webnovel

KENCAN

Mata afnan menangkap sesuatu dari jemari Abel, wanita itu punya beberapa lebam dibagian telapak tangan dan jari jarinya.

"Tangannya kenapa?"tanya Afnan dengan nada dingin.

"Dipukul buk Siska"jawab Abel jujur sembari mengenggam jemarinya agar Afnan tidak terus melihatnya.

Tangan Afnan mencari sesuatu dalam tas kerja yang dibawanya. Plaster pink yang entah sejak kapan menginap dalam tas hitam Afnan akhirnya terpakai juga hari ini.

"Gak ngerjain tugas lagi?"tanya afanan merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan abel. Afnan menempelkan plaster dibagian jari tengah Abel yang luka, sedangkan lebam yang lain mungkin harus dikompres.

Abel tak menjawab, wanita itu hanya memperhatikan wajah Afnan yang fokus menempelkan plaster pink dijarinya.

"Awas!" Dengan segera Afnan melindungi kening Abel dari bangku depan saat bus berhenti tiba tiba.

Pandangan Afnan dan abel bertemu cukup lama Disana, keduanya tersadar saat sopir berteriak "SMK swadaya!"

Abel menarik tangannya dari tangan Afnan, suasananya berbeda, entah mengapa jantung Abel sedikit berpacu lebih cepat dari biasanya.

"Gue berangkat!" Ucap Abel pelan dengan wajah yang memerah, sedangkan Afnan diam menunggu bus kembali jalan menuju kantornya.

Tak hanya Abel, jantung Afnan pun sama, detak jantungnya beda dari biasanya kalo ini lebih cepat. Untuk Afnan ini bukan pertama kali ia merasakan hal seperti ini, tadi malam saat memperhatikan Abel tidur jantungnyapun berdetak lebih kencang.

Hari ini tidak ada pelajaran fisika, hanya ada pelajaran yang Abel sukai dan cintai yaitu olahraga.

"Pak Mustofa Abel lagi Pms, izin gak ikut kelas bapak ya" ujar Abel pada pak Mustofa selaku guru penjaskes/olahraga. Pak Mustofa yang baik hati ini mengizinkan Abel.

Usai mendapatkan izin Abel segera membawa tasnya ke UKS, ada yang ingin Abel lakukan disana.

Lipstik, bedak Pixy padat, eye shadow, softlens,

"Lo mau nganar dimana njir" ucap Tania kerabatnya yang harus izin juga dengan alasan Pak Abel gak berani sendirian di UKS, katanya UKS bekas kuburan, takut mayatnya bangun semua.

Pinter bukan teman Abel satu ini.

"Gue mau ketemu...Restu" balas Abel dengan memoles eye shadow di bagian atas matanya.

"Restu anak STM itu?"tanya Tania. Abel hanya mengangguk dengan sedikit Senyum.

"Dimana?"kepo Tania.

"Taman Deket pesantren Al Amin"

"Afnan tau?"

"Jangan sampe dia tau! Kalo dia tau abis gue!"

Tania mengagguk, 3 temannya, Gogon,Titin dan Tania sudah tau seluk buluk tentang status afnan dan Abel.

"Gue berangkat lewat belakang, Lo pura pura gak tau okey" Abel berjalan dengan gaya cantiknya menuju pintu belakang.

"Bel. Ulangan bahasa Indonesia, buk resti Manurung-"

"Gue berangkat, bye!!"

Tania hanya dapat melihat pintu yang tertutup rapih disana, Abel sahabatnya ini selalu mementingkan urusan pribadi ketimbang mata pelajaran. Apa Tania salah memilih teman?

Pukul 12.30

Siswa Stm hari ini akan pulang jam 12 siang karena ujian semester, sedangkan ujian semester disekolah Abel akan berlangsung seminggu setelahnya.

"Abel Maharaja?"

Nama Abel disebut oleh seseorang dari belakang.

Pria tinggi dengan wajah putih dan mata sipit serta berseragam STM.

"Restu"

Laki laki tampan itu maju 2 langkah mendekati Abel. "Bolos?" Tanya Restu.

"Ha, aku? Bolos? Ya, ya enggak lah"kilah Abel sedikit gugup dan terbata bata.

"Kakak perempuan saya kerja sebagai guru fisika disana, buk Siska tau?"

Mati Abel. Buk Siska adalah guru yang membuat tangannya lebam Senin kemarin.

"Buk, buk Siska?? Tau! Tau banget, itu guru favorit aku, cantik, lemah lembut dan selalu-"

Abel menghentikan ucapannya ketika melihat sedikit tawa dari bibir restu. Lalu langkah restu maju satu langkah lagi mendekat, tangannya mengusap rambut kepala Abel dengan halus.

