webnovel

"Bitch, I Love U!"

Ikbal_Saputra_8964 · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

"Bitch, I Love U!" [4]

Aku dapat dengan jelas merasakan nafas mas Fajar dan bibirnya yang basah. Hal ini membuatku sulit sekali bernafas. Semakin sulit hingga kurasakan nafasku tidak lagi berhembus.

*****

Celah sinar matahari menerpaku dari balik jendela, aku membuka mataku dengan cepat dan beberapa kali mengambil nafas panjang.

Matahari sudah terbit dengan tinggi, dan aku baru saja terbangun.

"Mas Fajar kemana ya? Sekarang kan minggu." Ucapku sendirian saat menyadari mas Fajar sudah tidak ada dikasur.

Aku merenggangkan kedua tanganku, pandangan dan fikiranku mulai jernih.

"Mas Fajar?!" Ucapku setengah berteriak saat mengingat kejadian semalam.

"I..iya! Semalam mas Fajar.." Lirihku mengingat kejadian semalam.

"Ahh engga ah! Itu cuman mimpi aku doangan!" Sambungku kemudian dan bergegas bangun ke toilet untuk mandi.

***

Aku menarik nafasku panjang melihat seluruh ruangan, benar-benar sangat berantakan. Bahkan baju dan sempak mas Fajar pun tergeletak di sofa dan berceceran di lantai.

"Apa aku juga yang harus bersihin ini rumah?" Ucapku lesu.

Aku merenggangkan tanganku dan mulai membersihkan, menyapu dan membenahi semuanya.. Semuanya!

'Teeeeet'

Bel pintu berbunyi, membuatku sedikit kesal karena terganggu saat sedang mengepel lantai.

"Iya mas?" Tanyaku kepada kurir yang datang.

"Ini benar dengan Radju?" Tanyanya.

Aku mengangguk heran.

"Iya saya sendiri mas." Jawabku.

"Oh ini ada kiriman untuk anda dari pak Fajar." Ucapnya.

"Hah Kucing??" Tanyaku saat sang kurir memberikanku seekor kucing yang terdapat di dalam petcargo.

"Iya mas.. Ini kandangnya, makanan, pasir, dan alat-alat lainnya." Sambungnya memberikan perlengkapan kucing kepadaku.

"Ah iya mas terimakasih." Ucapku menerimanya.

"Mohon tanda tangan terima disini ya mas." Pintanya.

Aku meraih pulpennya dan bergegas menandatangani tanda terimanya.

Aku menatap mas kurir yang masih muda ini, dengan seragam kemeja nya dan topi merah yang menutupi rambutnya, dia cukup tampan untuk seorang kurir.

"Mas ganteng-ganteng kok jadi kurir sih mas? Mending jadi artis." Godaku.

Mas kurir tersebut tersenyum dan menampilkan lesung pipitnya yang membuatnya terlihat makin tampan dan manis.

"Emm mas.. Aku boleh minta tolong ga?" Tanyaku.

"Tolong apa mas?" Tanya nya kembali.

"Nyusun kandang kucingnya mas.. Aku gabisa hehe." Ucapku.

"Oh siap mas!" Katanya dan mulai merakit kandangnya.

Ku lihat mas Kurir yang bernama Tommy ini sedikit kesulitan, peluh pun mulai membanjiri kepalanya. Membuatnya melepaskan topinya dan menampilkan rambut cepaknya.

"Panas ya mas? Maaf ya soalnya AC nya lagi di cuci." Jelasku.

Aku sedikit tertawa senang, sepertinya rencanaku mulai berhasil.

"Kalo gerah buka aja mas kemeja nya.. Kayaknya badannya eh maksudku bajunya dari bahan yang panas." Ucapku.

Mas Tommy mengelap keringat di dahinya dan mengambil nafas.

"Iya mas bener, emang bahan seragamnya panas banget! Gapapa ya saya buka?" Tanyanya.

"Ya gapapa dong mas buka aja hehe." Jawabku.

Mas tersebut tertawa kecil.

"Soalnya saya gapake baju daleman mas." Ucapnya dan kemudian membuka seragamnya.

Ya Tuhan!!

Badannya sukses membuatku terpana.

Bentuk badannya yang sedikit atletis dengan kotak-kotak samar diperutnya membuat nafsuku mulai memuncak.

