webnovel

500 hari Mencari Cinta

Seorang wanita yang mencari cinta sejatinya dan dia menikah namun belum merasakan cinta sejatinya telah hadir. Kemudian suaminya meninggal dunia. Ternyata dia terpuruk dan masih berharap bisa bertemu dengan lelaki yang bisa membuat dirinya bahagia. Ternyata lelaki yang diharapkan hadir, tidak pernah hadir walaupun pernah memberikan sedikit rasa cinta namun semuanya seperti sebuah kepalsuan. Lelaki ini memang adalah lelaki yang masih muda sehingga perbedaan usia nya terlalu jauh. Lelaki ini sebenarnya ingin menikahi sang wanita yang juga dianggap sebagai cinta sejati. Namun lelaki ini tipe lelaki play boy yang memiliki banyak sekali wanita sehingga tidak mau berkomitmen. Sang Wanita menjadi semakin terpuruk karena dia hanya seorang janda . Wanita ini memiliki bisnis namun tidak berdaya dalam kesendirian nya tanpa suami atau pasangan hidup lagi. Wanita ini sering menghayal sendiri dan bergantung pada masa depan yang juga belum pasti. Wanita ini cuma bisa berjuang seorang diri namun belum tahu akan kemana kakinya melangkah setelah kehilangan suami. Akhirnya wanita ini menyadari bahwa suaminya yang telah tiada, adalah cinta sejati nya namun terkadang ia merasa tidak bahagia dan merasa ada lelaki lain yang dia cari dalam hidup nya. Akhir periode kehidupan nya adalah mendapatkan cinta sejati yang merupakan fase kehidupan kedua dalam hidup nya setelah suami pertama meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Fase kedua dijalani dengan berat karena harus menjadi janda dalam durasi yang panjang. Perjalanan ini memakan waktu 500 hari dalam upaya mencari cinta sejati.

Asri_Novita · General
Not enough ratings
63 Chs

Namaku Seruni

Aku adalah seorang wanita dengan usia pernikahan 10 tahun. Namaku Seruni dan aku ingin menjadi seorang Pengusaha besar dan juga ingin menjadi seorang Queen (ratu). Aku dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin dan berjuang keras untuk bisa kuliah di Perguruan Tinggi. Aku ingin menjadi orang sukses karena aku memiliki keyakinan bahwa semua orang bisa sukses asalkan mau berusaha.

Sejak kecil, aku mendapatkan pendidikan agama yang cukup dan sejak kecil aku melihat bagaimana orang tuaku berjuang untuk membuat ke -3 orang putrinya bisa merasakan pendidikan yang tinggi. Aku dan keluargaku berasal dari sebuah kota kecil di Pariaman dan orang tuaku merantau ke Jakarta setelah melahirkan aku, anak pertama di usia 2 tahun. Aku masih ingat bagaimana kami tinggal di usia aku 2 tahun sampai 5 tahun. Kami tinggal hanya disebuah petakan kecil satu kamar dan ketika aku bermain ke rumah tetangga maka ku diusir. Aku sebagai Seruni kecil, tidak pernah tahu mengapa aku diusir hanya untuk bermain. Kemudian aku diasuh oleh adik ibuku dan sering diajak bermain-main. Aku masih ingat bahwa orang tuaku bekerja hanya sebagai tukang jualan mainan anak-anak yang jika sehari bisa makan saja, kami sudah senang sekali. Kami tidak pernah bisa membayangkan bahwa suatu saat kami akan menjadi orang sukses karena saat orang tuaku merantau hanya membawa uang 5000 rupiah saja dan hanya bisa mengontrak satu kamar kecil dan ayahku bukanlah orang kantoran.

