webnovel

bab 5 kejujuran Rizal

Lumayan nyenyak Lestari tidur semalam, hari Minggu ini biasanya ayah dan ibu nya, berkumpul di rumah, juga adik perempuan nya.

Tapi sejak semalam mereka memang sedang tak ada di rumah, mengunjungi nenek nya yang sedang sakit, Lestari menolak untuk ikut.

Karena memang dia berjanji untuk nonton denga Lili semalam.

Tring!

Sebuah notifasi pesan masuk berbunyi di ponsel Lestari, baru saja gadis itu selesai mandi.

"Tari, aku main ke rumah mu ya, kamu ada kan di rumah?}

Lili mengirim kan pesan singkat nya.

{Ada Li,di rumah sepi kok, orang tua dan adik ku dari semalam kan ke tempat nenek, mereka tidak pulang, aku sendiri di rumah}

Lestari membalas pesan sahabatnya itu.

{Ok, tunggu aku ya}

Jawaban Lili dengan cepat di terima Lestari.

Gadis itu meletakan ponsel nya di atas nakas.

Dia melangkah ke teras depan, menunggu Lili yang akan datang kerumahnya.

Perut Lestari terasa perih, rupanya cacing cacing penguasa perit sudah kelaparan, dan begitu ribut bernyanyi.

Mungkin sambil menunggu Lili datang, dia bisa membuat sepiring nasi goreng.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju dapur.

Suara dering ponsel terdengar samar, tentu saja, ponsel nya ada di dalam kamar, dengan cepat Lestari mengambil ponselnya, melihat nama Rizal terpampang di layar benda pipih miliknya.

"Halo!" Sapa Lestari tanpa menunggu lama deringan terdengar di ponsel nya.

"Halo, Tari apa kabar, sudah sarapan belum?" Suara Rizal seperti biasa menanyakan sesuatu yang dia anggap hanya basa basi.

"Oh ,mas Rizal, sudah mas, maaf ada apa ya pagi pagi menghubungiku?" Tanya Lestari, bedanya seperti tak suka, bila laki laki yang di lihat nya semalam itu menghubunginya.

"Mengganggu ya mas telpon kamu?" Tanya Rizal agak gugup.

Biasanya dia memang mengirimkan pesan dahulu kepada gadis yang ditemui nya di bioskop seminggu yang lalu itu.

Tapi hari ini lelaki berkulit gelap itu, ingin langsung berbicara dengan gadis yang selalu dia ingat selama ini.

"Engga juga mas, hanya heran aja, kok mas pagi pagi sudah menghubungiku" Lestari menjawab sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur, dia melanjutkan membuat sarapan nya.

Tak mau cacing dalam perut nya lebih berontak. Menagih jatah nya.

"Mas mau bilang sama kamu, kalau mas suka sama kamu!"

Kolontrang!

Pisau yang di pegang nya bekas mengupas bawang terjatuh dari pegangan tangannya, melewati kaki Lestari yang  putih mulus.

Lestari terkejut, ketika dengan jelas dan tanpa basa basi Rizal menyatakan rasa sukanya.

"A- apa mas?" Lestari terbata menjawab ucapan Rizal.

"Mas tau pasti kamu mendengar dengan jelas apa yang mas katakan barusan!"

"Iya mas jelas, hanya sedikit terkejut saja!" Jelas Lestari parau.

"Mas mau menemui kamu hari ini, boleh ya?"

"Di mana mas?" Tiba tiba Lestari bertanya seakan akan dia menerima ajakan Rizal.

"Nanti mas kirim alamatnya ya, dimanakita bisa bertemu"

Rizal menutup sambungan nya, Lestari terkulai lemas, duduk bersandar di kursi makan.

Tak lama, Lili pun datang membawakan  bungkusan sarapan untuk sahabatnya.

" Tari, Tari!" Panggilnya melihat ke arah kamar Lestari.

"Aku ada di dapur Li" jawab Lestari sedikit berteriak.

Lili tersenyum sambil menyerahkan bungkusan yang dia bawa.

Lestari melihat kedalam bungkusan itu, dua bungkus nasi uduk, diambil nya piring, gadis.itu menikmati sarapan yang di bawa sahabatnya.

"Aku tadi mau bikin nasi goreng , tpi karena  kamu bawa sarapan buat ku juga, ya sudah mending makan nasi uduk ini" Lestari menghabiskan suapan terakhirnya.

