webnovel

5. Hideout, Fei si Nomor Satu

[Buka Pikiran sebelum membaca. Kosongkan dan nikmati. Tarik napas dalam-dalam, lalu buang secara perlahan. Nikmati dan nikmati. Buka pikiranmu dan marilah baca cerita ini.]

Baru lima detik si pengendara sepeda motor memarkirkan kendaraannya, Agod melompat menjadi pengendaranya. Dia meraba-raba kabel yang ada di dalam kap, lantas menarik kabel yang gunanya menjadi pengaman agar motor tak bisa digunakan tanpa kunci. Sekarang motor itu tinggal engkol, Agod melolos pergi.

Pemilik aslinya berteriak. "Kembalikan motorku! Perampok!"

Anak muda yang nongkrong di pinggiran kedai kopi langsung terburu-buru mengengkol motor mereka. Ada perampok, mereka yang ramai menghidupkan mesin yang meraung-raung untuk mengejar si perampok.

"Aku Agod Bandeto!"

Anak muda yang nongkrong di pinggiran kedai kopi langsung terburu-buru, kali ini untuk mematikan sepeda motor mereka. Teriakan si perampok yang mengaku sebagai Agod Bandeto sangat jelas di telinga mereka. Memang ada kemungkinan bahwa pencuri sepeda motor itu berbohong, namun jika si perampok memang berkata jujur dan anak-anak muda itu benar-benar berhadapan dengan sang Agod Bandeto, mereka hanya bisa berharap hanya dijadikan cacat.

Si pemilik sepeda motor tercengang melihat tingkah mereka yang berbondong-bondong kembali berbincang seperti biasa.

"Siapa Agod Bandeto?"

Heh! Dia tidak tahu saja.

***

Sudah setengah jam Agod dijalanan, sendirian. Dia nampak lebih sedih daripada biasanya. Hatinya hancur. Perlahan tapi pasti, dia memasuki jalan besar di tengah hutan.

Agod tak percaya ini terjadi. Semua ini, Alexa yang mati dan Joeno yang mati dan Azzef yang mati dan Iggario yang mati, dan ... dan .... Ahh! Agod tak tahu lagi! Dia sangat marah. Tarikan gas yang semakin meraung keras mengikuti aliran emosinya. Dia berteriak sangat keras.

"Aaa ...!"

Dan kemudian dia sampai ke rumah tersembunyinya.

Dari kejauhan, di depan Agod terpampang sebuah kabin kecil, sederhana dan juga indah. Di tengah padang rumput yang diisi oleh rusa dan hewan lainnya. Rusa-rusa kabur menjauh saat mendengar raungan mesin motor yang Agod kendarai.

Rumah kayu itu masih sama seperti yang Agod bisa ingat. Hatinya menjadi sedikit tenang, saat tahu ada sebuah mobil biru dengan kap terbuka, terparkir di depan tangga pintu masuk rumahnya.

Mobil biru yang mewah itu, adalah milik Fei. Seorang pria asia yang bergaya sama mewahnya seperti mobilnya. Seseorang keluar dan meninjau, pria itu membelalak namun memaksakan senyum saat melihat kedatangan Agod dari kejauhan.

Agod tahu bahwa dia dapat selalu mengandalkan Fei. Fei adalah tangan kanannya, orang terpercayanya. Satu-satunya anak buahnya yang sangat loyal, berhubung dia hanya memiliki satu anak buah saja.

Untuk Fei. Agod banyak berterimakasih padanya. Jika ada yang Agod ingin Fei cari, maka Fei akan mendapatkan informasi itu untuknya. Jika ada yang Agod ingin hilang dari muka bumi, maka Fei dengan senang hati melakukan itu untuknya. Dan itu yang Agod ingin Fei lakukan.

Agod turun dari motor dan naik ke rumah. Fei menunduk, menyambuntya penuh kesopanan.

"Selamat datang kembali, tuan." Fei berhenti menunduk dan membuat senyum di wajah tirusnya. "Apa yang membuat Anda menghilang sebegitu lamanya?"

Agod memberondong masuk dan berkata, "Jangan banyak omong kosong." Pria berkulit gelap itu menunduk, merogoh-rogoh bawah ranjangnya. Dia menarik sebuah peti kecil. Disana tertidur sebuah pistol beserta magasin di atas kain putih yang lembut.

"Alexa mati dan aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." Agod berbalik setelah mengisi ulang pistolnya. Dia menghadap Fei yang menodongkan pistol. "Fei, carila—"

Agod berubah bingung. Fei tersenyum dengan pistol terangkat, terarah pada jantung Agod. Jemarinya ada di pelatuk, sangat siap jika Agod bertindak gila untuk melakukan sesuatu yang aneh, maka Agod mati.

