terjadi di tengah kota.

∆∆∆∆∆∆∆∆

"Aku adalah Floor Guardian Lantai 8 dari Great Castle Azaroth, Karenade Omega,"

Burgathan yang masih belum memahami perkataan Karen, mulai memperkenalkan dirinya.

"Aku adalah Black Emperor Guardian dari Kekaisaran Nigreos, Burgathan,"

"Kekaisaran Nigreos? Aku tidak pernah mendengarnya,"

"Tentu saja, Aku mengakui kecepatanmu, tetapi Aku akan memenangkan pertarungan ini,"

"Apa kau yakin? Kalau begitu ...."

Karen lalu berjongkok sembari memegang kedua pedangnya, setelah beberapa saat Karen langsung melesat dengan kecepatan sangat tinggi ke arah Burgathan.

"Matilah serangga pengganggu!"

Kedua pedang atau bisa disebut pedang pendek milik karen bernama Double Twilight Blade, pedang pendek itu merupakan salah satu senjata milik Karen. Tentunya seseorang yang berpengalaman pasti akan mencari tahu kekuatan lawannya sebelum melakukan serangan utama, begitu pun yang akan dilakukan oleh Karen.

Sesaat setelah Karen melesat, sebuah lubang hijau muncul di sebelah tangan Burgathan, tanpa jeda ia langsung memasukkan tangannya ke arah lubang tersebut seolah-olah ingin mengambil sesuatu. Tidak berselang lama, Burgathan mengambil sebuah tongkat yang terdapat sebuah bola hitam melayang di atasnya.

Tongkat tersebut memiliki nama Haustgagap, sebuah senjata dengan kelas yang cukup tinggi. Jika dibandingkan, mungkin bisa lebih tinggi dari senjata yang digunakan oleh Karen saat ini.

Faktor perbedaan dunia juga mempengaruhi kelas dan kekuatan sebuah item atau senjata, dan dunia saat ini merupakan Darkness World. Sebuah dunia yang dipenuhi oleh energi mana gelap, dan Burgathan merupakan seorang undead yang berfokus pada sihir gelap.

Namun Burgathan sudah sangat terlambat, perbedaan kecepatan Karen dan Burgathan sangat signifikan dan kini Karen berada tepat di depan Burgathan.

"Kena kau!"

Karen langsung menebaskan dua bilah pedang pendek miliknya tepat ke arah dada sebelah kiri yang umumnya merupakan lokasi jantung dari makhluk humanoid.

"Apa!?" Karen sangat terkejut hingga ia tidak bisa berkedip.

Seekor monster undead dengan bentuk layaknya seperti Orc tiba-tiba muncul di depan Karen seakan-akan seperti berteleportasi dengan kecepatan yang sangat luar biasa. Tebasan yang sebelumnya dilakukan oleh Karen juga langsung membelah tubuh undead tersebut dengan begitu mudah.

Namun ini merupakan sebuah serangan gagal karena Burgathan mampu bertahan tanpa mengalami sedikit luka, bahkan tubuhnya tidak tersentuh.

"Hahaha, bagaimana?" Burgathan bertanya dengan nada cukup angkuh.

Setelah menebas tubuh undead tersebut, Karen langsung melompat mundur ke arah belakang dengan cukup jauh. Hal itu disebabkan karena Karen ingin menjaga jarak, dan Karen tidak memiliki sebuah informasi mengenai kekuatan Burgathan, terlebih lagi ia tengah memegang tongkat yang nampak sangat berbahaya.

Tebasan Karen bisa dikatakan sangat kuat, bahkan beberapa bangunan di sekeliling Karen juga ikut terbelah.

"Boleh juga untuk sekelas undead serangga sepertimu, kalau begitu Aku akan sedikit serius kepadamu," Karen membalas perkataan Burgathan dengan tidak kalah angkuhnya dan ia sama sekali tidak menunjukkan rasa hormat kepada musuhnya tersebut.

Umumnya menunjukkan rasa hormat kepada musuh hanya dilakukan jika sedang melakukan pertarungan persahabatan, dan kali ini merupakan sebuah pertempuran yang mempertaruhkan harga diri dan atasan masing-masing.

"Undead rendahan? Kau sepertinya sangat sombong! Akan kutunjukkan arti dari kekuatan Undead yang sesungguhnya!"

