webnovel

Berdamai Dengan Masa Lalu

"Maaf pak Presdir, ada seorang wanita yang bernama Yani Shu datang ingin bertemu dengan bapak, masalah penting", ujar Johnny saat ia meminta tanda-tangan pada documen yang dibawanya.

Raut muka Pras berubah, dia diam. Xena memperhatikan dari tempat duduknya di sofa, lalu ia memberitahukan Johnny untuk tidak bertanya lagi dan segera keluar dari ruang kerja Pras. Pras masih diam seperti ada yang sangat ia pikirkan.

"Kenapa sayang", tanya Xena lembut sambil berjalan mendekati Pras lalu merangkul pundaknya Pras. Pras menarik Xena sehingga Xena terduduk diatas pangkuannya dan Pras memeluk Xena sangat erat.

"Aku ada disini sayang", ujar Xena lembut sambil mengusap punggung suaminya.

"Itu Dia Xena. Dia datang", ujar Pras lemah hampir tak terdengar dalam pelukan Xena. Xena kaget mendengarnya saat Pras mengatakan bahwa wanita yang datang itu "Dia", ibu kandungnya.

"Kamu mau menemui nya?. Aku akan menemanimu", ujar Xena.

Pras melepaskan pelukannya dan memandang tajam ke mata coklat Xena, mata teduh namun tegas milik Nathan yang menurun kepada Xena.

"Aku akan menemanimu menemui wanita itu. Aku akan jadi penyangga mu saat kamu rapuh, aku akan berlari bersamamu bila kamu tidak ingin menemui nya", ujar Xena lembut.

"Sudah saatnya memaafkan sayang", ujar Xena lagi. Xena mencium bibir suaminya lembut, kemudian terselip senyum dibibir Pras.

"Jadilah penyangga diriku. Aku tak akan lari lagi. Aku akan menemui wanita itu. Aku mau lihat, apa lagi yang ia mau", ujar Pras tegas.

"Itu baru suamiku", ujar Xena lalu bangun dari pangkuannya Pras.

Pras bangun lalu memakai jasnya dengan rapi lalu memberitahukan kepada Johnny agar membiarkan wanita yang bernama Yani Shu naik untuk menemuinya di ruang kerjanya. Pras lalu duduk di sofa single sementara Xena memegang erat tangan Pras duduk di sofa disebelahnya, memberikan kekuatan batin untuk suaminya.

Tak lama Johnny mengetuk pintu ruang kerja Pras lalu membukakan pintu untuk seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh dan seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.

"Duduk lah", ujar Pras tegas tanpa ada senyum di wajahnya.

Xena bangun dari duduknya lalu berjalan ke arah wanita itu lalu membimbing wanita itu untuk duduk di sofa. Xena menggandeng anak laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya.

"Prasetya, kamu terlihat lebih tampan saat kamu dewasa", ujar Yani Shu.

"Tak usah basa-basi. Apa maumu?", tanya Pras keras.

Xena menyentuh tangan suaminya dan kemudian menggenggamnya. Setelah melepaskan tangan Xena, suara Pras menurun.

"Kenapa kamu datang?", tanya Pras.

"Saya ingin minta maaf sama kamu Pras atas kesalahan saya dimasa lalu. Saya begitu culas menyakiti mu darah daging saya sendiri", ujar Yani Shu mulai terisak.

Muka Pras datar melihat wanita itu terisak. Hanya sebentar, Yani Shu akhirnya kembali tenang. Xena tampak sedang berbicara dengan anak kecil itu yang menjawab nya dengan suara kecilnya. Pras melirik ke arah Xena dan anak itu.

"Siapa dia", tanya Pras dengan lirikannya kepada anak kecil itu.

"Dia anakku. Dia adikmu. Ryhan namanya", ujar Yani Shu sambil tersenyum melihat ke arah putranya yang sedang berbicara dengan riang dengan Xena.

"Apa maksudmu membawanya ke sini? Untuk mendapatkan simpati dariku?", ujar Pras sinis.

"Bukan begitu. Siapa gadis ini? Apakah dia menantuku? Dia begitu cantik", tanya Yani Shu.

"Dia menantu Mami Wendy, bukan menantumu", ujar Pras ketus.

"Maafkan saya yang telah banyak menyakiti mu", ujar Yani Shu lagi.

"Baiklah apa maumu?", tanya Pras makin sinis.

"Saya tau saya tak pantas mendapatkan maaf darimu. Saya hanya datang untuk meminta maaf saja darimu. Saya pergi", ujar Yani Shu lalu bangun dan menggandeng anak kecil itu untuk jalan bersamanya menuju keluar ruangan.

"Apakah kamu punya tempat tinggal?", tanya Pras tiba-tiba. Yani Shu menghentikan langkahnya.

"Saya punya gerobak yang saya pakai untuk tempat tinggal saya dan Ryhan", ujar Yani Shu berbalik menghadap Pras dan tersenyum.

"Ikut aku", ujar Pras lalu bangun dan mengambil kunci mobil dari atas meja kerjanya lalu menggandeng Xena.

