webnovel

Harus Kerja Keras

Pintu kamar rawat dibuka, tampak wajah cemas Nathan dan Adelia. Pras berjalan menghampiri kedua mertuanya dan mencium tangannya.

"Kamu kenapa ngga kasih tau kami si? Kami cemas sekali dengan kalian berdua" ujar Adelia mengeluh.

"Maaf Mommy, aku juga ngga bisa mikir, yang aku ingat cuma bawa Xena ke RS secepatnya. Maaf ya", ujar Pras menyesal.

"Kamu Uda makan belum? Jangan kamu yang tungguin Xena, kamu juga ikutan drop", tanya Nathan sambil berjalan menuju ke arah putrinya yang masih tertidur. Nathan mencium kening putrinya lembut dan Xena membuka mata.

"Sudah Dad, tadi dibawakan sarapan sama Johnny sekertaris saya", ujar Pras tersenyum.

"Hai Dad", ujar Xena lemah.

"Kamu kenapa si cantik? Jaga kesehatan mu dan calon baby mu dong sayang", omel Adelia sambil mencium kedua pipi putrinya.

"Muka kamu pucat amat sayang", ujarnya lagi.

"Kenapa kata dokter Pras?", tanya Nathan sambil kemudian duduk disamping Pras di sofa.

"Xena kelelahan Dad. Tapi kandungan nya sehat dan bayinya juga ngga ada masalah. Cuma dia harus bedrest seminggu", ujar Pras menjelaskan. Adelia masih mengelus rambut putrinya yang masih lemah di tempat tidur.

"Syukurlah tidak ada masalah dengan kandungannya. Iya Cantik, kamu terlalu di forsir juga si tenaganya menyiapkan pernikahan Xavier sampai ngga jaga diri kamu juga. Segala mau kamu yang handle", omel Adelia.

"Kan kapan lagi Mom, cuma sekali seumur hidup kok bantuin kak Xavier mempersiapkan pesta pernikahan nya. Aku juga waktu itu dibantu kak Luna juga", ujar Xena membela diri. Ada ketukan di pintu dan kemudian masuklah Johnny sekertaris Pras.

"Selamat siang pak Presdir, pak Nathan. Maaf pak mengganggu, ini ada dokumen yang perlu persetujuan bapak", ujar Johnny sambil memberikan setumpuk dokumen kepada Pras. Nathan langsung bangun dari duduknya dan berjalan menuju ke Adelia.

"Pras, kalau kamu mau ke kantor, pergilah, biar saya sama Adelia di sini", ujar Nathan.

"Ngga Dad, saya sudah meeting pagi tadi, biasa Vicall. Ini cuma kerjaan rutin doang. Johnny juga bisa bolak balik ke sini kan kantor lebih dekat ke sini", ujar Pras.

"Eh iya, saya mau protes, kenapa Xena dibawa ke RS ini ngga ke RS WD Group?", omel Nathan.

"Kan Xena istri saya Dad, kalau saya sakit kan saya juga larinya ke sini, makanya Xena juga saya larikan ke sini", ujar Pras nyengir.

"Sama aja kok Dad, mau ke RS WD atau RS ini", kata Adelia.

"Iya Dad, RS ini juga makin lengkap kok alat-alat medisnya. Saya selalu pantau", ujar Pras.

"Tapi kan .. akh sudahlah. Malas berdebat sama kamu", ujar Nathan.

"Xena sayang, kamu harus segera pulih ya nak", ujar Nathan sambil membelai rambut putri kesayangannya.

Tampak Pras sedang tenggelam mengerjakan pekerjaannya saat Xavier dan Luna datang muncul di pintu kamaw rawat. Xavier dan Luna langsung mencium tangan Nathan dan Adelia bergantian. Lalu Xavier mencium kening adiknya lembut.

"Xena kenapa sampai drop gini si cantik", ujar Xavier.

"Ngga apa-apa kakak. Ini salah aku yang ngga bisa jaga diri", ujar Xena tersenyum. Luna juga mencium pipi Xena lembut.

"Cantik kamu harus sehat, kasihan baby kamu. Maaf ya gara-gara bantuin aku kamu jadi gini", ujar Luna sedih.

