webnovel

Abjad DY

Darla, merupakan seorang yang ingin mengejar impiannya di bidang jurnalistik, sementara Yerlla seorang pemimpi yang juga ingin mengejar impiannya di bidang Melukis. namun, tak semuanya berjalan mulus hingga hal hal yang tak masuk akal dapat menghampiri mereka. Semuanya berawal dari sebuah kompetisi, ia yang membuat segala hal itu terjadi. Menjadi lebih rahasia, hingga biasa.

Atmuras · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Abjad A

"Perkenalkan aku Drala, senang bisa berkenalan" Drala mengulurkan tangannya. Tangan seni membalasnya.

"Aku Yerlla" Jawabannya singkat. Kemudian mengukir senyum.

Bibir Jurnalis itu membalas senyumnya dengan senyuman manis.

"mm, kamu.. tinggal dimana?" Yerlla memperbaiki rambut hitam kecoklatannya yang khas tanpa semir.

"Tidak jauh, mau mampir?" tawar Drala, sambil menunjukan arah jalan rumahnya dengan jari jempolnya.

"lain kali saja, hari ini panas ya? tak berangin juga" Yerlla melihat sekitar. Tiba-tiba matanya tertuju pada kursi panjang sekitar 2 meter.

Jawaban Drala tertahan.

"Kita duduk disana saja, bagaimana?" Yerlla menarik lengan Drala.

kemudian Drala mengangguk dan berkata, "Ayo"

kursi berwarna coklat itu menjadi saksi bahwa Drala dan Yerlla pernah ada disitu.

suatu kompetisi lomba mempertemukan mereka berdua, Yerlla mengikuti kompetisi lomba menggambar, sementara Drala lomba menulis. Ditempat dan waktu yang sama.

"bagaimana? sukses?" Yerlla menengok ke arah Drala, mata coklatnya menjadi penasaran.

"Apa? Apanya?" Drala masih tak paham, karena hal itu Yerlla kesal juga ingin tertawa karena wajah Darla tanpa dosa.

"itu.. lombanya, gimana? Sukses?" Yerlla menggentakkan sepatunya seperti anak kecil.

"oh, lomba, ya.. begitulah, kamu bagaimana? sukses juga?" Darla melirik Yerlla, ia mendapati mata Yerlla yang hampir basah bak tanaman yang baru saja tersiram air kran.

"eh, aku minta maaf, apa ada yang salah dengan ucapanku?" Darla kemudian merangkul Yerlla.

"Tidak kok, ini salahku bertanya tentang lomba tadi" Yerlla mengukir senyum nya tipis. susah pasti.

'Sepertinya Yerlla orang ceria' pikir Darla.

Buru-buru Darla mengalihkan topik.

"Eh, ini sudah jam 1 siang, pantas saja panas" Darla tertawa, diikuti sekaan Yerlla dan ikut tertawa senang. Padahal Darla tahu bahwa ia bukan pelawak, dan yang pasti candaan bukan candaan lebih tepatnya ucapan Darla tak selucu itu hingga membuat Yerlla tertawa.

"Oh, iya itu mobil kamu?" tanya Yerlla, jari nya menunjuk kendaraan beroda empat berwarna hitam tengah terparkir.

Darla mengangguk, kemudian, "dari mana kamu tahu?" Darla menengok ke arah Yerlla. sementara Yerlla tersenyum.

dan, "dari pagi, aku lihat kamu diantar seseorang berseragam hitam, iya kan?" Yerlla kemudian kembali mengengok ke arah Darla.

Darla tertawa.

"Itu sopir pribadi ku Yerlla, kamu bisa memanggilnya pak supir atau Pak Dare, begitu" jelas Darla, yang kemudian juga tertawa lagi.

"oh, itu supir kamu, maksudku Pak Dare itu supir kamu, terus kenapa kamu enggak pulang ke rumah kamu sekarang? Pak Dare kan sudah nunggu, trus juga rumahmu kan dekat kenapa musti pakai mobil kesini? kamu tidak ada sepeda? atau motor? kalau mobil terlalu besar, sepeda motor Kakakku tak bisa parkir nanti, lebih baik pakai motor saja" Yerlla bertanya segunung, entah itu soal pemikirannya atau soal motor kakaknya, atau lagi sepeda dan motor Darla. Hal itu membuat Darla tertawa terbahak.

"Aku ada sepeda Yerlla, ini kebiasaan ku, jadi, aku minta maaf ya, kalau mobilku membuat sempit, tapi kan tempat parkir mobil ada tempatnya" Darla menyeka air mata karena tawanya. kemudian, mengambil buku yang terjatuh.

Bukunya jatuh di bawah kursi, diambilnya buku itu dan saat itulah ia melihat pulpen unik yang sangat bagus. Ia menatap agak lama.

"Ada apa?" tanya Yerlla. Darla masih menatap pulpen itu.

"Ini pulpen kamu? bagus banget, beli dimana?" Darla bangkit dari jongkoknya kemudian duduk diatas kursi sepanjang 2 meter tadi.

Yerlla masih menatap bingung.

'pasti mahal pulpen ini, tapi ini bagus banget, apa aku harus ngaku ya, ini pulpen ku'

terlintas niat buruk di kepala Yerlla, tapi Yerlla tak seperti itu.

'ah, nanti kalau aku bohong dosa, dan enggak mungkin dia percaya, terus ntar aku bilang dimana beli pulpen itu? aku nggak mau bohong'

"bukan, bukan pulpen ku" Tangan Yerlla melambai-lambai. Ia merapikan rambutnya panjang nya kemudian.

"Lalu?"

Kening Darla berkerut, walaupun ia mampu membeli pulpen itu, tak ada salah nya kan kalau ia pungut, nanti juga bakal enggak ada yang ambil. Kalau habis tintanya bisa ia beli online. Tinggal sebutin nama merk pulpen nya.

"Kalau aku ambil gimana? Enggak apa-apa kan? Biar nanti aku ganti yang baru, tapi ini aku ambil" Seringai ide jenius Darla tersketsa. Ia ingin mengganti pulpen orang yang lebih baru.

"mmm, oke sih, tapi dari pada bekas beli baru aja, yang beli pulpen ini pasti juga orang punya seperti kamu" celetukan Yerlla membuat Darla membelalakkan matanya.

"Kamu pinter juga, ya sudahlah aku akan beli yang baru, 'betewe' ini merk nya apa sih?" Matanya mengamati seluruh pulpen itu tapi ia hanya menemukan tulisan 'Abjad' saja.

"Memangnya ada pulpen merk 'Abjad' ya?" Yerlla ikut mengamati pulpen itu.

"Mungkin keluaran baru, kamu bisa pegang ini sebentar?" Pulpen itu Darla serahkan ke Yerlla. Tangan Jurnalistik nya itu lincah mencari handphone di dalam tas 'dark brown' nya itu.

"Oke"

Belum sempat ia mengetik sesuatu, tiba-tiba datang seseorang menghampiri Darla dan Yerlla. Pakaian nya rapi bak orang kantoran, tas mahalnya terselempang di pundak kanan. sepatu nya yang super Unik nan Bagus itu ia pakai berjalan bak seorang model

Tangannya siap-siap menepuk pundak Darla.

"Darla?" ucapnya sambil menepuk pundak Darla memandang Yerlla dengan tatapan serius, Darla dan Yerlla sontak saja kaget.

mohon baca dengan cermat ya, agar kalian paham maksudnya terimakasih

jangan lupa follow Ig : atikamuradaf_

follback? DM aja ya

Atmurascreators' thoughts