"Ayo ibu mari ikut kami", ujar Xena lembut kepada Yani Shu.

Ia mengambil tangan kecil Ryhan dan menggandeng nya. Yani Shu mengikuti langkah Pras keluar dari ruang kerja.

"Johnny batalkan semua acara saya hari ini", ujar Pras saat melihat Johnny dan Johnny hanya mengangguk.

Ia hanya memandang Presdirnya yang berjalan menggandeng istrinya yang juga menggandeng anak kecil diikuti wanita paruh baya dibelakangnya mereka. Di dalam lift, Pras sempat melirik ke arah Ryhan yang terlihat lelah berjalan, Xena berjongkok akan menggendong nya namun Pras mencegahnya.

"Kamu sedang hamil, tidak boleh bawa beban berat", ujar Pras tegas.

"Kamu sedang hamil nak?. Semoga Tuhan selalu melindungimu dan bayimu dan menjadikan bayimu anak yang Sholeh", doa Yani Shu tulus.

"Terimakasih ibu", ujar Xena lembut.

Pras kemudian berjongkok dan menggendong Ryhan dalam pelukannya, dan Ryhan yang mungkin dapat merasakan bahwa pria yang menggendongnya adalah kakak kandungnya hanya diam dan tersenyum sambil memegang muka Pras dengan tangan kecilnya.

"Turunkan saja Ryhan. Maafkan mungkin dia lelah seharian aku ajak berjalan keliling kota mencari nafkah", ujar Yani Shu.

Pras hanya diam dan keluar dari lift tanpa berkata-kata sambil tetap menggendong Ryhan dalam pelukannya. Xena menggandeng lengan Yani Shu berjalan mengikuti langkah Pras. Di Lobby banyak karyawan memberikan hormat pada Presdir dan Nyonya, namun berbisik-bisik melihat Presdir mereka yang menggendong anak kecil dan Nyonya yang menggandeng wanita paruh baya yang berpakaian lusuh. Pras membuka pintu mobil dan memasukkan Ryhan di pintu belakang lalu mengikatkan seatbelt buat Ryhan. Yani Shu tampak kebingungan berdiri ditempat.

"Kenapa ibu? Ayo masuk ke mobil", ajak Xena.

"Itu, saya membawa gerobak saya dan saya titipkan di gerbang depan tadi", ujar Yani Shu lemah.

"Tinggalkan saja gerobak itu. Kamu sudah tidak memerlukan nya lagi", kata Pras lalu masuk ke dalam mobil.

"Tapi", ujar Yani Shu ragu-ragu.

"Sudahlah ibu, dengarkan saja kata Pras, jangan buat dia marah dulu ya", ujar Xena yang membimbing Yani Shu masuk ke mobil, duduk sebelah Ryhan.

Xena masuk ke dalam mobil dan Pras dengan hati-hatinya mengikatkan seatbelt untuk Xena. Xena tersenyum melihat wajah suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya lalu menutup pintu mobil. Harum tubuh Pras tercium jelas dihidung Xena dan Xena mulai terbiasa dengan aroma tubuh suaminya.

"Kamu harum sayang", puji Xena.

Pras hanya menyentuh pipi Xena lembut lalu kemudian mengendarai mobilnya keluar dari halaman gedung Lexi Group.

Agak lama mereka berkendara sampai tiba di sebuah perumahan yang agak ramai. Mobil Pras mengarah ke tempat ruko-ruko yang ada di depan perumahan itu dan tibalah di sebuah ruko yang berada di tempat yang cukup strategis. Pras memarkirkan mobilnya di depan ruko itu lalu ia turun dari mobil. Dia membukakan pintu untuk Xena yang kemudian keluar dari mobil menggandeng nya. Ryhan yang telah turun dari mobil menggenggam tangan Pras dan Pras melihat ke arah Ryhan tersenyum. Lalu ia berdiri di depan ruko itu dan tak lama ada seorang pria datang menghampiri.

"Selamat siang pak Presdir. Ini pak surat-surat untuk ruko ini. Ini kuncinya dan untuk bahan baku sudah akan datang mulai lusa", ujar Pria itu sambil menyerahkan sebuah amplop coklat dan kunci ruko itu.

Pras mengambil amplop itu lalu menyerahkan kepada Xena yang kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Pras lalu membuka pintu rolling door ruko.

"Kemarilah", ujar Pras kepada Yani Shu yang ragu-ragu mendekat Pras.

"Ini kunci ruko ini", ujar Pras sambil memberikan kunci itu kepada Yani Shu.

"Aku hanya meminjamkan ruko ini saja karena ruko ini atas nama Xena", ujar Pras tegas. Pras membuka pintu rolling door dan nampak sebuah restoran kecil.

"Aku akan meminjamkan kamu modal untuk membuka usaha warung makan dan aku meminta kamu mengembalikan setiap sen yang aku berikan. Jadi tidak ada yang gratis", ujar Pras lagi sambil masuk ke dalam ruko.

