webnovel

About Us.

Kumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

At the First Time

"Hahhh... akhirnya kita berakhir seperti ini," geram seorang pemuda berumur tujuh belasan. Pemuda berambut hitam itu hanya terduduk lesu di dekat pintu perpustakaan sekolahnya. "Ini semua salahmu, Sha!" lanjutnya lagi sambil menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya.

Sang gadis bernama Asha menatap sebal ke arah kekasihnya yang bernama Nathan. "Eeh? Kenapa menyalahkanku? Kau sendiri yang menawarkan diri untuk membantuku mencari bukuku yang tertinggal di perpustakaan. Kau juga yang bilang, mencari saat sore akan lebih mudah," terang gadis bersurai sepanjang bahu tersebut.

"Hn," bosan bertengkar. Nathan bangun dari posisinya. Melihat keluar melalui jendela kecil dekat pintu. Mungkin saja si penjaga sekolah yang mengunci mereka di sini lewat depan perpustakaan lagi. Dan apa yang diharapkan Nathan terkabul. Penjaga sekolah bertampang seram itu lewat perpustakaan lagi. Nathan berteriak memanggilnya dengan kedua tangannya yang menggedor pintu. "BUKA! KAMI MASIH DI DALAM!" teriaknya terus menerus.

Tapi gagal, penjaga itu sudah pergi.

Nathan duduk lagi. "Percuma, perpustakaan ini dirancang kedap suara," terang Asha. "Akhirnya terkunci berdua di sini, Nat," Asha menghela napas. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Asha.

Nathan membuang muka. "Entahlah!" sahut Nathan tapi tiba-tiba otak mesum Nathan mendapat ide akan sesuatu yang bisa mereka berdua lakukan di sini. Di sini sepi, tidak ada orang dan hanya ada mereka berdua, kan? "Aku tahu sesuatu yang bisa kita lakukan, Sha," ucap Nathan misterius sambil memandang gadis di hadapannya.

Asha sedikit bergidik saat Nathan mendekatinya dan jarak wajah mereka sangat dekat sekarang. Wajah Asha sudah memerah saja sekarang, "A-apa?" balas Asha.

"Melakukan ini," sahut Nathan. Detik itu juga mulut Nathan segera mengunci mulut Asha dalam sebuah kecupan ringan tapi cukup memabukkan bagi Asha yang baru pertama kali melakukan hal ini. Bibir Nathan menggigit bibir bawah Asha.

"Akh!" pekik Asha dan saat itulah lidah hangat nan berlendir Nathan menerobos masuk ke dalam mulut Asha. Lidah itu mengobrak-abrik apa yang ada di dalam mulut Asha. Lidah Asha berusaha untuk membalas tapi sayang Asha kalah telak dari Nathan karena dia sudah kehabisan oksigen. "Nhhn! Nhn!" Asha berusaha mendorong Nathan menjauh.

Mengerti akan keadaan kekasihnya, Nathan menjauhkan dirinya. Dan membiarkan Asha untuk mengambil napas sebanyak-banyaknya. "Hm? Sepertinya kau menyukainya, Sha. Kau tidak menolak sedikit pun," ucap Nathan sambil mengelus wajah Asha.

Sedangkan Asha memalingkan wajahnya. "Aku tidak tahu," sahutnya ketus dengan wajah memerah.

"Baiklah. Kalau begitu kita lanjutkan saja!" ucap Nathan berikutnya diikuti dengan kedua tangan Nathan yang meremas kedua payudara Asha dari luar.

"Ahh! Ahh! Ahh!" Asha terus mendesah berirama. Kedua tangannya meremas bagian samping roknya karena perlakuan Nathan. "A-aku me-rasakan hal aneh ahhh..." desah Asha.

Nathan menyeringai. Jika seperti ini keadaannya, maka semuanya akan berjalan dengan lancar. "Hn," ucap Nathan tak jelas. Detik berikutnya, Nathan sudah meloloskan Asha dari baju kaus dan bra yang ia kenakan sehingga tubuh Asha sudah bertelanjang dada. "Cukup besar juga," ucap Nathan gemas sambil menyentil satu payudara Asha.

"Ah!" Asha memekik kecil. Dia baru saja akan menutupi payudaranya tapi terlambat dengan pergerakan Nathan. Nathan sudah mulai meremas gemas kedua benda kenyal itu. "Ahh... ah... aah!" lagi-lagi lantunan lagu itu terdengar dari mulut Asha.

Tangan kiri Nathan turun dari payudara Asha. Tugas si tangan kiri digantikan oleh mulut Nathan. Mulut Nathan itu mulai menjilat payudara kanan Asha dan membuat Asha kegelian sekaligus kenikmatan. Puas dengan menjilat, kali ini payudara itu sudah tenggelam dalam hisapan dan kuluman mulut Nathan.

