"Cahyadi Wangsa, apakah Anda bersedia menikah dengan Giana Wangsa dan menerimanya sebagai istri Anda, baik miskin atau kaya, sakit atau sehat, merawatnya dan menemaninya sampai maut memisahkan?"
Giana tersenyum datar. Sekarang semua pikirannya tertuju pada Sean. Giana masih tetap merasa senang begitu melihat bagaimana ayah mertuanya memiliki kedudukan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuatnya kembali tercengang.
Sementara itu, Giana sedang duduk di dekat jendela Starbucks sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta dan melambaikan tangan untuk memanggil sahabat baiknya, Hilda Sukirman.