webnovel

ALENO

Alena valencia syafira seorang siswi baru di victory school. Ayahnya yang dimutasi ke jakarta mengharuskan alena pindah sekolah. Di sekolah tersebut ia baru saja dekat dengan 3 orang siswi yang bernama; syifa,carla, dan Elina. Kejadian di gerbang sekolah membuat alena bertemu dengan seorang cowok yang membuatnya terjatuh. Selidik punya selidik cowok itu bernama; vano bara wijaya murid nakal dan urak -urakan. Semua murid di victory school tau kalau Vano susah di dekatin sama siswi disekolah tersebut. Banyak cewek-cewek yang mengejarnya tapi ia begitu cuek. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi kepada alena dan vano, yang mengantarkan alena untuk kian lebih dekat dengan vano. Dua kepribadian yang saling tolak belakang. Apakah vano bisa membuat alena jatuh cinta? Namun, seseorang di masa lalu Vano muncul lagi dengan ekspresi tidak bersalah. Ia berusaha keras untuk mendapatkan Vano lagi, dan apakah Vano bakalan melihat ke masa lalunya atau bakalan fokus ke alena?

Jihan_Handini · Teen
Not enough ratings
24 Chs

Pengakuan

Pada pagi itu alena masih saja tidur dikasurnya, walaupun alarm di hp nya terus berbunyi untuk membangunkannya namun, masih saja ia memeluk guling yang ada disampingnya.

Kring....

Kring....

"Oke, gue bangun." Katanya sambil mematikan alarm yang berbunyi di hp nya.

alena terkejut saat melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah jam 7 pagi.

Ia langsung menyambar handuk yang berada di gantungan dekat pintunya, dan ia segera menuju ke kamar mandi.

Tak lama kemudian ia sudah mengenakan seragam sekolahnya, ia melihat lagi ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya.

Ia segera menyambar tas sekolahnya, dan bergegas menuju ruang makan.

"Ma, aku berangkat dulu ya soalnya udah mau telat."

"Sarapan dulu."

"Udah telat ma, nanti aku beli roti aja di kantin sekolah."

"Yaudah, hati hati ya."

"Iya ma, aku duluan ya ma. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Ia sudah berada di sebuah angkutan umum, dengan wajah yang lesu takut kena hukum kalau telat masuk, ia melihat jam di hp nya tinggal 15 menit lagi bel sekolah berbunyi.

Ia ragu apakah ia masih bisa sampai di sekolah tepat waktu atau tidak, tak sengaja ia melihat ke arah kaca angkutan umum yang terlihat sosok Vano membonceng seorang cewek yang tak lain reina.

Vano tidak melihat alena yang berada di dalam angkutan umum, tapi reina yang melihatnya langsung memeluk vano dari belakang dengan erat.

Tanpa diduga ternyata ia sudah sampai di depan gerbang sekolah nya, ia segera membayar ongkos nya dan berlari menuju gerbang sekolah yang akan ditutup oleh penjaga gerbang sekolah itu.

"Mang bentar!!!" Teriak alena sambil berlari menerobos pagar sekolah,

"Makasih mang!" Katanya sambil berlari menuju kelasnya.

Namun sebelum sampai di kelasnya ia dipanggil oleh guru bk yang melihat dia terlambat.

"Hei! Sini kamu!" Panggil guru tersebut.

"Iya bu." Jawabnya langsung berjalan ke arah guru itu.

"Kamu mau kemana?"

"Ke kelas bu."

"Kamu tahu ini jam berapa? Kamu udah telat 5 menit."

"Tadi saya naik angkutan umum bu, makanya saya telat."

"Kalau kamu berangkat pagi, kamu gak akan telat walaupun kamu naik angkutan umum."

"Maaf bu."

"Kamu tahu apa hukumannya kalau telat?"

"Nggak bu."

"Kamu hormat bendera 1 les, setelah itu bersihkan toilet perempuan ya."

"Iya bu." Ucapnya pasrah.

"Ya udah, kamu kerjakan hukumannya sekarang."

"Iya bu."

alena segera berjalan ke lapangan, lalu menghormat ke arah bendera. 5 menit kemudian matahari bersinar sangat terik membuat keringatnya bercucuran, ia segera menghapus keringat yang keluar di wajahnya.

Namun ada sosok 2 orang yang berjalan di depannya membuat ia terfokus pada sosok itu, siapa lagi kalau bukan Vano dan reina.

Anehnya vano yang melihat alena di lapangan malah cuek, bel pun berbunyi menandakan les pertama sudah selesai.

Ia segera mengambil tasnya dan membeli roti di kantin, sesudah makan roti ia langsung ke kelasnya menaruh tas di kursinya.

