webnovel

ALENO

Alena valencia syafira seorang siswi baru di victory school. Ayahnya yang dimutasi ke jakarta mengharuskan alena pindah sekolah. Di sekolah tersebut ia baru saja dekat dengan 3 orang siswi yang bernama; syifa,carla, dan Elina. Kejadian di gerbang sekolah membuat alena bertemu dengan seorang cowok yang membuatnya terjatuh. Selidik punya selidik cowok itu bernama; vano bara wijaya murid nakal dan urak -urakan. Semua murid di victory school tau kalau Vano susah di dekatin sama siswi disekolah tersebut. Banyak cewek-cewek yang mengejarnya tapi ia begitu cuek. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi kepada alena dan vano, yang mengantarkan alena untuk kian lebih dekat dengan vano. Dua kepribadian yang saling tolak belakang. Apakah vano bisa membuat alena jatuh cinta? Namun, seseorang di masa lalu Vano muncul lagi dengan ekspresi tidak bersalah. Ia berusaha keras untuk mendapatkan Vano lagi, dan apakah Vano bakalan melihat ke masa lalunya atau bakalan fokus ke alena?

Jihan_Handini · Teen
Not enough ratings
24 Chs

Menyerahnya reina

Matahari muncul secara perlahan dibalik jendela kamar Vano. Hari ini adalah hari minggu, dimana semua orang berkesempatan untuk berekreasi, jogging, dan melakukan kegiatan yang berguna.

Vano segera bangkit dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi, setelah beberapa menit dia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan badan yang terbalut oleh handuk.

ia terkejut ketika mendapatkan sosok Reina yang sedang duduk di kasur King size milik Vano.

" Lo ngapain kesini?" Ucap Vano datar

"Kenapa?"

"Mendingan lo keluar dulu sana, gue mau pakai baju."

"Oke!"

Reina pun menuruti kata-kata Vano, ya segera keluar dari kamar Vano.

Beberapa menit kemudian Vano keluar dari kamarnya.

"Langsung to the point, apa tujuan lo kerumah gue?"

"Ngajak lo jalan."

"Gue lagi sibuk!"

"Emang lo lagi mau ngapain?"

"Bukan urusan lo!"

"Please... kali ini aja, gue janji setelah ini lo boleh dekat lagi sama alena."

"Lo serius?"

"Iya, gue serius."

" kesambet apaan lo?"

" mana ada gue kesambet, gue kan orangnya baik."

"Yaudah, lo mau jalan kemana?"

"Serius lo mau?"

"Iya, lo mau kemana?"

"Thanks van, lo mau jadi sahabat gue?"

"Lo yakin?"

"Iya, gue nggak akan ganggu lo sama alena lagi. Tapi izinin gue buat jadi sahabat lo ya?"

"Iya, yuk berangkat."

"Ayo!"

"Karena enggak selamanya seseorang bakal bodoh untuk mengejar sesuatu yang nggak akan pernah bisa dia dapatkan"

Mereka segera keluar dari rumah Vano dan langsung menaiki motor sport milik Vano, tujuan mereka yaitu taman.

Di sana terdapat banyak orang yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti jogging, bermain, dan kegiatan yang lain-lain.

Mereka turun dari motor sport tersebut dan duduk di kursi taman yang kosong.

" gue mau nanya sama lo Rei." Ucap Vano sambil menatap reina

"Nanya apa?"

"Kenapa lo tiba tiba ngebolehin gue buat deket lagi sama Alena?"

"emang kenapa? Lo nggak mau dekat sama Alena lagi?"

"Ya, gue mau lah deket sama dia. Tapi, bukannya kemarin lo yang ngancam kalau misalnya gue deket sama Alena lo bakalan bunuh diri?"

"Hm... gue sadar kalau sesuatu milik seseorang enggak selamanya abadi, dulu gue selalu menyia-nyiakan lo yang tulus sama gue. Dan sekarang gue baru rasain gimana rasanya disia-siakan saat gue udah mulai tulus sama lo. Masa lalu tidak akan menang karena dia selalu ada di belakang masa depan lah yang akan melanjuti nya, gue cuma ingin menjadi sesuatu yang berarti dalam hidup lo tapi bukan untuk sesaat walaupun gue tahu kalau gue itu cuma Masa Lalu lo." Jedanya sesaat. " gue minta maaf sama lo karena gue udah ninggalin lo, sekarang lo seperti angin, terasa dekat namun tidak bisa gue genggam. Gue benar-benar nyesal udah ninggalin lo." Ucap reina dalam tangisnya.

Vano yang mendengar tangisannya langsung memeluk reina memberi ketenangan.

" menangislah sepuasnya jika itu bisa menenangkan hati lo, gue yakin lo pasti bisa lewati semua ini karena lo itu sosok Reina yang kuat, dan lo pasti bisa nemuin sosok cowok yang benar-benar tulus sama lo yang membuat lo merasa aman, tenang dan menyenangkan, bukan dengan seseorang yang membuat lo selalu menjatuhkan air mata." Ucap Vano masih memeluk reina.

"Makasih ya, lo udah bikin gue sadar kalau yang gue lakuin itu salah, gue cuma mikirin diri gue sendiri tanpa gue mempedulikan perasaan orang lain." Ucap reina yang sudah tidak menangis lagi.

"Udah jangan sedih lagi, lo mau es krim?" Kata Vano melepas pelukannya.

"Mau."

"Yaudah gue beli disana dulu ya." Vano menunjuk ke arah tukang es krim. "Lo tunggu disini, jangan kemana mana!" Sambungnya sambil berjalan menuju tukang es krim tersebut.

"Iya!" Ucap reina sambil tersenyum ke arah Vano.

Tak lama kemudian Vano membawa dua buah es krim di tangannya dan mengasih 1 es krim ke Reina.

"Makasih." Reina tersenyum dan mengambil es krim tersebut.

"Ya, kalau udah selesai makan ice cream Lo mau ke mana lagi?"

" gue mau ke mall, anteri ya?"

"Ok, lo mau beli apa?"

" adadeh, rahasia pokoknya"

"Hm... yaudah." Ucapnya dengan nada kesal.

"Hahaha... Lo lucu kalau lagi kesal. Andai aja dulu gue nggak ninggali lo, mungkin gue masih pacaran sama lo."

"Itu masalalu, nggak perlu diingat lagi."

"Siap!" Ucapnya sambil mengangkat tangannya untuk menghormat.

"Udah selesai makan es nya?" Ucap Vano.

"Udah, yuk!"

Vano menancapkan gas motornya secara perlahan dan meninggalkan Taman tersebut.

"Gue boleh pegangan ke lo nggak?" Tanya reina ragu

"Yaudah boleh."

"Makasih ya van."

"Hm.."

Reina langsung berpegangan dengan vano yang masih fokus dengan jalanan yang terlihat lumayan ramai.

Sesampainya di mall Reina mengajak vano untuk memilih jaket, sesudah mendapatkan jaketnya Reina segera membayar ke kasir.

"Ini buat lo." Reina menyerahkan sebuah plastik yang berisi jaket yang tadi ia pilih.

"Buat gue?" Tanya Vano bingung.

"Iya."

"Nggak. Itu kan lo yang beli, kok lo kasih ke gue?"

" pokoknya ini jaket buat lo, sebagai ucapan terima kasih gue karena lo mau anteri gue jalan-jalan dan lo mau nerima gue jadi sahabat lo."

" tapi kan gue bisa beli sendiri."

" pokoknya lo terima, gue nggak mau penolakan."

" oke, makasih ya."

" Iya sama-sama yuk pulang."

" ayo!"