"Ahhh... Na-Nathan..." Asha bahkan sampai mengerjap-ngerjapkan matanya saking nikmatnya.

Selagi mulutnya bekerja memuaskan payudara kanan Asha. Tangan kiri Nathan turun dan menyusup ke dalam rok Asha. Diusapnya paha Asha yang mulus itu. Dan perlahan tangan Nathan mulai menyentuh alat intim Asha yang masih ditutupi celana dalam. "Kau sudah basah, Asha."

"Akh! Ja-jangaahhhnnn..." Asha berusaha menutup kedua kakinya tapi sayang hal itu mustahil dilakukan karena kedua lutut Nathan sudah menahan kakinya. Tangan kiri Nathan dengan lihai mengusap-ngusap bagian intim dari tubuh Asha. Asha berkata-kata seolah menolak tapi tubuhnya malah semakin condong ke arah Nathan.

"Tubuhmu tidak bisa berbohong, Sha," ucap Nathan lalu mengunci mulut Asha dalam kuluman mulutnya. Bertukarlah dua saliva dengan rasa berbeda. Tangan kanan Nathan tetap setia meremas payudara Asha. Dengan tangan kiri Nathan yang masih merangsang bagian bawah Asha.

"Nhhhnnn!" desah Asha tertahan kuluman Nathan. Nathan melepaskan mulut Asha. Lidah terampil Nathan itu mulai turun dari mulut, hingga sampai di leher Asha. Menjilat, menghisap dan menggigit area itu hingga meninggalkan bercak-bercak kemerahan.

Asha dengan wajah yang sudah semerah tomat hanya mampu mendesah. Sampai akhirnya dia merasakan ada suatu dalam dirinya yang ingin keluar. "Na-Nathan ahh! Akhkhk... ahhh..." Asha mendesah sangat panjang. Tangan kiri Nathan kini dibanjiri oleh cairan putih milik Asha.

"Hn. Kau sudah klimaks, Asha," Nathan menyeringai puas. Tubuh Asha lunglai ke depan dan Nathan segera menangkap tubuh Asha. "Berikutnya aku akan membuatmu lebih puas, Sayang."

Asha hanya memejamkan matanya dalam pelukan Nathan. "Haahh... hahh... hahh..." berusaha mengambil napas sebanyak-banyaknya. Dan detik berikutnya ia dapat merasakan tubuhnya diangkat oleh Nathan.

.

.

.

"Akh!" Asha memekik pelan saat Nathan merebahkan tubuhnya di atas meja yang ada di dalam perpustakaan. Kepala hingga pangkal paha Asha berada di atas meja. Sedangkan kakinya turun ke bawah dengan tangan Nathan yang memegangi kedua kakinya. "Kau mau apa?"

"Diam dan nikmati saja, Asha," sahut Nathan dan detik berikutnya Nathan melepas rok beserta celana dalam Asha. Membuat Asha dalam keadaan telanjang sedangkan dirinya masih mengenakan pakaian secara utuh.

"Kyaa!" teriak Asha malu, dia berusaha menutupi alat kelaminnya. Tapi tangan Nathan menghalangi Asha.

Nathan menurunkan wajahnya hingga sejajar dengan bagian bawah Asha itu. Asha yang melihat hal itu, wajahnya semakin memerah. Lidah Nathan menjilat bagian itu naik turun seirama membuat Asha menggelinjang geli.

"Nhhahh! Nhnnahhh!" desah Asha. Kedua tangannya tanpa sadar meremas payudaranya sendiri guna mendapatkan kenikmatan yang lebih.

Nathan sendiri tetap setia bermain dengan lidahnya. Kedua tangan Nathan bahkan merayap ke bawah hingga sampai di belahan pantat Asha. Diremasnya pelan bagian itu oleh Nathan. "Wah, kau menikmatinya, kan?"

Mata hitam Nathan lalu menangkap bagian berbentuk biji jagung di alat vital Asha. Nathan mengenalinya sebagai klitoris dan sebagi pusat rangsangan dalam tubuh wanita. Dengan jahil dihisapnya klitoris Asha menggunakan mulutnya yang membuat Asha mendesah panjang. "Aahhhh... ahhh..."

Dan kali ini Nathan akan memasuki lubang intim Asha menggunakan lidahnya. "Akh!" pekik Asha tertahan tatkala ia merasakan ada sesuatu yang menerobos masuk ke dalamnya. Lidah tanpa tulang itu menerobos masuk dengan lancar. Menyesap semua rasa yang ada di dalam Asha. Nathan menggerakannya maju mundur dengan sesekali membuat gerakan zigzag di dalamnya.