Dan lagi ditambah keringat yang membasahi badannya.. Ahhh rasanya ingin sekali aku seka dengan bibirku.

"Susah ya mas?" Tanyaku.

"Hu'um mas.. Ini cantelannya keras banget." Jawabnya.

Aku mengangguk dan bergegas ke dapur untuk membuatkannya air minum.

"Nih mas minum dulu." Pintaku kepadanya.

Ia bangkit dan dengan sengaja aku menumpahkan es jeruk tepat di gundukan celananya.

"Ya ampun maaf ya mas! Aduh jadi basah deh!" Ucapku mengelap celananya yang basah.

Aku merasakan kemaluannya dibalik celananya, sedang tertidur tapi lumayan besar juga.

Beberapa kali aku mengusapnya dan aku semakin merasakan benda tumpul di balik celana nya.

"Udah mas gapapa." Ucap sang kurir menjauhkan badannya.

"Hehehe bediri ya mas." Ledekku.

"Hahaha iya mas, kena es terus ditambah di elus-elus hehe jadi bediri dah nih." Jawabnya malu-malu.

"Masa di elus gitu doang bangun sih mas." Ledekku lagi.

"Hehe iyaa soalnya udh lama ga kepegang mas." Ucapnya berusaha mengalihkan pembicaraan dengan melanjutkan merangkai kandang.

"Loh? Emang gak di mainin sama istri atau pacarnya?" Tanyaku.

"Hehe aku masih sendiri mas." Jawabnya.

"Masa sih mas? Boong." Ucapku.

"Sebenernya udh nikah mas dulu, ngehamilin anak orang, eh tapi abis nikah aku nya di tinggalin heheh." Jelasnya.

"Loh kok bisa? Rugi banget ninggalin kamu mas!" Ucapku menyanjungnya.

Ia tersenyum dan kembali merangkai kandangnya.

"Ahh selesai! Huh susah banget mas hehe." Ucapnya setelah akhirnya berhasil merangkai kandang.

Aku mendekatinya dan menyeka keringat di wajah dan lehernya dengan sapu tangan.

"Mas.. Kamu gak kangen kepengen gituan?" Tanyaku nakal.

"Gituan apa mas?" Tanya nya lagi bingung.

Aku mendekatkan wajahku, menjilat telinganya dan kemudian meniupnya lembut membuat mas Tommy menggelinjang geli.

"Mau coba sama aku?" Tanyaku.

"Wa..waduhh mas.. A..aneh aja gitu kalo main sama cowok saya nya hehehe." Ucapnya terbata-bata.

Aku menyimpulkan senyum melihat wajahnya yang memerah bercampur gugup.

"Coba dulu mas.. Aku jamin ketagihan.." Ucapku kembali menjilat kupingnya.

Aku meremas penis mas Tommy dari balik celana bahannya, mengusapnya terus dan sesekali menekan nya.

"Aahh.." Lirihnya.

Cukup lama akhirnya aku merasakan penisnya bereaksi, kini kejantanannya sudah membengkak lebih besar dari sebelumnya.

Aku mendekatkan wajahku ke wajah mas Tommy. Matanya masih saja terpejam dan dahinya mengerut berusaha menikmati permainanku.

Aku mendaratkan bibirku agar menyatu dengan bibirnya yang sedikit hitam, melesakan lidahku untuk masuk kedalam mulutnya.

Cukup lama aku berciuman dengan mas Tommy, semakin lama hingga dia mulai membalas dan melumat bibirku lebih cepat.

Tangan mas Tommy memelukku agar semakin menyatu dengannya, sedangkan tanganku terus bermain dengan benda pusakanya.

Mas Tommy menghentikan ciumannya, lalu membopongku dan menidurkanku di atas sofa.

Ia mulai kembali dengan menindihiku dan terus melumat habis bibirku, ia bahkan sesekali menjilat leherku dan menyedotnya keras.

Nafasku mulai terengah, dia sangat handal dalam berciuman.

Mas Tommy menyigap kaosku dan memilin kedua putingku dengan jarinya.

"Aahhh masshh... Ahh.. Isep mass.." Pintaku.

Mas Tommy mendekatkan wajahnya dan mulai menghisap putingku, ia bahkan menyedotnya dengan kuat sembari tangan satunya meremas putingku dengan keras.

"Hhhmmp mas.. Ahhh.."