Yani Shu hanya diam termangu namun Xena membimbingnya masuk ke dalam ruko. Mereka mengikuti Pras naik ke lantai 2 ruko itu. Ada pintu didekat tangga dan ada lagi tangga menuju ke lantai 3. Pras membuka pintu lantai 2 dan terlihat di lantai 2 itu ada 2 kamar tidur dengan satu buah kamar mandi, dapur dan ruang keluarga yang berfungsi juga sebagai ruang tamu dan tempat TV. "Lantai 3 bisa kamu sewakan untuk kos-kosan. Ada 4 kamar tersedia di atas. Saya rasa akan banyak yang mau kos karena kebetulan daerah ini dekat dengan universitas dan perkantoran", ujar Pras lagi kemudian berjalan ke arah balkon yang ternyata terdapat tangga melingkarkan yang menghubungkan lantai 1, 2 dan 3.

Ryhan yang sedari tadi diam mengikuti langkah Pras tersenyum saat Pras memandangnya. Pras lalu menggandeng Ryhan menuju ke salah satu kamar tidur dan membuka pintunya.

"Masuklah, ini kamarmu", ujar Pras lembut dan Ryhan menurut masuk ke kamarnya.

Pras membuka lemari pakaian dan memperlihatkan setumpuk pakaian baru untuk Ryhan.

"Ini baju-baju mu. Ini seragam sekolahmu. Kamu akan mulai masuk ke TK yang tak jauh dari sini mulai Senin depan", ujar Pras lembut.

Mata Ryhan berbinar melihat lemari pakaian terutama seragam sekolahnya. Kini ia bisa merasakan menjadi anak sekolah seperti anak-anak yang ia lihat saat pergi memulung dengan Yani Shu. Sementara Yani Shu yang tak bisa berkata apa-apa hanya diam di ujung pintu. Xena membimbing Yani Shu.

"Ibu, mau kah kamu membuatkan kami teh? Kami bertamu di rumah mu", ujar Xena sopan.

Yani Shu yang terharu langsung buru-buru menuju dapur dan membuka semua lemari. Ia melihat semua kebutuhan pokoknya tersedia lengkap, lalu ia kemudian membuatkan dua cangkir teh hangat untuk Xena dan Pras. Xena menyetel TV dan duduk di sofa sambil menonton TV. Yani Shu meletakkan cangkir teh di depan meja. Xena lalu meminum tehnya sampai habis.

"Terimakasih ibu", kata Xena sopan.

"Itu kamarmu. Pakaian yang ada di dalam semua milikmu. Besok Johnny akan membawakan surat pinjam meminjam. Seperti yang aku bilang tadi, aku mau semua yang aku berikan setiap sen nya dikembalikan lagi kepadaku", ujar Pras tegas.

Ia lalu meminum teh yang tersedia untuknya. Ryhan datang mendekati kakaknya dan terlihat ia sudah mandi dan berganti pakaian.

"Ryhan ganteng banget", puji Xena dan Ryhan tersenyum bangga. Ia memeluk Pras erat lalu bergantian memeluk Xena.

"Saya pasti tidak akan mengecewakan mu. Saya akan kembalikan semua pinjamanmu. Terimakasih sudah memberikan saya kesempatan", ujar Yani Shu terisak.

"Ayo sayang, bukankan kamu ingin kencan hari ini?", ajak Pras berdiri.

"Maaf, bolehkah saya memeluk mu?", tanya Yani Shu.

Pras hanya diam, Xena membimbing Pras mendekati Yani Shu, dan memberikan isyarat agar Yani Shu memeluk Pras. Yani Shu memeluk Pras sangat erat, ia menangis terisak dalam pelukan Pras. Tubuh Pras kaku namun tampak iapun begitu terharu namun disembunyikan dalam diamnya. Yani Shu melepaskan pelukannya.

"Terimakasih. Saya akan berusaha dengan giat dan tidak akan mengecewakan kamu lagi", ujar Yani Shu.

Pras hanya tersenyum lalu ia melangkah keluar lewat balkon dan menggandeng Xena. Pras lalu membantu mengunci pintu lantai 1 dan menutup rolling door di lantai 1. Yani Shu dan Ryhan tersenyum mengantar kepergian Pras dan Xena yang mengendarai mobilnya meninggalkan mereka. Pras telah berdamai dengan masa lalunya dan Xena tersenyum bangga kepada suaminya.

"Sudah berapa lama kamu merencanakan semua sayang?", ujar Xena sambil membuka dokumen yang tadi diserahkan pria yang menyambut kedatangan mereka.

"Satu Minggu sejak kamu mulai marah kemaren", ujar Pras.

"Aku tahu cepat atau lambat aku harus menemui nya makanya aku mencari tahu tentang dia. Maafkan aku tak memberitahukan kamu soal pembelian ruko itu. Sengaja aku memakai namamu karena aku masih curiga bila aku pakai nama dia, dia akan menjualnya dan pergi lagi. Aku hanya ingin agar adikku bisa hidup layak dan tidak merasakan kepedihanku saat aku kecil", ujar Pras.

"Aku mencintaimu sayang", ujar Xena.

"Aku juga mencintaimu Xena", ujar Pras. Kedamaian hati Prasetya terlihat jelas diwajahnya yang berseri-seri.