"Ngga kok kak Luna, ini salah aku aja kok kak. Jangan omong gitu, aku ngga suka", ujar Xena cemberut.

"Cantik", ujar Xavier sambil membelai rambut adiknya. Xena hanya tersenyum menatap ke arah Xavier.

"Liat tuh si Pras, samanya kaya Daddy, sambil jagain sambil tetap kerja. Hadeh kenapa Menantu sama Mertua samanya si", keluh Adelia.

"Itu Menantu sejatiku Mommy. Dia tetap harus kerja keras buat menafkahi istrinya anak kita. Kita harus bangga sama Pras", puji Nathan.

"Tumben Daddy puji Pras biasanya ngebuly dia terus", bisik Adelia.

"Itu kan kenyataan Mom", ujar Nathan mengelak.

Adelia, Xavier, Luna dan Xena hanya tersenyum melihat Nathan sementara orang yang sedang dibicarakan masih dengan seriusnya mengerjakan pekerjaannya di dampingi Johhny sekertaris nya.

Menjelang siang, Nathan dan Adelia kembali pulang ke rumah, sementara Xavier dan Luna masih ada di kamar rawat inap Xena. Saat jam besuk tiba, masukkanlah group Receh ke kamar rawat inap Xena.

"Xena sayang kenapa kamu si", ujar Adriana yang langsung memeluk Xena erat. Lily dan Wilma bergantian memeluk Xena.

"Kalian Ama siapa ke sini?", tanya Xena.

"Biasalah sama pengawal-pengawal kami. Bentar lagi mereka juga masuk", ujar Lily. Benar saja, tak lama masuklah Michael, Anthony dan William.

"Akh kami keluar deh, penuh juga ada kalian. Gw keluar dulu ya Pras" pamit Xavier kepada Pras ketika melihat banyak yang datang menjenguk Xena. Pras hanya mengangguk, Luna lalu menghampiri Xena, menciumnya lembut dan kemudian ikut keluar bersama Xavier.

"Kalian duduk lah di sini", ujar Pras kepada teman-teman Xena. Lily, Wilma, Adriana duduk di sofa diikuti William, Michael dan Anthony.

"Anthony loe Uda urus kepindahan loe ke kampus Xena?", tanya Pras kepada adiknya.

"Belum kak", ujar Anthony lemah.

"Ya Uda loe kasih gw sini dokumen nya, ntar gw suruh Johnny yang urus", ujar Pras yang tentu saja membuat Anthony senang.

"Wah makasih ya kak. You're the best", puji Anthony.

"How's Papi Mami? I've never contacted them for so long", ujar Pras.

"They missed you. Actually there's a letter for you from her, but I can't give it to you while your wife around. You know who's I meant", ujar Anthony.

"Just burn it. I don't want to read or know anything about her", ujar Pras ketus.

"Woooiii jangan pake bahasa planet", ujar William protes.

"Astaga Willy, mereka hanya omong hal biasa, kalian ngerti kan", ujar Lily. Wilma dan Adriana mengangguk tapi tidak William dan Michael.

"Kakak gw cuma nanya soal ortu gw, dia Uda lama ngga contact mereka", ujar Anthony menjelaskan.

Xena yang mengerti apa yang dibicarakan Anthony dan Prasetya penasaran dengan "dia" yang dimaksud mereka tapi Xena hanya diam tidak mau menanyakan kepada Pras siapa "dia". Pras lalu duduk disebelah Xena dipinggir tempat tidur nya, dia menggenggam tangan Xena tapi Xena berusaha melepaskan tangan nya. Pras memandang heran ke arah Xena.

"Kenapa", bisiknya.

"Ngga ada apa-apa. Aku mulai mengantuk", ujar Xena datar.

"Tidur lah", ujar Pras sambil membelai rambut istrinya.

Xena memejamkan matanya menghindari tatapan tajam Pras yang memandangnya kebingungan. Pras menaruh telunjuknya di depan bibir agar teman-teman Xena menjaga suaranya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pamit dari kamar rawat inap Xena agar Xena dapat lebih banyak istirahat memulihkan kondisinya. Saat yang lain sudah pergi, Pras duduk di sisi tempat tidur Xena sambil menggenggam tangan Xena erat.