Aku menggelinjang bagai cacing kepanasan, sudah lama rasanya aku tidak merasakan putingku di manjakan.

Mas Tommy mulai bangkit dan melepaskan celana nya, membuatnya hanya menanggalkan celana pendeknya saja.

Aku menatap matanya yang sepertinya sudah terbakar dengan libidonya, aku pun menuntunnya untuk berbaring di sofa.

"Ahhh..." Erangnya saat aku menjilat batang penisnya yang masih tertutup celana pendeknya.

Ternyata Mas Tommy tidak menggunakan sempak dan membuat penisnya yang telah tegang maksimal membuat tenda.

Aku memasukan tanganku dari bawah celananya, menggenggam penisnya dan beberapa kali mengocoknya perlahan.

Mas Tommy terlihat menikmati permainanku, ia membuka mulutnya dan beberapa kali memejamkan matanya.

Aku mengeluarkan penis mas Tommy melalui bawah celananya. Penisnya membuatku terkesima.

Batangnya yang panjang berurat berwarna putih langsat dengan kepala penisnya yang berwarna merah muda.. Aku rasa ia sangat merawat organ vitalnya.. Bahkan rambut kemaluannya pun tidak begitu lebat.

Aku menatap mas Tommy yang terus terengah-engah dengan menutup matanya menggunakan lengan kirinya.

Lidahku menyapu batang kemaluannya dari ujung hingga ke pangkal.

"Ahhhhhh!!! Gilaa aahhhh!!" Racaunya membuka matanya cepat dan menatapku.

Mas Tommy mengenggam penisnya dan dengan segera memasukannya kedalam mulutku.

Ia memaju mundurkan kepalaku cepat dengan rambutku yang terus dijambak lumayan keras olehnya.

"Aahhh..ahhh.. Terus dek ahhh!! Isep sampe dalem sayang!!!" Racau nya.

Mas Tommy menekan kepalaku dalam, membuat semua penisnya masuk kedalam mulutku.

"Uhhuk..uhuuk!" Aku tersedak penis nya yang besar dan panjang.

"Ahhh.. Mas.." Ucapku menjauhkan wajahku.

Seperti sudah tidak perduli dan terbakar api libido mas Tommy menghiraukan ku dan kembali memasukan penisnya kedalam mulutku.

Ia memompa mulutku dengan keras dan cepat, ia terus memompanya sehingga aku tersedak beberapa kali.

Mas Tommy memencet hidungku dan menekan dalam penisnya kedalam mulutku, membuatku mual dan hampir saja muntah.

"Ayolah dek.. Bentar lgi mas mau keluar!" Ucapnya kecewa karena aku menjauhkan wajahku dari penisnya dan menepis tangannya.

"Udah ahh mas! Aku gakuat.." Elakku.

Mas Tommy mendengus kesal dan menarik nafasnya.

"Masukin aja ya mas.." Pintaku.

"Masukin gimana?" Tanyanya lagi.

Aku membuka selangkanganku lebar, membasahi lubang anusku dengan saliva.

Aku mulai menuntun penis mas Tommy agar masuk kedalam anusku.

"Aaaahh!!! Astaga ahhh dek!! Ahhhh.." Racaunya kencang saat menikmati penisnya yang perlahan masuk kedalam anusku.

'Blesss'

Semua batang penisnya masuk memenuhi dinding anusku, aku sedikit terengah dan menahan sedikit rasa perih.

"Ahhhh dek anget!" Ucapnya.

Aku tersenyum menatapnya dan ia pun membalas senyumanku dengan menampilkan deretan giginya.

"Enak ya mas?" Tanyaku.

Aku mulai memaju mundurkan pantatku secara perlahan, membuat penisnya bergerak didalam anusku.

"Aaahhh!!! Dek!! Ahhh ya Tuhan!! Hah uhh.." Ucapnya saat merasakan nikmat genjotan pantatku.

"Hhhmm..ahhh..ahh.."

Aku merasakan nikmat saat kepala penisnya beberapa kali merujam prostatku.

"Aahhh dek!! Ahhh ahh ahh ohh ahh." Racaunya memompa penisnya semakin cepat di dalam anusku.

Mas Tommy meraih badanku dan mencium bibirku dengan bringas tanpa mengurangi irama pompaan penisnya.

"Aaahh ahhh ahhh ohhh dekkk!!!!"

