webnovel

Khilaf

"Sayang, kita ke Apartemen Anthony dulu ya. Anak itu katanya ingin bicara sama aku langsung", ujar Prasetya saat ia dengan Xena sudah masuk ke dalam mobil bersiap untuk pulang.

"Sekalian beli makan malam ya, kita makan bareng Anthony", ujar Xena.

"Aku Uda pesankan, katanya ada Lily juga disana", ujar Pras.

"Lily?. Mereka sudah semakin akrab rupanya", ujar Xena tersenyum.

Kemudian Pras melajukan mobilnya menuju ke apartemen Anthony. Sesampainya di apartemen, Pras menurunkan Xena di lobby apartemen sementara Pras mencari tempat parkir. Dua orang pengawal akan turun tapi oleh Xena diminta untuk segera kembali ke rumah jangan menunggu nya dan Pras. Mobil pengawal Xena segera keluar dari lingkungan apartemen.

Pras sudah memarkirkan mobilnya, ia mendekati Xena yang masih menunggu nya di lobby apartemen. Security apartemen sudah mengenali pasangan ini karena apartemen juga atas nama Xena dan dibeli oleh Prasetya namun ditempati oleh Anthony. Xena dan Prasetya memasuki lift untuk naik ke lantai 8. Keluar lift, Xena menggandeng tangan Prasetya menuju ke apartemen nomor 2408. Prasetya memencet bel dan pintu dibukakan oleh Lily.

"Hai Lily, kemana Anthony?", tanya Xena sambil masuk bersama Prasetya.

"Masuk Xena, kak Pras. Anthony sedang mandi", ujar Lily kemudian menutup pintu apartemen.

Xena lalu merangkul Lily, namun ia berhenti berjalan saat tak sengaja Xena memeluk perut Lily.

"Apa dugaanku benar Lily?", tanya Xena membalik badan Lily menghadap kepadanya.

Lily melirik ke arah Pras yang sepertinya tidak mendengarkan pembicaraan mereka, Lily hanya mengangguk lemah.

"Apa ini yang mau dibicarakan Anthony?", tanya Xena lagi. Lily kembali mengangguk.

"Shit, Lily .... ", gerutu Xena.

"Maafkan aku", ujar Lily pelan mulai terisak.

"Sudah diam. Biar para pria yang putuskan", herdik Xena dengan suara pelan.

Pras melihat ke arah istrinya bingung karena ia sedari tadi duduk di sofa sambil melihat ke arah Tab yang dibawanya tanpa mendengarkan pembicaraan Lily dan Xena. Xena hanya tersenyum sambil membawa Lily duduk di meja dapur membelakangi Pras agar Pras tidak melihat air mata Lily. Anthony keluar dari kamar sudah rapi berpakaian, ia langsung menyapa kakaknya.

"Hai kak, sudah lama?", tanya Anthony.

"Baru sampai", ujar Pras ringan. Anthony mendekati Lily yang masih duduk berhadapan dengan Xena yang berdiri di depannya.

"Kenapa Lily?", tanya Anthony sambil memegang pundak Lily.

"Tak apa-apa. Kita makan dulu ya, perut ku sudah lapar, anakku sudah berulangkali menendang perutku", keluh Xena sambil tetap memegang tangan Lily erat.

"Lily, jangan menangis, kamu harus kuat. Kasihan yang di dalam kalau kamu menangis", bisik Xena. Lily menghapus air matanya dan Anthony melihat ke arah Xena.

"Kamu tahu?", tanyanya. Xena mengangguk.

"Baru saja", ujar Xena.

Xena lalu berjalan ke arah Pras yang sudah menunggu nya di meja makan. Ia duduk bersebelahan dengan Pras dan Lily bersebelahan dengan Anthony, duduk dihadapan Pras dan Xena. Mereka memakan makanan mereka tanpa ada sepatah katapun. Mata Xena mengawasi gerak gerik Lily dan Anthony. Pras mulai menaruh curiga.

"Ada apa dengan kalian? Tak biasanya kalian bertiga diam tanpa ada kata-kata", ujar Pras setelah ia menyelesaikan makannya.

Pras lalu bangun dan duduk di sofa diikuti Anthony yang duduk di sofa single agak jauh dari Pras. Xena membantu Lily membereskan bekas makan mereka dan kemudian dia membuatkan secangkir teh hangat untuk suaminya.

Saat Xena menaruh teh hangat di depan tempat Pras duduk, Lily duduk disamping Xena sambil menggenggam tangan Xena erat.

"Ada apa? Kamu tadi mau omong apa? What do you want to talk about?", tanya Prasetya dengan muka serius.

"Kak, please don't be angry, ok", ujar Anthony sambil memperlihatkan raut muka Pras.

"I want to marry Lily as soon as possible", ujar Anthony lagi.

"Are you sure? Kalian berdua masih kuliah loh", ujar Prasetya memastikan.