"al, lo kemana aja?" Tanya syifa.

"Gue dihukum, soalnya gue telat"

"Jadi, lo disuruh hormat bendera ya?" Tanya carla

"Iya, gue duluan ya."

"Kemana?" Tanya mereka berdua.

"Gue mau bersihkan toilet."

"Kita bantu ya." Tawar mereka

"Nggak usah gue sendiri aja."

"Tapi lo kelihatan capek."

"Enggak kok, ya udah gue duluan."

"Iya."

alena berjalan menuju toilet perempuan, ia segera mengambil alat alat untuk membersihkan toilet.

Namun, di dalam toilet tersebut terdapat sosok reina yang sedang berdiri dengan melipat kedua tangannya, ia melihat alena dengan tatapan yang tidak bisa diartikan dan tersenyum licik.

"Kasian banget sih lo." Ledek reina,

alena hanya diam sambil tersenyum.

"Tapi lo pantas dapat hukuman." Ucapnya lagi lalu ia melirik ke arah ember yang berisi air, ia mengambil gayung laku menyiram alena dengan air yang ada di ember tersebut, baju alena basah.

"Lo apaan sih?" akhirnya alena bicara.

"Kenapa? Lo nggak terima?"

"Maksud lo apa kayak gini?"

"Gue nggak suka kalau ada orang yang mengambil kebahagiaan gue."

"Emang gue ada ngambil kebahagiaan lo?"

"Dasar bitch!"

"Gue bukan bitch, tapi lo yang bitch."

"Lo emang bitch!"

"Gue nggak bitch! Lo yang bitch."

Mendengar itu reina menampar pipi alena, namun alena langsung membalas tamparan reina, reina langsung teriak dan menangis sejadi jadinya.

Seorang cowok yang berjalan menuju toilet cowok mendengar teriakan itu langsung menuju ke arah sumber suara, reina yang melihat cowok itu langsung memeluknya.

"Lo kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Hiks.. hiks... gue ditampar sama dia." Menunjuk ke arah alena.

"Dia yang nampar gue duluan." Ucap alena.

"Bohong van, gue nggak ada menampar dia."

"Nggak dia bohong, van jangan percaya sama dia."

"Gue nggak bohong, dan dia tadi bilang gue bitch gara gara gue dekat sama lo."

"Bitch?" Tanya vano

"Iya."

"Gue nggak nyangka lo ngomong sekasar itu Al."

"Lo salah paham, dia duluan yang bilang gitu sama gue."

"Jangan percaya sama dia van." Ucap reina.

"Dengerin penjelas gue dulu."

"Nggak usah di dengerin." Ucap reina lagi.

"Diam lo! Emang bitch kan lo." Emosi alena.

"Ternyata benar yang dibilang sama reina, pergi lo dari sini!" Ucap vano dengan nada tinggi.

"Oke, gue bakalan pergi dari sini"

alena meninggalkan toilet dan segera masuk ke kelasnya, ia melipat kedua tangannya lalu menenggelamkan wajahnya di atas kedua tangannya sambil menangis sesenggukan, melihat itu syifa dan carla segera menghampiri alena

"Lo kenapa?" Tanya mereka

"Gue nggak papa kok."

                       ®®®®®

alena masih tak percaya kalau vano membentak dia karena kebohongan reina, ia mencampakkan tubuhnya ke kasur yang empuk kemudian mengambil ponsel yang berada di sampingnya lalu muncul notifikasi pesan dari vano.

"Sorry gue tadi kasar sama lo, soalnya gue terpaksa ngelakuin itu."

"Maksud lo?"

"Gue kepaksa soalnya kalau gue tadi percaya sama lo, dia bakal bunuh diri."

"Ooh, gue kira lo betulan nggak percaya sama gue."

"Gue percaya kok sama lo, lo kangen nggak sama gue? "

"Nggak?"

"Yakin?"

"Iya, gue yakin."

"Jadi lo betulan nggak kangen sama gue? Ya udah deh kalah gitu."

"Iya, gue kangen sama lo yang dulu."

"Cie!! Ngaku nih ye."

"Nggak jelas."

"Hhhh Ya udah tidur sana, besok telat lagi. Have a nice dreams honey!"

"Geli gue bacanya."

"Katanya kangen."

"Tapi kali ini lo terlalu lebay."

"Ya udah tidur sana."

"Hm... Lo juga tidur jangan telat."

"Iya sayang.."

alena langsung menaruh hp nya di meja belajar lalu ia tersenyum memikirkan perkataan Vano tadi, walaupun ia geli dengan perkataannya tadi.

Tapi ia kangen dengan sikap manis vano ke dia.