Jiwa Pedagang yang dimiliki oleh ayah dan ibuku menyebabkan akhirnya mereka berusaha untuk menjadi pedagang. Awalnya, mereka berjualan kaos kaki di Terminal Pulo gadung. Hanya menjualkan barang milik orang lain dan hanya kaos kaki saja. Dan setelah berhasil menjual beberap lusin kaos kaki, ayahku yang aku panggil Papa dan Ibuku yang aku panggil mama, berusaha lebih keras lagi agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar yaitu membuat sendiri kaos kakinya dengan cara membeli ke Pabrik besar kemudian mengolah sedikit, memberikan merek sendiri dan kemudian menjualkan kaos kaki tersebut. Tanpa disadari, usaha tersebut mulai berhasil dan kami pindah ke sebuah rumah dan rumah tersebut adalah rumah yang kami bisa beli pertama kali. Orang tuaku menjadi Pengusaha dan mampu membeli rumah sendiri di kota Jakarta , dan aku bertumbuh menjadi seorang anak remaja dengan usia 13 tahun. Aku mulai bangga karena saat aku masuk SMP maka orang tuaku sudah bukan lagi orang miskin namun kami sudah bisa memiliki satu bisnis yang menghasilkan sebuah penghasilan pasti setiap bulannya. Papa dan Mama sangat serasi dalam membangun usaha bersama. Papa dan mama juga merupakan pasangan yang saling setia di dalam memantapkan langkah menjadi seorang Pedagang atau Pengusaha.

Aku selalu menjadi juara kelas dan sering mengajak kedua orang tuaku berlibur ke Ancol disebabkan aku punya tiket gratis untuk masuk ke Ancol kapanpun. Ayahku bangga sekali terhadap putri pertamanya yaitu Aku yang selalu memberikab prestasi terbaik dengan pendidikan yang sedang aku jalani.

Pada saat di SMP , selain menjadi juara kelas, aku pun menjadi ketua OSIS. Aku adalah seorang yang memiliki visi yang tinggi. Aku berhijab dan aku berprestasi. Aku aktif di dalam semua kegiatan di sekolah karena aku ketua OSIS. Kemudian aku berhasil masuk SMU favorit di Jakarta Timur dan disaat itulah aku mulai memiliki banyak sekali masalah dalam hidupku. Orang tuaku mengalami kebangkrutan dalam bisnisnya, dan kami terpaksa harus menjual rumah kami dan akhirnya kamu harus mengontrak dan setahun kemudian tiba-tiba orang tuaku tidak memiliki pekerjaan apapun dan akhirnya Papa menjadi supir taksi. Aku terpukul sekali dengan kondisi kehidupan keluargaku. Dari seorang yang bisa membeli apapun dan akhirnya menjadi anak seorang supir taksi. Pada saat SMU , aku semakin terpukul karena aku tidak bisa membayar biaya sekolah, dan aku memiliki sebuah impian yang tinggi yaitu menjadi seorang dokter.

Semua impianku kandas dalam sekejap ketika aku lihat bahwa mama tidak punya uang untuk kehidupan kami sehari -hari dan mama berhutang setiap hari untuk biaya aku ke sekolah. Aku bingung dan aku malu. Mengapa nasib aku seperti ini justru disaat aku memerlukan banyak uang karena aku akan masuk kelas 3 SMU dan aku butuh biaya untuk ikut bimbingan belajar. Namun sejak aku masih kecil, usia 5 tahun, aku pernah hidup susah juga, sehingga aku berusaha bangkit walaupun aku masih belum menerima takdir yang sedang terjadi di dalam proses kehidupan ku tersebut.

Aku bisa berprestasi namun di SMU favorit ini, aku adalah anak paling miskin dan tidak punya uang untuk berangkat sekolah, apalagi untuk membayar SPP bulanan. Aku pusing karena selama 4 bulan belum juga bisa membayar SPP. Akhirnya aku sakit , aku terkena depresi.

Mama tidak henti -henti mencari pengobatan dan Papaku selalu berdoa agar aku sembuh dari penyakit aku. Aku seperti orang gila yang tidak lagi mengenal orang lain. Aku setiap pagi bangun dan menonton TV namun fikiranku melayang -layang pada impian yang belum tentu bisa aku gapai. Aku tidak masuk sekolah selama 6 bulan. Aku tidak sadar, siapa aku dan sedang apa aku setiap hari. Aku terpuruk di dalam kehidupan ku . Aku tidak lagi memiliki impian apapun dalam hidupku karena aku malu untuk berangkat sekolah dan aku sudah terkena depresi.