webnovel

ALENO

Alena valencia syafira seorang siswi baru di victory school. Ayahnya yang dimutasi ke jakarta mengharuskan alena pindah sekolah. Di sekolah tersebut ia baru saja dekat dengan 3 orang siswi yang bernama; syifa,carla, dan Elina. Kejadian di gerbang sekolah membuat alena bertemu dengan seorang cowok yang membuatnya terjatuh. Selidik punya selidik cowok itu bernama; vano bara wijaya murid nakal dan urak -urakan. Semua murid di victory school tau kalau Vano susah di dekatin sama siswi disekolah tersebut. Banyak cewek-cewek yang mengejarnya tapi ia begitu cuek. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi kepada alena dan vano, yang mengantarkan alena untuk kian lebih dekat dengan vano. Dua kepribadian yang saling tolak belakang. Apakah vano bisa membuat alena jatuh cinta? Namun, seseorang di masa lalu Vano muncul lagi dengan ekspresi tidak bersalah. Ia berusaha keras untuk mendapatkan Vano lagi, dan apakah Vano bakalan melihat ke masa lalunya atau bakalan fokus ke alena?

Jihan_Handini · Teen
Not enough ratings
24 Chs

PERUBAHAN KECIL

Sepuluh menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi, alena sudah berada di sekolahnya.

Akan tetapi, hari ini ada suatu hal yang terjadi datang dari vano. Bukan terlambat masuk, bukan perkelahian.

Alena masuk ke area sekolah dan melihat syifa dan carla baru keluar dari koperasi. Syifa melambaikan tangannya ke arah alena.

"Al!, sini deh, ada berita baru

buat lo." kata syifa histeris.

"Apaan? Pr fisika? gue udah

selesai. Nah lihat."

"Bukan!" syifa menggelengkan kepalanya.

"Gue mau nunjukin lo sesuatu."

Mereka bertiga berjalan masuk ke koridor gedung sekolah dan berhenti hanya untuk memperhatikan sesuatu. Vano sedang bersama temannya.

Tetapi, ada yang berbeda dari biasanya. Penampilan vano.

Alena bukan lagi melihat vano pertama kali bertemu cowok itu sewaktu ia menabrak alena, cowok yang berpakaian urakan dengan seragam keluar dan tidak memakai dasi.

Hari ini vano sangat rapi, memasukkan seragamnya, memakai dasi. Padahal biasanya kalau belum kena marah bu anggraini, mana mau dia memasukkan bajunya ke dalam celana dan memakai dasi.

Hari ini dia beda 180° dari biasanya, benar benar rapi dari biasanya, tak terlihat bahwa dia tipe siswa yang bad boy.

Alena masih memperhatikan vano, cowok itu menoleh ke arah alena.

"Ke kelas yuk." Alena segera mengalihkan perhatian "ayo lah."

ketahuan menatap terang terangan seperti tadi membuat alena malu, jadi dia tidak mau bertahan lebih lama untuk berdiri disana.

"Iya udah deh." syifa sempat berdecak tapi akhirnya setuju juga.

Mereka bertiga masuk ke kelas dan duduk di kursi masing masing, dilihatnya satu kelas sibuk menyalin pr terburu buru karena bel nya berbunyi.

"Al, tadi kenapa sih lo buru

buru banget masuk kelas." tanya syifa.

"Nggak apa apa." jawab alena.

                             *****

Bel pulang baru saja berbunyi. carla dan alena baru saja keluar melewati parkiran dan menuju gerbang. Lagi lagi melihat gerombolan vano buat kericuhan lagi.

Sekarang sasaran mereka adalah dani, murid kelas XI IPA-1 yang mempunyai badan gendut.

Entah apa salah cowok itu sampai akhirnya badan gendutnya jadi sasaran azka dan rio tanpa mempedulikan raut wajah dani yang pucat, disebelahnya vano yang sedang bersandar di dinding ditemani seorang cewek disampingnya.

"Itu namanya kak tasya." bisik carla lirih "jangan dilihatin al, gawat ntar."

"Siapa juga yang ngeliatin?"

Alena membalas, pura pura tidak peduli. Berusaha tidak mengacuhkan vano dan kak tasya. Setelah itu mereka berhasil melewati gerbang, alena menghembuskan nafas lega.

"Yah angkot gue udah ada tuh.

lo jadi nunggu sendirian deh,

nggak apa apa kan?"

"Ya udah nggak apa apa. Duluan

aja."

"Bener?"

"Iya." Alena mengangguk.

"Kalau gitu gue duluan ya. Bye!" carla melambaikan tangannya dan meninggalkan alena sendirian.

Alena melirik ke gerbang, dilihatnya vano masih berdiri di sana, bersama tasya. Alena duduk di kursi halte sambil menatap trotoar seberang, masih ada beberapa anak kelas 12 menunggu di seberang. Namun, tidak ada satupun yang alena kenal.

"Mau gue anterin?"

Alena tersentak kaget. Cewek itu berpaling dan melihat vano duduk disebelah alena berjarak 3 jengkal.

"Nggak. Naik angkot aja."

"Cewek nunggu di halte

sendirian bahaya." Alena melirik vano.

"Van, kamu ngapain di sini? aku

cariin dari tadi!"

Baik alena maupun vano menolehkan kepala begitu mendengar suara seseorang yaitu ; tasya dengan tatapan tajam kearah alena. Vano memutar bola matanya jengkel.

"Lo ngapain kesini?"

"Terserah aku dong, terus itu

disebelah kamu siapa?"

"Angkotnya udah datang. Gue

duluan ya."

bertepatan dengan pertanyaan tasya yang terdengar menghakimi.

                             *****

Alena baru saja menyelesaikan pr matematika yang diberikan bu asri sebagai pr balas dendam, karena ulah roy yang tidak mengerjakan tugas.

Akhirnya satu kelas kena hukumannya, alena memasukkan buku kedalam tas sehingga tangannya menyentuh ponsel, ponselnya yang bergetar dikeluarkan dari tasnya. Ternyata yang nelfon elina.

" Halo el, ada apa?"

"Al tadi lo nggak diapa apaan

kan sama vano?" tanya elina

"Enggak kok. Lo tau dari mana

el?"

"Tadi gue nggak sengaja lihat lo

sama si vano."

"Oh... Lo kok enggak samperin

gue?"

"Gue males kalok ada si

Vano."

"Emang kenapa kalau ada

Vano?"

"Males gue lihat mukanya."

"Oh.."

"Udah dulu ya al."

"Iya."

Alena masih bingung dengan sikap vano yang tadi, yang berubah drastis menjadi lembut kepadanya.

"Ih..., kenapa juga gue mikirin

dia." batin alena.

Tak lama kemudian syifa menelfon alena.

"Hallo al."

"Hm..."

"Gue besok nengok pr

matematika, ya..."

"Nggak boleh."

"Please.... ya..."

"Hm.. Iya, syif tau nggak."

"Apa?"

"Si vano sikapnya berubah

sekarang."

"Maksudnya?"

"Tadi dia nyamperin gue pas

Gue lagi nunggu angkot.

Ngomong nya itu lembut."

"Jangan jangan dia suka sama

Lo al."

"Ih, ngomong apa sih lo. Nggak

jelas banget." jawab alena dengan kesal.

"Awas ya al, hati hati nanti lo

suka sama dia." ledek syifa

"Apaan sih. Udah ah bagusan

Gue tidur."

"Semoga mimpi indah vano"

"Awas lo ya syif nggak gue kasih

Lo pr matematika besok."

"Eh, janganlah. Iya iya gue

nggak ngejek lo vano lagi.

bye."

"Hm..."