webnovel

About Us.

Kumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Our Experience

"Lena, maukah kau menikah denganku?" pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat gadis berambut sebahu itu membulatkan matanya. Dia tidak pernah berpikir akan dilamar oleh kekasihnya dengan mendadak seperti ini.

"Cakra... apa kau bersungguh-sungguh?" suaranya sedikit bergetar.

"Tentu. Aku serius, Lena. Kau mau kan menjadi istriku?" lagi-lagi Cakra menatap Lena dengan matanya yang tajam.

Lena yang ditatap seperti itu hanya dapat tersipu dengan pipinya yang merona merah. Tanpa ia sadari, air mata mengalir perlahan dari kelopak matanya menuju pipinya. "Tentu aku mau, Cakra."

Detik berikutnya, Cakra segera membawa Lena ke dalam pelukannya. "Terima kasih, Lena."

.

.

.

Pemuda bernama Cakra Ganendra sedang duduk di atas tempat tidurnya dengan mengenakan piama berwarna biru tua. Pikirannya melayang pada peristiwa beberapa jam yang lalu. Sebuah peristiwa yang sudah mengikat dia dengan sang kekasih, Lena Dewari atau mulai sekarang bisa dipanggil dengan Lena Ganendra.

Sejak pagi hingga sore, mereka berdua disibukkan dengan upacara pernikahan mereka. Dan sekarang mereka berdua sedang berada di sebuah kamar hotel yang sangat mewah untuk melewati malam pertama mereka.

Cakra sejak tadi sudah duduk di atas tempat tidurnya. Dia sedang membaca sebuah majalah sambil menunggu sang istri yang sedang mandi di dalam kamar mandi. "Ah... membosankan," gumamnya.

CKLEK!

Pintu kamar mandi itu terbuka menampakkan Lena yang sudah memakai baju piama berwarna biru muda. Wajah gadis itu terlihat tersipu saat keluar dari kamar mandi. Pandangannya pun tertuju pada sang suami yang sedang berjalan ke arahnya.

"Cakra..." gumamnya pelan.

"Hn?" Cakra mendekatkan dirinya kepada Lena. "Kau lama sekali."

"Maaf," sahut Lena sambil membungkukan kepalanya.

Cakra yang melihat istrinya itu tampak terpesona. Diarahkannya tangannya ke dagu sang istri guna menaikkan kepala Lena. "Tatap aku, Lena," ucap Cakra sambil tersenyum tipis. Sedangkan Lena hanya bisa menuruti perkataan Cakra. Wajah Lena semakin memerah karena dipandangi Cakra seperti itu.

"Kau siap, Lena?" tanya Cakra tiba-tiba. Lena yang masih keheranan dengan pertanyaan Cakra hanya dapat terdiam tatkala wajah Cakra semakin mendekat. Hidung mereka pun bertemu. Cakra sedikit memiringkan kepalanya guna mempertemukan bibirnya dengan bibir sang istri.

Kedua benda lembut itu saling bertemu. Cakra pun meminta akses lebih dalam di mulut Lena. Lena pun membuka mulutnya dan membiarkan Cakra menguasai mulutnya. Cakra semakin ganas mencium bibir Lena sambil menyalurkan keinginannya untuk memiliki gadis di depannya itu.

"Aku mencintaimu, Lena," ucap Cakra saat ia menjauhkan kepalanya guna menghirup udara.

Baru saja Lena ingin menjawab pernyataan Cakra tapi Cakra sudah lebih dulu mencium bibir Lena lagi. Kali ini sasaran Cakra adalah bibir bawah Lena. Dihisapnya bibir itu hingga terdengar suara. Lena mengalungkan tangannya di leher Cakra sedangkan Cakra menekan kepala Lena guna memperdalam ciuman mereka.

"Hah... hah..." hanya itu yang dapat keluar dari bibir Lena tatkala Cakra menghentikan ciumannya. Wajah Lena sudah sangat memerah. Ini pertama kalinya dia berciuman dengan cara seperti itu.

"Kau cantik, Lena," ucap Cakra sembari mengelus pipi Lena menggunakan punggung tangannya. Detik berikutnya Cakra segera mengangkat Lena dan menidurkannya di atas tempat tidur.

Lena tahu apa yang akan terjadi setelah ini tapi tetap saja dia merasa sangat gugup. Detakan jantungnya yang sedari tadi sudah menggila sekarang semakin menggila.

