webnovel

4231

4231 Afnan menekan tombol pintu Apartemennya, sepatu hitam miliknya ia lepas didekat pintu masuk, satu kantong plastik minuman soda sudah ditenteng ditangan kiri Afnan,tangan kanan Afnan menenteng seblak dari toko dekat gang.

Afnan selesai menata rapih minuman dalam kulkasnya, lalu ia menyajikan seblak pedas kedalam mangkuk besar.

Air liur afnan hampir jatuh ketika bau rempah rempah seblak ini menyeruak masuk kedalam aromanya.

Apa dimakan sekarang aja?

Afnan bertanya dalam hati pada dirinya. Lalu ia mulai mencium bau tak sedap dari tubuhnya.

Bau keringat.

Oke nanti aja, mandi dulu. Begitu jawab Afnan pada dirinya.

Ceklek. Afnan mempunyai firasat buruk ketika menekan hendel pintu kamarnya, namun Afnan menepis firasat buruk itu, ia segera masuk kedalam kamar dan dikejutkan dengan wanita pendek yang tengah asyik menonton TV diatas ranjang king size miliknya.

"Baru balik?"

Bukankah ini kamar pria?? Kenapa ada gadis SMK disana, diatas ranjangnya. Seperti sudah biasa Afnan hanya menarik nafas malas melihat Abel bersantai tenang disana.

"Afnan Lo balik gak bawa apa apa?"tanya Abel masih dalam posisi semula, jemarinya memegang kendali remot tv.

Tas ransel hitam milik Afnan diletakan dekat meja kerja, lalu pria itu menyambar handuk putih didekat pintu.

"Kamu kenapa sering banget masuk rumah saya?? Kenapa gak telfon dulu" ujar Afnan tak menjawab pertanyaan Abel sebelumnya.

"4231 kode yang mudah dihafal Afnan, lagian dari dulu udah sering masuk kan, gak usah lebay deh"protes Abel.

Afnan menghela nafas. Bukan itu maksudnya, Afnan ini pria.

"Setidaknya jangan masuk kamar saya, Abel" peringat Afnan.

"Bawel banget sih Lo sumpah!"kesal Abel yang sudah jengah dengan tetangganya ini.

Afnan, nama singkat tanpa panjangan nama ini adalah tetangga sekaligus pria kepercayaan Maharaja ayah Abel. Sudah sejak SMP kelas 1 ayah Abel mengangkat Afnan menjadi seseorang kepercayaannnya.

Pria dengan tinggi 186 cm ini berdiri sendiri tanpa kehadiran orang tua yang mendampingi hidupnya, Afnan bekerja sebagai manager disalah satu PT. bangunan ternama di daerah Lampung, dengan gaji diatas UMR.

"Tunggu diluar, jangan disini, saya mau mandi" perintah afanan.

"Mandi kan dikamar mandi, bukan disini" balas Abel masih asyik dengan tayangan televisi.

Afnan menggeleng, susah sekali bicara dengan bocah 19 tahun ini.

Usai mandi Afnan mengganti pakaiannya dengan celana panjang training dan kaos oblong putih, wajahnya sudah sedikit segar sekarang.

"Bau apa ini?" Tanya Afnan dalam hati, ada aroma yang Menyeruak masuk kedalam hidung, Afnan kenal dengan bau ini, tapi susah sekali bibirnya berucap.

Tunggu.

Mata Afnan membelak, ada sesuatu yang ia tinggalkan sebelum mandi. Kaki Afnan segera melangkah keluar.

Benar. Bau rempah rempah yang ia cium tadi memang pernah ia kenal. Seblak yang ia tinggalkan didapur sudah terhidang rapih diatas meja kecil beralaskan karpet coklat.

"Kok Lo gak bilang-bilang beli seblak!" Suara cempreng Abel membuat Afnan frustasi, seblaknya yang ia beli dengan mengantri panjang dan hanya tinggal satu porsi itu harus ia relakan.

"Cuma tinggal satu" jujur Afnan.

"Terus?"tanya Abel dengan sorot mata kesal.

"Bagi dua ya, biar saya makan kamu juga makan" Afnan menego.

"Gak mau! Lo kan tau gue makannya banyak!" Tolak Abel.

Afnan diam, ia mengelus perutnya mencoba membuat strategi. "Yaudah kamu makan sendiri aja, saya gak makan gak papa, tapi sepertinya saya harus buat jadwal dengan dokter besok pagi"

Mata Abel berubah sendu, sendok yang ada di bibirnya ia turunkan lalu menuang setengah dari seblaknya ke mangkuk lain.

Terlihat jelas mata Afnan berbinar disana, tak sangka strategi seperti itu berhsil.

"Jangan ke PD an Lo ya, gue gak mau Lo masuk rumah sakit, nanti bokap gue pasti bakal ngawasin gue 24 jam!" Tegas Abel.

Afnan tak menggubris. pria itu melahap habis seblak dimangkuknya.