Burgathan saat ini seolah-olah bersikap emosional dengan tujuan agar lawannya mengira bahwa ia sedang marah dan berusaha untuk mencari celah menyerang dirinya. Lalu Burgathan akan memberikan serangan balik dengan telak, begitulah rencana yang ada dalam pikiran Burgathan saat ini.

'Aku harus memenangkan pertarungan ini dan tidak boleh mengecewakan Paduka Alice! Bagaimana pun caranya!'

Di pikiran Karen saat ini ia sangat tidak ingin mengecewakan penciptanya sendiri karena Karen sudah dipercaya untuk mengalahkan Burgathan.

Sementara itu Burgathan nampak tersenyum dan ia sedang siaga tinggi menunggu serangan yang akan dilancarkan Karen berikutnya.

'Dasar Asassin!'

'Tapi Aku sangat benci berhadapan dengan Assassin dia bisa saja langsung membunuh – bukan, lebih tepatnya menghancurkan diriku kapan pun,'

Di sisi lain, Karen nampak berusaha mencari celah pertahanan Burgathan dan ia masih mencoba mengolah informasi mengenai pertahanan milik Burgathan sebelumnya yang menggunakan tubuh undead lain.

'Aku baru melihat kemampuan seperti itu, tapi anehnya seranganku tidak menembus ke arah belakang, padahal beberapa bangunan di sekitarku ikut terbelah,'

Kini mereka berdua berada pada jarak 20 meter dan saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam dan nafsu membunuh yang tinggi. Bahkan beberapa monster yang menyerang kota seperti Infernium Aranect juga tidak nampak di sekitar pertarungan mereka berdua.

Umumnya seekor monster memiliki insting bertahan hidup yang cukup tinggi, mereka akan menjauh dan berusaha menghindari ancaman yang bisa membunuh mereka.

Kota Tycus bisa dikatakan cukup luas dan para monster hanya berfokus di pinggir kota.

Karen saat ini kemudian mengaktifkan salah satu Origin Skill miliknya yang memiliki efek mampu membuat tubuh penggunanya menjadi transparan dalam waktu terbatas.

"Hah di mana dia!?" Burgathan seketika cukup panik karena ia tidak bisa mendeteksi keberadaan Karen.

Burgathan saat ini kemudian berusaha untuk melihat sekelilingnya, bahkan ia memutar tubuhnya beberapa kali dan berusaha keras mendeteksi Karen. Kecepatan yang tinggi serta kemampuan kamuflase merupakan sebuah mimpi buruk bagi seseorang seperti Burgathan.

Burgathan tanpa pikir panjang langsung menghentakkan Haustgagap miliknya ke arah tanah, seketika seluruh bagian Kota Tycus dipenuhi oleh asap hijau yang merupakan sebuah asap beracun, namun dapat memberikan kekuatan bagi Burgathan.

"Sialan tidak ada pilihan lain! Sepertinya Aku terlalu cepat menggunakan ini,"

Akibat sihir yang dikeluarkan Burgathan menyebabkan seluruh entitas, termasuk para monster yang berada di Kota Tycus dan sisa penduduk seketika tercekik.

∆∆∆∆∆∆∆

Beberapa saat sebelum Burgathan mengeluarkan sihirnya..

Di sebuah rumah yang berada di pinggir kota, beberapa orang tengah bersembunyi di bawah tanah untuk menghindari serangan dari para monster. Mereka semua adalah para penduduk dari Kota Tycus yang belum sempat untuk mengungsi ketika serangan berlangsung.

"Sssttttt!!!! Jangan berisik!!!!!!"

Beberapa anak dan orang dewasa serta seorang bayi tengah bersembunyi saat ini. Mereka semua benar-benar dalam kondisi yang sangat buruk.

Ketakutan terus menghantui mereka, bahkan mereka juga sampai tidak percaya lagi kepada Alice yang merupakan Dewi mereka, namun sedikit di antara mereka mencoba berharap sebuah keajaiban.

"Bagaimana kita akan selamat dari ini!?" Seorang wanita yang tengah menggendong bayi bertanya kepada seorang pria.

"Aku juga tidak tau, tapi kita akan bertahan hingga bantuan tiba, Dewi Alice pasti akan turun tangan karena kita bukan diserang oleh kerajaan lain, namun para monster," Seorang pria menjawab pertanyaan wanita tersebut.

Mereka semua tidak tahu jika tidak lama lagi akan terjadi sesuatu yang mengerikan dan masih berharap sesuatu yang cukup sia-sia.