"Kakak saya suka memukul siswa ketika siswanya tidak mengerjakan PR, to the point dan galak"

Betul! Betul itu! Dalam hati Abel berteriak.

"Bukannya SMK pulang jam 2.30?"

"Ha? Enggak-"

"Kakak saya yang kasih info"

Abel menggigit bibir bawahnya pelan, lalu tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, Abel tidak lagi pandai berbohong jika didepan bucinannya.

"Aku bolos kan karna pengen ketemu kamu" jelas Abel sebal.

"Segitunya kangen sama aku?"tanya Restu dengan mata menyipit, oh Tuhan tingkat kegantengannya bertambah.

Wajah Abel memerah.

"Okey, mau kemana kita hari ini?" Tanya Restu, karena nyatanya ia terpana melihat wajah Abel yang merah merona.

"Kemana aja"jawab Abel tersenyum bahagia.

"Jangan bilang terserah ya, kita makan bakpao isi daging ditempat laangganan aku"

Abel tersenyum lagi, restu ini memang sangat mengerti wanita.

"Naik bus ya, aku gak bawa motor, motornya masuk bengkel"kata restu lagi, Abel hanya mengangguk, dalam hati Abel berkata jalan kaki aja Abel mau kok asal sama restu.

Setelah mununggu bus yang lumayan lama restu dan Abel akhirnya bisa segera pergi, didalam bus Abel dan restu tak mendapat bangku, semuanya di kosong, oh tidak di bagian pinggir dekat anak SD masih tersisa satu.

"Sini"

Restu menarik tangan Abel lembut dan memberi titah agar duduk didekat anak SD.

"Kamu gimana?"tanya Abel karena sudah tidak ada kursi kosong.

"Kamu mau aku yang duduk?"Restu balik bertanya, Abel menggeleng dan duduk dengan tenang. Tak lama restu tertawa kecil, Abel mendongak menatap wajah sang pacar bingung.

"Kenapa?"

Mata restu melirik bocah SD yang mengenakan jam tangan pink, tas pink, dan bandok pink. persis, persis sekali dengan dirinya, abel akan mengganti semua warna aksesorisnya besok, tapi tidak ! ini warna kesayangan abel.

ingin sekali abel melempar bocah sd ini lewat jendela bus.

"Eh Kok cemberut?"tanya restu tak tahan menahan tawanya, Abel tak menjawab pastilah restu dalam hati mengatai Abel seperti bocah SD.

"Yuk, dah sampe" restu menggenggam jemari Abel untuk turun bus. Mereka berjalan kearah selatan dimana penjual bakpao dengan mobil hias Bertengger dipinggir jalan.

Sepanjang perjalanan Abel hanya melirik jemarinya yang terus digenggam oleh sang pacar. Jantungnya berdetak lebih cepat lagi, bahkan lebih cepat dari pagi tadi saat bersama Afnan.

"Bakpaonya dua pak"kata restu pada penjual bakpao. Selama penjual mempersiapkan bakpao restu terus menatap Abel.

"Aku gugup" ujar Abel tak tahan dengan tatapan Afnan.

Laki laki itu tertawa cukup kencang.

"Manis"ucap restu.

Abel tersenyum lagi, pipinya pasti sudah seperti kepiting rebus saat ini.

"Bakpaonya mau manis atau pedas??" Restu bertanya.

"Ha??"

Abel gelagepan, ternyata kata kata manis tadi bukan untuk Abel. Argh! Abel malu!

"Ma-manis"jawab Abel menahan malu.

Restu tak bisa berhenti tersenyum, ia tau apa yang sedang dipikirkan pacarnya saat ini.

Alih alih menghilangkan rasa malunya, Abel menelesik setiap penjuru jalan, ia melihat gedung besar bertingkat dengan nama.

PT. MEGARUNA.

"Megaruna??" Abel mencoba mengingat nama tersebut, ia pernah mendengarnya. Abel yakin.

"Abel!!

"Hah? Afnan!!!"

"Abel...."kali ini ssuara restu melembut, Abel menarik tangan restu agar segera pergi dari tempat ini.

Kenapa baru sadar kalau megaruna ada dikomplek ini astaga abelll

"Abel kenapa??"

"Itu....e...."sulit untuk menjelaskan pada restu.

"Perut aku tiba tiba sakit"bohong Abel.

Restu mengangguk, kencannya tidak berjalan lancar.

"Abel!!!"

Abel berlari kencang menarik tangan restu ketika mendengar suara yang ia kenal dari arah belakang.

TBC