"Kapan kapan Lo traktir gue ini ya" kata Abel sembari mengunyah sosis dalam mulutnya.

"Kalau ujian tengah semester kamu dapat 87 saya bakal traktir" balas Afnan.

"Pelit" cibir Abel.

Drrt....drtttt...

Ponsel Abel bergetar diatas meja, Abel melihat nama yang menelfonya malam malam begini, matanya membelak ketika nama seseorang muncul disana.

"Pacar?" Tanya Afnan to the point. Abel menutup kembali layar ponselnya, lalu kepalanya menggeleng, ada sedikit gelagat gugup dari mata Abel.

"Jangan bohong apapun sama saya, saya bisa tau kamu bohong apa enggak"ucap Afnan.

Abel hanya menunduk tak menatap lawan bicaranya hari ini.

"Gak usah sok tau, gue gak punya pacar!"balas Abel tanpa melihat wajah Afnan.

Sedangkan Afnan sudah menebak gelaggat wanita mungil ini, hampir 5 tahun menjadi kepercayaan keluarga maharaja, Afnan tau persis gelagat macam apa yang tengah Abel lakukan saat ini.

Abel punya pacar! Yah, Afnan yakin 100%.

"Bereskan tempatnya, dan cepet pulang, saya gak mau kamu tidur di kamar saya malam in-"

Sungguh tidak bisa dipercaya! Afnan belum selesai bicara lihat bagaimana Abel sudah berbaring nyenyak diatas ranjang.

Hey Afnan baru meninggalkan Abel 4 menit untuk menengok layar ponselnya, tapi gadis itu sudah tidur.

Bahkan tempat makan ini belum dibereskan.

Dengan hati kesal Afnan membereskan tempat makan ini, serta harus merelakan kasur empuknya ditempati abel maharaja.

Malam yang dingin ini Afnan habiskan tidur diatas sofa ruang tamu, ia tidak mungkin tidur dikamar satu ranjang dengan Abel, Afnan bukan lagi remaja yang belum mengerti sesuatu yang berbau dewasa, Afnan memang sudah sangat dekat dengan Abel bahkan seperti kakak kandung sendiri, tapi Afnan tau batasan, Afnan tau usia Abel sudah cukup umur untuk dilihat sebagai 'wanita' tapi tidak untuk otak, otak Abel itu seperti ah sudahlah mau dibilang bodoh takut terlalu kasar anggap saja otak Abel itu 25% dari otaknya.

Pukul 08.00

"Abel!!" Suara afnan melengking hebat dipenjuru kamar, Abel mendengar teriakan itu, bahkan sayup sayup matanya melihat Afnan tengah memasuki beberapa barang kedalam tas.

"Abel bangun! Saya kesiangan!" Teriak Afnan sekali lagi.

Abel hanya mendengus sembari mengucak matanya,

"Huaaah" menguap dipagi hari adalah rutinitas Abel setelah bangun tidur, "elo kesiangan ya?" Tanya Abel dengan senyum mengejek, rambutnya yang acak acakan itu terlalu jijik untuk dilihat pria macam Afnan si penggila kebersihan.

"Iya, saya kesiangan."jawab Afnan dengan suara dan nafas yang memburu.

"Mampus!" Abel mengatai lalu wanita itu kembali berbaring.

"Jangan lupa tutup pintu! Mobil saya rusak, saya harus naik bus!"

Afnan lari dengan cepat keluar rumah, pria itu berharap tidak ketinggalan bus pagi.

Bukankah jadwal sekolah Abel pukul 07.00, kalau jadwal Afnan kerja pukul 08.00 dan Afnan telat kerja, bagaimana Abel yang masuk jam 7.

"Afnan!!!!" Abel berteriak kencang saat baru menyadari dirinya juga telat.

Abel kesal setengah mati, bangun telat, motor mogok, berangkat sekolah tanpa make up, oh ayolah Abel bak gembel yang hampir punah pagi ini.

"Pak!!!" Abel berteriak saat bus pagi melewatinya.

"Smk swadaya pak!"kata Abel setelah berhasil naik kedalam bus, mata Abel berkeliling mencari tempat kosong, tapi tak ia temukan.

Satu. Hanya ada satu cara agar Abel bisa duduk, pria dengan seragam kerja rapih duduk dipojok kursi itu harus hengkang dari sana.

"Afnan!" Abel menyenggol bahu pria yang pura pura tidur.

"Afnan!" Pria itu tak mau membuka matanya, terpaksa Abel mengeluarkan ponselnya.

"Telfon bokap aja deh"

Afnan sepontan bangun dan mempersilahkan Abel duduk ditempatnya semula. Padahal Abel hanya menggertak saja tapi mendengar nama bokap disebut Afnan langsung bangun.

"Nah gitu dong, harus ngalah sama anak kecil, yah Afnan!"

"Gak sopan." Singkat Afnan.

TBC