Selang beberapa menit, Nathan mengangkat wajahnya. Mata hitam Nathan dapat melihat keadaan kacau kekasihnya itu. "Sebentar lagi hidangan utama, Asha. Tahanlah sedikit lagi," gumamnya. Kali ini tangan kiri Nathan menyusup ke dalam alat kelamin Asha. Jari telunjuk Nathan masuk secara perlahan ke dalam lubang Asha.

"Akh!" lagi-lagi Asha memekik. Jari telunjuk itu bergerak maju mundur dengan sangat cepat. Selain jari telunjuk, jari tengah dan jari manis Nathan pun ikut masuk ke dalam tubuh Asha. "Ahhh! Ahhh! Ahh!" sedangkan Asha hanya bisa mendesah karena pergerakan jari-jari Nathan sangat cepat bahkan jari Nathan sesekali merenggangkan otot-otot lubang vagina Asha.

Wajah memerah Asha berusaha menatap Nathan. Sesuatu itu lagi berusaha keluar dari dalam tubuhnya, tapi jari-jari Nathan menahannya keluar. "Na-Nat.. ahh... than, le-pas ahh!" geram Asha sambil berusaha menyingkirkan tangan Nathan dari alat kelaminnya.

Mengerti akan keadaan kekasihnya, Nathan pun melepaskan jari-jarinya. Dan cairan putih itu meluber keluar hingga menetes ke lantai. Tidak mau buang waktu, Nathan mendekatkan wajahnya dan menghisap semua cairan itu. "Aaahhhh... ahhh..." desah Asha panjang. Dada Asha terlihat naik turun dengan punggung yang melengkung ke atas saat ia mencapai orgasmenya yang kedua.

"Kau sangat manis," gumam Nathan. Sembari menunggu Asha menstabilkan napasnya. Nathan pun melepas semua pakaian yang ia kenakan. Sehingga keadaan dirinya sekarang sama dengan keadaan Asha. Asha membuang muka ke arah lain saat melihat kejantanan Nathan yang besar dan menantang itu. Penis Nathan sudah berdiri layaknya menara yang sangat kokoh. "Waktunya makanan utama, Asha," terang Nathan.

Nathan menurunkan tubuh Asha dari meja lalu memposisikannya dalam keadaan menungging. Kedua tangan Asha memegang sisi meja untuk menopang berat tubuhnya. "Apa yang akan kau lakukan?" tanya Asha was-was sambil menghadap Nathan ke arah belakang.

Tangan kiri Nathan memegang pinggang Asha, sedangkan tangan kanannya mempersiapkan kejantanannya di lubang vagina Asha. "Tahanlah, Asha. Memang terasa sedikit sakit awalnya," ucap Nathan lalu ia menggesek-gesekkan kejantanannya di mulut vagina Asha. "Aku mulai," ujung penis Nathan mulai menyusup ke dalam lubang sempit milik Asha.

"Akhhh! Sa-sakit!" pekik Asha tertahan. Matanya memejam kala merasakan rasa sakit di bagian bawahnya. Nathan pun semakin memajukan penisnya hingga setengahnya masuk.

"Haahh..." Nathan menarik napas sebentar. Ternyata lubang vagina wanita itu terasa sangat sempit. Penisnya terasa ditekan oleh sesuatu yang lembut. "Nhhnnn!" Nathan berusaha memasukkan kejantanannya hingga akhirnya sepenuhnya masuk dalam sekali hentakan.

"AKKKHHHH! SAKITT!" teriak Asha keras. Darah mengalir dari vaginanya hingga membasahi penis Nathan. Tanpa ada yang mengkomando, air mata turun dari wajah Asha. "Na-Nathan, sakit sekali," pekiknya tertahan.

Nathan tak tega melihat keadaan Asha. "Tenang Asha. Cobalah beradaptasi, hm?" tenang Nathan. Tangan kanan Nathan bergerak ke dapan, menggapai payudara Asha lalu memijatnya perlahan berusaha membuat Asha nyaman kembali. Asha mulai sedikit tenang bahkan bibirnya mulai mendesah saat Nathan meremas payudaranya. "Sudah tenang kembali, hm?" seringaian terpampang jelas di wajah Nathan.

Nathan pun mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur. Penis Nathan itu bergerak sangat lambat tapi tiap detik kecepatannya bertambah dan sekarang bergerak dengan sangat cepat. Asha bahkan sudah mendesah kenikmatan. "Ahhhh! Ahhh! Ahhhh... aaahhh..." jika tadi Asha merasa kesakitan, sekarang yang ia rasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan selama ini.