Lili tak menjawab, dia sibuk dengan ponsel nya, sepertinya dia tak terlalu bersemangat pagi ini .

"Kenapa Li? Kok wajah kamu ditekuk gitu?" Tanya Lestari, cepat dia membereskan meja makan nya, membawa cucian kotor ke bak cuci piring nya.

"Aku mau dijodohkan Tar!" Jawab Lili pelan.

"Maksud kamu?" Tanya Lestari, meneguk teh hangat yang baru saja dia buat.

"Aku di jodohkan dengan anak teman ayah ku" Lili menjelaskan arti ucapan nya.

Lestari mengangguk anggukan tanda memahami apa yang di katakan sahabatnya.

"Terus masalah nya apa Li?"

"Aku gak mau lah Tar! Belum tentu laki laki nya menyukaiku, atau aku suka padanya!"

"Kamu kan belum bertemu sama lelaki itu, berkenalan aja dulu, jangan langsung kamu terima!"

"Masalahnya, ayahku memaksa ku,untuk menerimanya" suara Lili terdengar kalut.

"Memang kapan, perjodohan kamu di ada kan nya?" Lestari bertambah penasaran dengan cerita Lili.

"Minggu depan Lesatari!" Dengan kesal Lili menjawab ketus, pertanyaan ku.

Bola mata Lestari membesar, mulut nya menganga, terkejut mendengar apa yang Lili sampaikan, seminggu lagi?

Dalam waktu yang tak lama lagi, sahabatnya itu akan di jodohkan.

Lestari, tahu Lili tak akan pernah menyetujui perjodohan nya, tapi dia pun mengenal Lili, gadis manis di hadapan nya itu, sangat penurut, pada orang tua nya, dia tak pernah bisa menolak apa yang orang tuanya ingin kan.

Tak ada yang berbicara lagi, Baru sekarang Lestari melihat wajah sahabatnya itu tak ceria seperti biasa nya.

Dret! Dret!

Ponsel Lestari berbunyi.

Rizal mengirimkan alamat tempat bertemu nya nanti sore.

{Lestari mas tunggu ya pukul 3 sore nanti, jangan sampai tak datang}

Dia membaca pesan Rizal di bawah nya, setelah lelaki berkulit gelap itu, memberikan alamat yang akan di jadikan nya tempat bertemu nanti sore.

"Rizal mengajak ku bertemu" ucap Lestari, menoleh ke arah sahabatnya.

"Lelaki itu masih penasaran menemuimu" jawab Lili.

Lestari mengangguk.

"Tadi dia mengatakan, suka sama aku Li"

Lestari memberitahukan isi pesan Rizal pada sahabatnya.

Tak ada sahutan dari Lili.

Hanya kebisuan diantara kedua gadis itu, Masing masing dengan fikiran nya sendiri.

Perjodohan Lili memang mengejutkan Lestari.

Tak bisa terbayangkan oleh nya, bila sahabatnya itu menikah, tak ada lagi teman untuk berbagi, pasti Lili tak akan bisa menemui dan bersama nya sebebas sekarang ini.

Lestari membaca kembali alamat yang Rizal berikan, tempat itu ternyata cafe dimana pertama kali Lestari menumpahkan minuman nya di baju Rizal.

Baik lah Rizal, aku akan menemui mu, akan ku tanyakan siapa wanita yang berjilbab itu pada mu.

Setelah itu siapa pun dia, maaf jangan pernah menghubungi ku lagi, gumam Lestari dalam hati.

Batin nya tergerak ingin segera pukul 3 sore, ingin segera mendapatkan jawaban dari lelaki yang selalu mengganggu lewat pesan pesan yang dia kirim kan.

Siang begitu lambat berjalan, waktu pun merangkak sangat malas, lama rasanya  Lestari menunggu waktu pukul 3 sore.

Lili pamit, terlihat jelas wajah sahabatnya itu muram.

Gadis itu berubah menjadi agak pendiam, tentu saja yang di fikirkan nya adalah perjodohan orang tuanya.

Lili melangkah dengan gontai pergi meniggalkan rumah Lestari.

Entah lah apakah perjodohan ini memang jalan terbaik bagi Lili, atau mungkin saja Lili berani menolak nya.

Tentu dia belum siap untuk menikah muda. apa lagi calon suaminya karena perjodohan orang tua.

**

Lestari melirik kembali arloji ditangan nya.

