webnovel

Kepergian Adelia

Saat hampir selesai makan siang, Andika mendapatkan kabar dari cabang Agensinya di Surabaya kalau ada kecelakaan kecil yang mengakibatkan satu modelnya terluka. Dia langsung menginformasikan hal tersebut ke Adelia yang sedang menatap chat di HP nya yang penuh dengan chat Nathan yang berusaha menjelaskan.

"Adel aku harus ke Surabaya karena ada masalah. Si Wendy kecelakaan, lututnya terluka ditakutkan patah. semoga saja tidak. Tapi aku besok juga ada meeting dengan PT.CAT lagi mengenai penandatanganan kontrak. Siapa...", sebelum Andika selesai, Adelia langsung menjawab, "Aku yang pergi ke Surabaya. Aku akan naik Argo Bromo sore ini".

"Tapi Del", ujar Andika ingin mendebat tapi diurungkan saat melihat tatapan tajam Adelia.

"Bisa kamu antar aku ke rumah? Aku langsung bersiap", ujarnya yang lalu dianggukkan oleh Andika. Tak lama kemudian mereka sudah didalam mobil yang menuju ke rumah Adelia dipinggir kota.

"Aku tunggu di sini", ujar Andika kepada Adelia saat mereka tiba di depan rumah Adelia.

"Masuklah. Tenang, ada pelayan di dalam jadi aku tak mungkin memakanmu", ujar Adelia santai.

"Aku mau kok kamu makan", canda Andika. Hatinya sudah tenang melihat Adelia yang sudah bisa mengeluarkan candanya, tapi ada kekhawatiran juga dalam dirinya karena ia tau pasti Nathan akan mengamuk kalau tau dia menyuruh Adelia keluar kota. Andika keluar mobil mengikuti Adelia, memasuki ruang tamu yang sederhana namun berkesan elegan. Andika mengambil majalah bisnis yang tergeletak diatas meja, "Pasti ini punya Nathan". Adelia naik ke kamarnya di atas sebelumnya dia telah menyuruh pelayan membuatkan secangkir teh untuk Andika.

Sekitar setengah jam kemudian, Adelia turun dengan menyeret koper pinknya dan telah berpakaian rapi.

"Andika, antar aku ke dokter kandungan sebentar, aku hanya mau minta surat rekomendasi naik pesawat dulu. Aku berubah pikiran, sepertinya kalau naik kereta aku takut lelah", ujar Adelia. "Oke", ujar Andika riang. Sebentar kemudian mereka dalam perjalanan menuju RS. Memasuki lobby RS Andika meminta kartu pasien Adelia, "Sini aku yang daftarin, kamu langsung ke ruang tunggu praktek aja. Nanti aku menyusul kalau sudah selesai", ujarnya. Karena Andika pernah melakukan hal itu buat Naomi, dia sudah tau prosedurnya sehingga sebentar saja dia sudah mendapatkan nomor antrian. "Adelia, aku boleh ikut antar ke dalam?", tanya Andika. Adelia mengangguk, toh dia pikir hanya meminta surat keterangan tak akan memalukan kalau Andika ikut. Sebentar kemudian nama Adelia dipanggil dan ternyata dokter harus mengobservasi kandungannya apakah sehat untuk melakukan penerbangan atau tidak. Adelia agak sedikit menitikkan air mata saat melihat gambar janinnya di layar 3D. Andika hanya mengusap tangan Adelia lembut. Sebentar kemudian surat keluar dan dokter sudah menyatakan kandungan Adelia sehat dan memberikan resep berupa vitamin untuk kandungannya. Setelah urusannya selesai, mereka lalu meluncur membelah jalanan menuju bandara.

"Kamu tau Andika, kamu orang pertama selain mama yang melihat anakku. Bahkan bapaknya saja belum melihat anaknya secara langsung seperti tadi", ujar Adelia lirih. Andika terkejut lalu ia memegang tangan Adelia karena ia tau Adelia sedang rapuh. Satu hal yang Andika tau pasti, Adelia paling tidak suka dibohongi, makanya Andika berusaha sebisa mungkin selama berteman dengan Adelia tidak pernah membohonginya.

"Tolong kamu jangan beritahu Nathan kemana saya pergi sekarang, aku ingin menenangkan diri sebentar. Katakan saja kamu tidak tahu kemana saya pergi", ujar Adelia lagi.

"Tapi Adelia, Nathan harus tau kemana kamu karena dia suamimu", ujar Andika menasehati.

"Kumohon Andika, berikan aku ruang bernafas. Aku ingin memikirkan lagi semua ini. Ini terlalu cepat untukku. Setidaknya 3 hari cukup untukku untuk menenangkan diri", ujar Adelia memohon. Mau tak mau Andika mengangguk, dalam hatinya dia hanya mau memberikan Adelia yang terbaik dan tak ingin ada kesedihan di mata bening Adelia.

Sesampainya di bandara, Andika langsung memesan tiket pesawat yang nyaman untuk Adelia dengan menyertakan surat keterangan dari dokter. Sebelumnya Andika ingin membelikan tiket first class tapi ditolak Adelia dengan alasan ia hanya perlu tempat duduk yang nyaman bukan yang mahal. Setelah mendapatkan tiketnya, Adelia berjalan tanpa menoleh meninggalkan Andika yang masih menatapnya sampai bayangnya menghilang dari pandangan. Andika sudah membayangkan pasti malam nanti Nathan akan menterornya karena tadi waktu di rumah Adelia, Andika sempat bertemu dengan para pelayan, pasti mereka memberitahukan Nathan kepergian Adelia. "Hmmm siap-siap deh sebentar lagi macan Nathan bakalan mengebel ...", ujar Andika sambil berjalan menuju tempat parkir. Sampai di mobil, sengaja ia mematikan HP nya dan menyalakan nomor HP yang hanya diketahui orang-orang terdekatnya saja, terutama Adelia.