Cakra terlihat melepas baju piamanya kemudian segera naik ke atas tempat tidur dan menempatkan dirinya di atas Lena. Dia menahan berat tubuhnya dengan menumpukkan kedua tangannya di kanan dan kiri Lena. "Kau gugup?" tanyanya. Lena menjawabnya dengan menganggukan kepalanya.

Lena terlihat tersipu saat melihat dada bidang Cakra di hadapannya. Lagi-lagi Cakra mencium Lena dengan sangat mesra. Selagi mulutnya berusaha menikmati kenikmatan mulut Lena, tangan Cakra tak tinggal diam. Dia mulai membuka satu per satu kancing piama Lena hingga Lena bertelanjang dada.

Cakra mengangkat kepalanya guna melihat Lena yang berada di bawahnya. "Ja-jangan melihatku seperti itu, aku malu," ujar Lena sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Jangan ditutup, Lena," Cakra menyingkirkan kedua tangan Lena dan detik itu juga, Cakra dapat melihat keindahan dada Lena. Kedua tangannya yang semula memegang kedua lengan Lena, kini dialihkannya ke payudara Lena.

Cakra mulai memijat dada Lena dengan pelan sambil sesekali memelintir putingnya yang mulai mengeras. "Ahh..." desahan pertama Lena keluar. Wajah Lena memerah.

Diciumnya lagi bibir kemerahan Lena oleh Cakra. Membuat pergumulan di antara lidah mereka berdua. Lena tetap mendesah di sela percumbuannya. Kedua tangan Cakra masih asyik memijat dan memelintir dada Lena yang sudah mulai mengeras. "Kau terangsang, Sayang?" suara Cakra terdengar sangat menggoda saat berbisik di telinga Lena.

Belum sempat Lena menjawab, Lena sudah mendapat serangan lain. Bibir lincah Cakra itu mulai menjilat cuping telinga Lena lalu mengulumnya, membuat Lena mendesah kenikmatan. Perlahan-lahan, benda kenyal nan basah itu turun ke leher putih Lena. "Sa ah yang... ahh..." semakin banyak Lena mendesah, semakin terpancing birahi Cakra untuk menikmati tubuh molek istrinya tersebut.

Kedua tangan Lena yang semula hanya bisa meremas pinggir bantal itu, sekarang berpindah ke sela-sela rambut Cakra tatkala Cakra mengulum payudaranya. Cakra terus menghisap puting kemerahan Lena secara pergantian. Sembari menghisap dada Lena, kedua tangan Cakra bergerak untuk melepaskan semua bawahan Lena, hingga Lena sudah polos tanpa sehelai benang pun.

Lena mencoba mengatur napasnya saat Cakra menjauhi tubuhnya. "Cakra?" gumam Lena lalu membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. "Ah!" Lena mengapitkan kedua lututnya saat menyadari keadaannya sekarang. Lena mengalihkan matanya ke samping kanan karena saking malunya.

Sedangkan Cakra hanya menyeringai tipis melihat tingkah sang istri. Cakra juga melepaskan bawahannya dan membuat dirinya berada dalam keadaan yang sama dengan istrinya. Dan dia kemudian menindih sang istri kembali. "Lena, aku di sini," Cakra menggerakkan kepala Lena hingga tatapan mereka berdua bertemu. Lagi, Cakra membawa Lena ke dalam ciumannya yang memabukkan.

Tangan kiri Cakra perlahan turun ke bawah, tepat berhenti di bagian intim Lena. "Kau sudah basah, Sayang," ucap Cakra lalu melanjutkan ciumannya lagi. Tangan kanannya tetap setia dengan payudara kiri Lena.

Cakra menggosok-gosokkan telunjuknya ke labium minora dan mayora milik Lena. "Ahnn..." desahan yang cukup panjang keluar dari mulut Lena.

Cakra menghentikan kegiatannya sejenak. "Kemarikan tanganmu, Lena" suruh Cakra lalu menggiring tangan kanan Lena untuk menyentuh kejantanannya yang besar dan sangat menantang.

"Ah!" Lena menjauhkan tangannya lagi saat tangannya baru saja menyentuh permukaan kejantanan Cakra. "Pa-panas," gumamnya.