Hampir pukul 3 sore, minuman dingin yang di pesan nya sudah hampir habis, tapi Rizal belum juga datang.

Apakah lelaki itu hanya mempermainkan nya?

Dia yang mengatur waktu pertemuan ini, memintanya pukul 3 sore.

Tapi saat ini tingal beberapa menit lagi arah jarum jam ke angka 3, lelaki itu belum juga datang.

Lebih baik aku hubungi Rizal, gumam nya.

Dia  tak mau menunggu terlalu lama, kalau saja lelaki itu tak bisa datang, Lestari akan langsung pulang.

Tapi baru saja Lestari mengeluarkan ponsel nya, Rizal sudah berdiri di hadapan nya.

Lelaki itu mengenakan kaos polos berwarna cerah, celana jeans yang di pakainya, membuat serasi dengan warna  atasan yang dia pakai, rambut nya di biarkan semrawut, terlihat sangat menarik Rizal sore ini.

Ada tas pinggang kecil bertengger, dengan memakai sepatu cats, terlihat sangat santai, penampilan nya sore ini.

Lelaki itu menghempaskan bokong nya, duduk di hadapan ku.

"Maaf menunggu lama!" Ucap nya.

Lestari masih menikmati karisma di wajah Rizal, menatap nya tanpa sadar, dia tak berniat menjawab ucapan lelaki itu.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya nya melihat lihat buku menu di atas meja.

"Aku sudah pesan minuman ini" tunjuk Lestari, tangan nya menyentuh gelas minuman yang tinggal separuh isinya.

"Mau nambah?" Tanya Rizal ramah.

Lestari menggeleng.

Di pesan nya minuman bersoda, dan sepiring cemilan.

Lelaki itu mengeluarkan rokok nya dari dalam tas pinggang nya.

"Boleh aku merokok?" Tanya nya.

Kali ini pun hanya anggukan yang Lestari berikan, untuk menjawab apa yang di katakan Rizal.

Di sulut nya sebatang rokok, mengisapnya dan di hembuskan nya perlahan.

"Lestari, mas mau minta maaf karena tadi mas sudah berani mengutarakan isi hati mas" Rizal mengawali pembicaraan nya.

Wajah Lestari memerah, ketika ingat pesan yang dikirim Rizal, lelaki ini menyukai nya.

"Kamu belum punya pacar kan?" Tanya Rizal.

Lestari menggeleng.

Dia memang pernah menceritakan bila dia baru saja putus dari Bagas pacarnya.

Mungkin Rizal ingat, bila selama lelaki itu mengirim pesan padanya, dia pun bertanya apakah Lestari mempunyai pacar?

Dan gadis itu sudah menjelaskan nya  lewat balasan pesan Rizal.

"Maaf ya mas, sebenarnya mas meminta ku bertemu untuk apa?" Tanya Lestari di antara rasa penasaran nya kepada si wanita berjilbab.

"Sudah sering mas meminta kamu untuk bertemu, tapi kamu menolak terus, sekarang  kamu baru bisa menemui mas" jawab Rizal, walau pun bukan itu jawaban yang di harapkan Lestari.

"Iya mas, aku kan sibuk kerja, selalu lembur juga"

"Semalam ternyata kamu ada waktu, bisa nonton sama teman kamu!"  Rizal menyudutkan ku.

"Mas juga kan bisa  nonton di gedung yang sama semalam, bersama wanita lagi" jawaban Lesatari mulai menuju arah ke ingin tahu an nya tentang wanita berjilbab yang semalam dia lihat bersama Rizal.

"Siapa mas wanita berjilbab yang datang bersama mas semalam?" Akhirnya keluar juga pertanyaan Lestari.

Rizal tak menjawab, pesanan minuman dan celana, sudah datang,

Ruzal meneguk minumannya.

Ingin rasanya, Lestari mengulang lagi pertanyaan yang sama.

Tapi ternyat Rizal lebih mengerti, bila gadis di hadapan nya itu, menunggu jawaban dari nya.

" Dia istri mas" singkat jawaban yang Rizal ucapkan.

Tapi mampu membuat badan nya bergetar,  lutut gadis itu terasa lemas.

Kalau saja ada Lili, mungkin saja sahabatnya itu bisa menahan ringan nya tubuh Lestari, agar tak lemas terkulai.

" I-is-tri mas?" Tanya Lestari terkejut, suara nya terbata bata.

***