"Aku akan bekerja kak. Apakah boleh aku bekerja di Lexi Group?", tanya Anthony hati-hati.

"Dengan senang hati. Papi juga pasti setuju kamu bekerja di Lexi Group", ujar Prasetya senang.

"I will work hard", ujar Anthony.

"But wait, I just want to know, why do you suddenly want to marry Lily?. Papi dan Mami pasti akan tanya aku", tanya Prasetya penasaran. Anthony melihat ke arah Lily lalu bergantian ke arah Xena.

"Kasih tau aja sejujurnya, jangan ditutupi", ujar Xena.

"Lily is pregnant", ujar Anthony pelan.

"What??", ujar Prasetya berdiri dari duduknya.

"What did you say?", hardik Pras lagi dengan nada marah. Xena langsung memegang lengan Pras dan memintanya duduk kembali.

"Sayang, dengarkan dulu. Engga usah pakai emosi", ujar Xena.

"Apa yang ada dipikiran kalian hah?", tanya Pras emosi.

"Kami khilaf kak", ujar Anthony pelan.

"You made the mistake and I will be blamed by Mami and Papi", ujar Pras kesal.

Xena menarik lengan suaminya untuk kembali duduk, dan Pras kembali duduk. Xena mengelus punggung suaminya mencoba meredakan kemarahan Prasetya.

"Forgive me please, Forgive Lily", ujar Anthony pelan.

"Bukan sama aku, kamu minta ampun sama Tuhan", ujar Pras tinggi.

"Kalau tidak, aku gugurkan saja anak ini", ujar Lily pelan.

Xena melihat ke arah Lily begitu juga Pras dan Anthony yang kaget mendengar omongan Lily. Xena bangun lalu berdiri di depan Lily dan menampar pipi Lily kencang.

"Plaaaak". Lily memegang pipinya kesakitan.

"Apa katamu Lily?", sekarang Xena yang emosi.

Anthony dan Pras tambah kaget melihat perlakuan Xena kepada Lily. Anthony langsung memeluk Lily dan Pras langsung memeluk Xena.

"Lily apa yang kamu katakan sayang? Aku akan bertanggungjawab Lily, tak perduli walaupun tanpa restu siapapun", ujar Anthony mantab.

"Iya kamu memang harus bertanggung jawab Anthony dan kamu juga Lily. Lepaskan aku kak Pras, biar aku pukul lagi kedua orang ini, apalagi kamu Lily. Seenaknya saja kamu mau menghilangkan nyawa darah dagingmu. Dia tidak salah Lily, yang salah kamu, yang salah Anthony. Kurang ajar sekali kamu mau menghilangkan rejeki Tuhan Lily", ujar Xena geram.

Terlihat sekali matanya penuh dengan kemarahan. Xena melepaskan rangkulan Pras dan kembali berontak saat Pras akan memeluknya lagi. Lily terisak-isak dalam pelukan Anthony.

"Otak kamu telah kamu buang kemana Lily? Banyak orang ingin mendapatkan anak tapi mereka tidak bisa sedangkan kamu diberikan rejeki dari Tuhan mau kamu hilangkan begitu saja. Kalian brengsek, berani berbuat tidak berani bertanggungjawab", jerit Xena semakin marah. Xena mulai terisak, Pras merangkul istrinya dan memeluknya erat.

"Sabar sayang, sabar. Jangan marah sayang, kasihan little Bean", ujar Pras sambil mengelus punggung Xena dan membimbingnya duduk di sofa.

"Sudahlah, ini semua sudah terjadi. Anthony berikan semua documen mu pada Johnny, akan aku suruh dia bantu kamu urus surat nikah kamu. Untuk urusan dengan om Andika, aku yang akan bantu kamu omong juga sama om Andika. Nanti Papi dan Mami akan aku kasih pengertian setelah beres urusan dengan om Andika. Mulai Senin kamu mulai bekerja di Lexi Group, kamu harus mencari nafkah untuk menghidupi anak istrimu", ujar Pras tegas. Anthony mengangguk.

"Terimakasih kak", ujar Anthony pelan. Lily melihat ke arah Xena lalu ia mendekati Xena dan memeluknya erat.

"Maafkan aku Xena, maafkan aku sudah membuat kamu marah", ujar Lily sambil menangis.

"Kita cari solusi Lily, bukan menambah masalah", ujar Xena pelan. Lily mengangguk.

"Aku akan bicara dengan papamu Lily besok. Semoga ia dapat menerimanya", ujar Prasetya lembut kepada Lily.

"Terimakasih kak", ujar Lily pelan.

Hati Anthony dan Lily mulai sedikit lega, langkah awal mereka untuk mengakui kesalahan mereka sudah terlewati, tinggal langkah kedua mereka, meminta restu orang tua Lily dan Anthony. Pras memberikan Anthony semangat untuk menghadapi semuanya, demikian juga Xena yang memberikan Lily semangat.