Hentakan Penis mas Tommy semakin cepat dan kenjang, membuat bunyi yang cukup keras terdengar. Ku rasakan penis nya membengkak dan menjadi semakin besar didalam anusku.

"Crooot...crooot...crooott"

Hujaman air maninya membasahi anusku beberapa kali, bahkan mengalir keluar saking banyaknya pejuh mas Tommy yang tumpah.

"Ahhh dekk aku keluar ahh.." Ucapnya dengan penis yang berkedutan di dalam anusku.

Aku mengatur nafasku dan bangkit melepaskan penis mas Tommy dari anusku lalu merebahkan diri di lantai.

"Hosh..hosh.."

Nafasku tersengal-sengal karena stamina mas Tommy yang sangat kuat.

"Kamu kuat banget mas! Hoshh.. Hoshh" ucapku dengan nada yang tersengal.

Mas Tommy memiringkan badannya dan membelai wajahku.

"Kalo kamu hamil mas siap kok tanggung jawab heheh." Ucapnya sedikit tertawa.

"Bener ya mas.." Ucapku manja.

Mas Tommy mengangguk, mencium pipiku dan kemudian bangkit mengenakan pakaiannya.

"Kamu rasanya enak banget dek! Pengen lagi deh.." Katanya.

Aku meninju lengannya pelan dan memanyunkan bibirku.

"Kamu enak! Lahh pinggangku bisa copot nanti." Ucapku.

Mas Tommy tertawa dan mengacak rambutku.

Kami bertukaran nomor handphone sebelum akhirnya mas Tommy berpamitan untuk pulang karena masih ada barang yang harus ia kirim.

Aku tersenyum senang, akhirnya setelah beberapa minggu hasratku dapat tersalurkan.

"Lumayan kan main sama cowo cakep hehehe." Kataku sendirian.

Aku menatap petcargo yang ada diatas meja dan mengeluarkan seekor anak kucing dari dalam.

"Aaahh kau Sangat lucu!!!" Ucapku girang.

Kupingnya yang tertutup dengan wajah bulat dan mata yang besar menatapku.

"Ini kan jenis kucing scottishfold! Lucunyaaa!!" Ucapku lagi dan menggendong kucing tersebut gemas.

Aku meletakannya di atas sofa, dan merapihkan perlengkapan lainnya.

"Emm kasih nama siapa ya? Warnanya kan putih.. Apa namanya putih? Ahh itu kan kucingku di desa!" Umpatku.

Aku berfikir sejenak.

"Hhm.. Mungkin gabungan namaku dan mas Fajar.. Seperti Rajar? Ahhh itu dia! Rajar!" Ucapku memutuskan nama nya.

"Oke Rajar! Tetap disini ya.. Aku akan melanjutkan pekerjaanku dulu!" Kataku membelai-belainya dan bergegas melanjutkan pekerjaanku mengepel lantai.

Cukup lama akhirnya pekerjaanku selesai juga, semuanya sudah bersih dan hanya tinggal menunggu pakaian yg sedang aku keringkan di mesin cuci. Rasa pegal juga menyerang badanku, mungkin karena permainan mas Tommy yang sangat melelahkan tadi.

"Oh iyaa! Aku lupa kasih makan Rajar!" Ucapku tersadar dan bergegas memberikannya makan.

Aku terkejut ketika mendapati kucingku tidak ada diatas sofa.

"Rajar? Pusss meong! Rajar dimana kamu?" Ucapku beberapa kali memanggil Rajar.

Kepanikan mulai menguasai diriku, aku pun mencari Rajar keseluruh ruangan hingga ke kolong-kolong meja.

"Ya Tuhan dimana Rajar?!" Tanyaku cemas dan terus mengigiti jariku.

Pandanganku terarah ke pintu yang belum aku tutup, membuatku berulang kali menengguk ludah.

"Rajar!! Pusss! Meoong.." Berulang kali aku memanggilnya dan mencarinya diseluruh apartement, namun ia sama sekali tidak terlihat.

"Aduuuh kualat nih!!! Abis main kuda-kudaan eh kucing dari mas Fajar ilang!!!" Ucapku menggerutu.

Kurasakan mataku yang mulai sembab dan membengkak, aku lalu menutup mataku dengan kedua tanganku.

"Aku gagal menjaga nya, aku memang sangat ceroboh." Batinku.

Aku terdiam dalam sunyin entah apa yang harus aku lakukan sekarang.