"Jangan takut, Lena. Ikuti apa yang aku suruh," mendengar kalimat Cakra, Lena hanya menganggukkan kepalanya. Cakra menuntun tangan Lena untuk menggenggam dan mengocok kejantanannya. "Bagus, Lena. Nhn..." Cakra berusaha keras untuk menahan desahannya.

Cakra melanjutkan kembali kegiatannya dengan Lena yang masih mengelus-ngelus kejantanannya. Telunjuk Cakra yang semula hanya ada di luar, mulai masuk ke lorong Lena. "Ah!" Lena sedikit berteriak tapi dia mendesah lagi tatkala jempol Cakra ikut andil untuk mempermainkan klitoris Lena.

Setelah telunjuk, jari tengah dan jari manis Cakra juga ikut masuk ke lorong sempit Lena. Membuat gerakan zigzag guna merenggangkan otot-otot vagina Lena. Lena hanya bisa mendesah. "Ahh... ahh... ahh!" Lena melenguh kencang saat mencapai orgasme pertamanya dan membuat pegangannya pada kejantanan Cakra terlepas.

"Sepertinya sudah waktunya, Lena. Tahanlah sedikit," Cakra menggosok-gosongkan kejantanannya di bibir vagina Lena setelah sebelumnya melepaskan tangannya. Dengan gerakan perlahan, kejantanan Cakra itu mulai tenggelam dalam vagina Lena.

"Sa-sakit..." rintih Lena. Saat kejantanan Cakra baru setengah masuk, ia mengeluarkan kejantanannya sampai batas ujung. Putra Tuan Ganendra itu terlihat menarik napas sekali lalu menghentakkan kejantanannya dengan gerakan cepat dan keras. "AHH! SAKIT!" teriak Lena. Darah keperawanan Lena mengalir dan membasahi kejantanan Cakra hingga mengenai sprai tempat tidur mereka.

Cakra mendekatkan wajahnya ke wajah Lena. "Tenang, Lena. Sebentar lagi sakitnya akan menghilang,"

Lena membuka matanya dan menatap mata Cakra dengan matanya yang tergenang air mata. "I-iya," angguk Lena.

Melihat itu, Cakra mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur dengan perlahan. Saat desahan Lena mulai terdengar, Cakra semakin mempercepat gerakannya. "Kau sem-sempit sekali, Sayang."

"Ah... ah... ahh..." Lena masih tetap mendesah di bawah tindihan Cakra. Bagian selangkangannya terasa sangat panas. Memang, saat awal terasa sangat sakit tapi sekarang sudah berubah menjadi sangat nikmat.

Sembari menggenjot Lena, Cakra menurunkan tubuhnya lalu memeluk Lena. Bibirnya ia letakkan di leher mulus Lena. Meninggalkan bercak-bercak kemerahan di sekitar sana. Lagi-lagi Lena mengeluh keras, dia mendapatkan orgasmenya yang kedua.

Cakra menggertakkan giginya saat dirinya merasa kejantanannya mulai menegang, siap menyemburkan jutaan sperma ke dalam rahim Lena. Dipercepatnya gerakan menggenjotnya dengan diiringi oleh desahan mesra Lena. "Sedikit lagi," gumam Cakra.

"Ahhh..." desahan panjang Lena menggema di kamar tersebut. Jutaan sperma Cakra menghambur di dalam rahim Lena. "Ha-hangat," gumam Lena.

Cakra membenamkan kepalanya di lekukan leher Lena guna meredam desahannya. "Nhnn... Lena..."

Setelah orgasmenya selesai, Cakra melepaskan kejantannya. Sebagian spermanya meluber keluar dari vagina Lena bersama dengan darah keperawanan Lena. Cakra merebahkan tubuhnya di sebelah Lena. "Lena, kau cantik," goda Cakra sambil mencium bibir Lena sekilas. Lena hanya tersipu malu. "Masih sakit?" tanya Cakra.

"Se-sedikit," sahut Lena jujur.

"Besok pasti hilang. Sekarang kau tidur, kau pasti kelelahan," suruh Cakra lalu ia menarik selimut untuk menutupi mereka berdua. Lengan kekar Cakra lalu merengkuh tubuh mungil Lena, menenggelamkan kepala Lena di dadanya.

"Selamat tidur, Cakra,"

"Kau juga, Sayang."

.

.

.

FIN