Iris birunya bermanjakan wajah cantik Calista yang lebih mirip Dewi Yunani. Darren tak pernah bosan menatapnya. Lagi dan lagi. Bahkan jika harus menatap seumur hidupnya dia rela asalkan Calista terus berada di sisinya, yang akan memanjakan matanya di setiap membuka dan menutup mata.
"Hal sekecil apapun tak pernah lepas dari pantauan Papa, Calista sayang, termasuk hal bodoh yang coba Leo lakukan padamu kemarin malam jadi, pikirkan tawaran, Papa."
Aku memang tidak tahu apa – apa? Aku juga bukan anggota dari keluarga ini tapi, tak seharusnya kau menyakitiku seperti ini Vin. Batin Lenata sembari mengusap kasar air matanya.
Calvino menggeram. "Kesalahan terbesar mu adalah membicarakan pria laknat itu di depan Calista. Dan untuk apa kau sarankan Adik ku supaya mengundangnya datang ke apartement ini. Lancang!"
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata menatap intens yang telah mendengar perbincangan keduanya dengan sangat jelas. Mendengar nama Leonard membuat darahnya mendidih, terlebih dengan perbuatan bejat yang telah di lakukannya selama di Jakarta.