"Pusss.. Meong.. Nah minum ini ya."

Suara seseorang di keheningan terdengar jelas.

Aku menegaskan pendengaranku dan berlari kearah suara tersebut.

"Ahhh Rajar!!!" Ucapku senang saat mendapati Rajar yang sedang meminum susu dan langsung memeluknya.

"Kau pemiliknya? Tadi aku melihatnya kebingungan di lorong." Jelasnya.

"Terima.." Ucapanku terhenti saat melihatnya.

Dia...

Dia adalah orang yang aku tabrak saat di kampus beberapa waktu lalu.

"Ka..kau?" Ucapku sedikit terkejut.

" Te..terimakasih sudah menemukan kucingku." Sambungku.

Pria tersebut menatapku dengan tatapan datarnya.

"Sama sama."

Aku terdiam sejenak dan beberapa kali salah tingkah.

"Dan maaf soal aku menabrakmu saat di kampus." Ucapku lagi.

Dia mengernyitkan dahinya.

"Menabrak?" Tanyanya bingung.

Ia terlihat terdiam dan berfikir sejenak.

"Oh aku ingat sekarang! Sudah tidak apa-apa, kau ini pasti orang yg ceroboh. Lain kali hati-hati ya." Sambungnya dan kemudian bergegas masuk ke dalam apartementnya.

"Tunggu! Si..siapa namamu?" Tanyaku gugup.

Pria tersebut berbalik kearahku.

"Aku Nicko." Jawabnya sembari berlalu meninggalkanku.

Aku tersenyum simpul, dia sangat tampan walaupun sedikit jutek sepertinya.

"Hihi cowo ganteng lagi nih!" Batinku nakal.

Entah mengapa aku merasa sedikit senang dan lalu kembali ke dalam apartement.

****

"12 missed call?" Tanyaku saat mendapati panggilan yang tidak terjawab di handphoneku.

"Mas Fajar? Kenapa ya?" Tanyaku bingung.

Aku mencoba menghubunginya, tapi pulsa ku tidak cukup untuk menelponnya.

"Gusti.... Jangan-jangan terjadi sesuatu sama mas Fajar!!!" Ucapku ketakutan.

"Duhhh bego!! Kenapa aku lupa nadain hp ku sih? Kalo mas Fajar kenapa-napa gimana dong?!" Sambungku semakin gugup.

Rasa cemas mulai menguasai diriku. Beberapa kali aku menatap layar hp ku berharap ia menelpon.

"Mas Fajar.." Lirihku dengan terus berjalan mondar-mandir.

'Ceklek'

Pintu apartement terbuka dan mas Fajar masuk dengan tergesa-gesa.

"Dek kamu gapapa?" Tanyanya dan langsung memelukku, ia juga beberapa kali membelai kepalaku dan mengecup dahiku.

Aku terdiam kaku, mas Fajar terlihat membingungkan.

"A..aku gapapa kok. Kenapa sih mas?" Tanyaku bingung.

"Mas fikir kamu kenapa-napa! Mas udh coba hubungin kamu sampe berpuluh-puluh kali tapi gaada jawaban! Kamu kemana sih?" Omelnya dengan cemas.

Mas Fajar balik menghawatirkanku. Astaga aku sudah membuatnya susah.

"I..itu tadi kucing yang mas kasih ilang, jadi aku cari-cariin dia tadi." Jawabku dengan nada rendah.

Mas Fajar melepaskan nafasnya.

"Kamu ini suka ya bikin orang takut!" Omelnya lagi.

"Ma..maaf mas." Lirihku.

"Kenapa bisa kabur?" Tanyanya.

Mas Fajar melepaskan kancing kemeja tangannya lalu menggulungnya hingga atas sikut.

"Tadi aku lagi beberes.. Ehh aku lupa masukin kucingnya." Jelasku.

"Kamu ini! Aku fikir ada apa!" Ucapnya duduk diatas sofa sembari terus mengelus Rajar.

Mas Fajar mendenguskan hidungnya,

"I..ini bau apa ya? Kayak bau-bau bacin gitu.." Kata mas Fajar menyium sesuatu.

Aku terkejut dan panik melihat cairan kental yang tersisa diatas sofa.

Aku menengguk ludahku gugup.

"Ya Tuhan aku lupa membersihkan cairan masa depan mas Tommy!" Batinku dalam hati.

Bersambung~