"Kau gila?" Agod bertanya tak percaya. Alis matanya menyatu.

Fei seperti yang Agod kenal menjawab santai, tapi ada sesuatu yang hilang darinya—sebuah kesetiaan.

"Anda mau aku melakukan apa? Menyembunyikan mayat Alexa sehingga ketua Joeno tidak mengetahui keberadaannya?"

Agod terkejut, dia marah dan juga merasa agak lega. "Apa katamu? Joeno tidak mati? Lalu sekarang dimana dia?"

Fei menembak pistol Agod. Tembakannya sangat tepat, sehingga mampu menghancurkan pistol yang Agod pegang tanpa menggores tangan Agod sedikitpun. Agod meringis mengipas-ngipas tangannya. Mungkin Fei sedikit meleset.

"Kenapa kau, anjing?" Agod menggeram, siap menerkam Fei. Dia tak peduli jika Fei masih memegang pistolnya. Apa-apaan seorang anjing bersikap kurang ajar pada majikannya. "Kau gila, Fei?"

"Ketua Joeno akan marah besar jika kau dan sekutumu tak membuatnya menghilang! Kau bersekongkol dengan Distrik, eh? Kami tahu itu. Kau menghilang, dan semua ini terjadi. Kau pasti memiliki hubungan dengan orang-orang itu."

Agod memukul kepalanya sendiri. "Kau tak bisa berpikir jernih, Fei? Aku yang membangun Sindikat bersama Azzef dan yang lainnya. Kau sekali lagi menuduhku, kau akan kuterkam!"

Fei tersentak. Ketenangannya buyar selama tiga detik. Setelah itu, dia kembali tenang. Fei merogoh sakunya dan mengambil sebuah ponsel. Dia menekan nama di kontak sambil waspada terhadap Agod yang sedang menghembus tangannya sendiri.

"Ketua Hyu, aku menemukan Agod Bandeto."

Suara yang paling Agod benci, suara lembut nan menusuk dari dia. Agod semakin kacau saat tahu bahwa dia yang berbicara dari sisi lain. Hyu Kazama, Ketua Utara.

"Oh, tahan dia! Kau dimana sekarang?"

"Rumah persembunyian tuan Agod."

Agod terkekeh. Memangnya Hyu mengetahui rumah tersembunyinya? Tempat ini tak akan menjadi tersembunyi, jika orang-orang tahu banyak tentang tempat ini.

"Oh, kabin di tengah hutan? Baik, aku akan kesana."

Satu fakta yang Agod ungkap tanpa perlu bertanya. Fei membeberkan rumah tersembunyi ini.

"Kau busuk! Mengkhianati ketuamu sendiri."

Fei menjawab agak emosi. "Jika ketuaku adalah orang yang sama seperti dulu, maka aku tak akan melakukan ini. Anda telah berubah, tuan." Fei menggeleng, menatap Agod serius. "Anda yang mengkhianati Sindikat."

Oh. Yang benar saja. Agod yang menjadi pengkhianat? Pengkhianat apa? Sialan! Agod benci pengkhianatan. Dia ... tak mungkin melakukannya.

Mereka hening untuk beberapa waktu, keheningan itu sangat mencekam bagi Fei sendiri. Mata Agod tak liar kemana, hanya terfokus pada satu objek. Yaitu mata Fei. Agod adalah harimau yang mengintai mangsanya. Kali ini, harimau sedang mengintai terang-terangan.

"Jujur saja. Aku tak berurusan dengan Distrik!" Agod maju satu langkah. "Kau pikir aku apa? Ketua Hyu yang kau telpon itu, mungkin dia adalah pengkhianat yang kau maksud!"

Agod maju dua langkah lagi, membuat Fei tak nyaman. "Jangan bergerak selangkah lagi!"

Agod berhenti bergerak. "Saat kita para Ketua diserang beberapa tahun lalu, semuanya berhasil selamat. Kecuali satu!" Agod berseru kencang. "Dan lihatlah, dia yang tak selamat itu telah digantikan oleh seseorang yang lain. Seseorang yang bahkan tak mampu melindungi tuannya sendiri!"

"Aku tak peduli, tuan," jawab Fei benar-benar tak peduli.

Agod mengangkat tangannya. "Aku tak habis pikir, mengapa Distrik menyerang kota ini lagi. Apa mereka tak puas dengan satu kota saja?"

"Begitulah memang seharusnya," Fei merespons. Agod tercengang.

#Dengan VOTE kalian, saya tersenyum. Dengan COMMENT kalian, saya tertawa. Dengan masukkan ke READING LIST, saya senang gila! Buat saya senang, dong!

Temui cerita ini dengan judul yang sama di Wattpad dan NovelRinganMoe, untuk chapter yang lebih cepat Update.

adechandrahasibuancreators' thoughts