"Kau senang, Asha?" tanya Nathan sambil terus bergerak maju mundur. Peluh keluar dari tubuh Nathan sedang tubuh Asha sudah sejak tadi dibanjiri oleh keringat. Kedua tangan Nathan pun sejak tadi tak tinggal diam, dua tangan jahil nan nakal itu terus meremas kedua payudara Asha dari arah belakang.

Asha menutup kedua matanya untuk menikmati kenikmatan ini. "Y-ya aahhh! Ahhh... i-ni me-menyenangkan aahh! Ahhh..." desah Asha sambil berusaha menjawab pertanyaan Nathan. "Akhh! Akhhh! Akkhhh!" pekik Asha saat merasakan penis Nathan menyentuh bagiannya yang terdalam. Dia merasakan kejantanan Nathan berkedut-kedut di dalamnya.

"Hahhh! Nhhnn!" sedangkan Nathan sendiri berusaha menahan desahannya tatkala dinding vagina Asha itu menjepit kejantanannya. "Aku ke-keluar, Asha,"

"Aku ju-juga aahhhh..." cairan putih Asha tidak bisa keluar dari vaginanya karena tertahan oleh Nathan. "Aaahhh..." Asha mendesah panjang saat sesuatu yang hangat memenuhi perut bagian bawahnya. Itu sperma Nathan. "Akkhh! Akkkhh!" Asha selalu mendesah saat benih-benih Nathan itu bergerak di dalamnya.

"Haahhh..." Nathan menarik napas lalu melepaskan kejantanannya dari vagina Asha. Cairan putih beserta darah keluar dari vagina Asha. Sepertinya itu sperma yang tak muat ditampung oleh perut Asha bercampur dengan darah keperawanan Asha.

Nathan terduduk lemas di belakang Asha dengan menyandar pada rak buku di belakangnya. Sedangkan Asha sudah tak berdaya dan menyerosot jatuh dari meja. Bagaimana tidak, ini adalah orgasme ketiga Asha sedangkan Nathan sendiri baru sekali.

"Bagaimana? Kau menyukainya kan, Yang?" tanya Nathan tersenyum puas. Sedangkan Asha hanya mengangguk menjawab pertanyaan Nathan karena ia masih berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya untuk kebutuhan paru-parunya. "Jika kau mau lagi, coba berusahalah sendiri," tantang Nathan.

Asha tidak mengerti dengan ucapan Nathan. Asha pun membalik tubuhnya agar ia berhadap-hadapan dengan Nathan. "Sudah berdiri lagi?" gumam Asha tak percaya saat melihat kejantanan Nathan sudah tegak berdiri lagi.

"Jika kau ingin lebih, lakukan sendiri," ucap Nathan sambil membetulkan posisi duduknya di depan rak buku.

Asha membuang tatapannya ke arah lain. Ini memalukan, pikirnya. Tapi dirinya apalagi tubuhnya sangat menginginkannya lagi. Perlahan-lahan, Asha memutar kepalanya menghadap Nathan. Mata Asha terus menatap kejantanan Nathan. Asha menelan ludahnya dengan susah payah.

Dengan perlahan tapi pasti, Asha mendekati Nathan dan duduk di pangkuan Nathan. Tangan jahil Nathan lebih dulu meremas kedua payudara Asha lalu memelintir putingnya yang mengeras. "Akkhhh! Akkhh!" pekik Asha kegelian.

Sembari Nathan meremas payudaranya, Asha mengangkat tubuhnya ke atas dan mengarahkan kejantananan Nathan tepat di bawah lubang vaginanya. Tangan Asha membuka labium minora dan mayora miliknya agar memudahkan penis Nathan untuk masuk ke dalam dirinya.

Setelah Asha merasa pas, Asha perlahan-lahan menurunkan tubuhnya dan perlahan-lahan pula penis Nathan tenggelam dalam lubang hangat milik Asha lagi. "Nhhnnn! Akkhnhhh!" desah Asha hingga akhirnya penis besar Nathan tenggelam sepenuhnya.

"Mulailah bergerak, Asha," perintah Nathan. Asha menganggukkan kepalanya, kedua tangannya ia letakkan di leher Nathan, memeluknya. Sedangkan kedua tangan Nathan masih setia dengan payudara Asha. Bahkan mulut Nathan pun kali ini tak tinggal diam. Mulut basah dan hangat Nathan itu mulai menyesap setiap jengkal bagian leher Asha yang bisa ia dapatkan.

Asha pun mulai menggerakkan tubuhnya. Mulai dengan irama pelan hingga cepat. Mereka berdua terus melakukan hal tersebut demi menghabiskan waktu. Ruangan perpustakaan yang seharusnya sepi dan sunyi itu sekarang dipenuhi oleh suara desahan, erangan, dan pekikan yang sangat menggairahkan.

.

.

.

FIN