webnovel

Zitta

Kau tahu? Dunia ini punya banyak warna. Ini adalah kisah tentang dua orang yang terpisah di dunia yang menjadikan warna sebagai kasta. Orang berambut cerah akan menjadi bangsawan, sementara yang berambut gelap menjadi budak. Di tempat itu setiap orang memiliki warna rambut yang sesuai dengan garis keturunannya, merah kah? Biru kah? atau Pirang kah? Adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Lalu bagaimana jika dua orang itu datang dari tempat dengan penduduk berambut hitam? Apa mereka akan dihinakan? Apa mereka akan diperlakukan secara tidak manusiawi? Ataukah mereka akan merubah pandangan dunia?

RokuZa · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Chapter 7

Apa itu Bangsawan? Siapa mereka? Mengapa mereka bisa duduk diatas? Mengapa mereka berbeda dengan manusia lainnya?

Apa perbedaan es krim yang di jual oleh pedagang kaki lima dengan es krim yang ada di restoran? Kualitas bahan? Atau mungkin cara pembuatan? Mereka tidak jauh berbeda. Bahan dasar selalu sama, cara pembuatan pun tak akan jauh berbeda. Lalu apa yang membuat keduanya berbeda? Itu hanyalah tambahan dengan sedikit garnis. Jika di tempat pedagang kaki lima hanya dibuat dengan bahan bahan umum, maka yang ada di restoran diaduk dengan bahan lain yang membuat rasanya lebih nikmat. Begitu pula dengan cara pembuatannya, mereka menambahkan cara yang tidak biasa dilakukan oleh para pedagang kaki lima. Dengan sedikit hiasan di sisinya, orang orang akan lebih memilih membeli es krim di restoran dari pada membeli di tempat pedagang kaki lima. Tentu saja tambahan dan hiasan itu menaikkan harga jual.

Begitu pula Bangsawan, yang membuat mereka berbeda dari manusia lain adalah tambahan dan sedikit hiasan pada kehidupannya. Semakin cerah rambutnya, semakin berkuasa ia. Mengapa seperti itu? Di dunia ini, kekuatan seseorang diukur dengan seberapa besarnya kekuatan sihir pada tubuh. Kekuatan itu disebut Mana tubuh. Mana tersebut dapat diketahui jumlahnya cukup dengan melihat warna rambutnya, jika rambutnya cerah, maka jumlah Mananya tinggi. Begitu pula sebaliknya. Bangsawan adalah orang orang yang memiliki jumlah Mana yang berlimpah, mereka dapat menggunakan bakat yang dimiliki sesukanya.

Tiga jam sudah Shena menunggu laporan, seorang pun tak kunjung Kembali. Sambil mengetuk ngetuk jarinya ke meja, ia sudah kesal menunggu, ditambah ia cemas pada para bawahannya yang dikirim sebagai bala bantuan.

"Bukankah aku mengirim 20 orang? Mengapa mereka lama sekali?"

"Para bandit hanya berjumlah 30 orang, 18 orang sedang berusaha melawan. Kita harusnya unggul 8 orang. Lagipula, kenapa babi gendut itu pergi ke luar lagi, bukannya ia baru pulang tadi?"

"Prajurit penjaga gerbang semuanya pasukan terlatih, loh. Mana mungkin mereka kalah oleh bandit."

"Tapi, kenapa aku cemas?"

Kakinya mengetuk ngetuk lantai, kesabarannya sudah habis. Rasa cemas sudah menguasai dirinya. Ia bergegas keluar dari pos keamanan lalu menaiki kudanya. Tanpa berpamitan, ia segera pergi.

Baru satu minggu Shena ditugaskan di perbatasan antara Kerajaan Asca dengan kerajaan Leaniev atas permintaan sang Marquis, Galan Archilles. Sebelumnya ia ditempatkan di pasukan perang barisan depan, namun setelah peperangan berakhir tahun lalu, ia selalu dipindah tugaskan dengan alasan pekerjaan yang kurang memuaskan. Jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, posisi Shena akan semakin terancam. Tak ada lagi yang mau menerimanya.

Shena sampai di tempat para bandit menjarah kereta bawaan sang Marquis. Banyak mayat yang bergelimpangan, kereta beserta kudanya dibawa kabur. Ia terlambat meyelamatkan bawahannya. Semuanya dilibat habis. Tubuh Marquis tergeletak dengan luka gorokan di lehernya.

Tubuh Shena bergetar tak karuan, melihat sang majikan dan para bawahannya terbunuh. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Pikirannya gaduh, hanya ada kenyataan pahit yang harus diterima. Ia menggila.

"Bagaimana ini? Apa ini adalah tanggung jawabku? Apa begitu?"

"Tak lama lagi sepertinya aku akan dieksekusi."

"Kenapa bandit datang saat aku bertugas?"

"Kenapa kau tidak bilang kalau akan pergi keluar lagi? Kalau kau bilang aku akan segera menjemput."

"Bagaimana ini?"

"Haruskah kulenyapkan saja?" Shena mengangkat tangannya.

"Dengan ini setidaknya aku bisa aman."

Cahaya matahari didekatnya menjati lebih terang. Ia membuat cahaya itu agar menyorot tubuh Galan. Semakin panas. Seperti cahaya matahari yang disorot menggunakan kaca pembesar, perlahan pakaian galan mulai terbakar, lalu rambutnya perlahan ikut hangus. Shena semakin memfokuskan cahaya itu hingga tubuh Galan seutuhnya menjadi abu.

"P-papa…"

Shena segera menoleh ke sumber suara.

"Nona Lily!"

Dengan sekejap Shena berada disampingnya lalu memukul tengkuk Lily agar pingsan. Ia pun mengangkat tubuh Lily keatas kuda dan membawanya pergi ke perbatasan.

"Penyembuh!" teriak Shena memanggil seseorang sesaat setelah ia sampai.

Beberapa orang datang menghampirinya.

"Nona Lily! Apa yang terjadi dengan beliau, bagaimana dengan tuan Marquis?"

"Akan kujelaskan nanti, rawatlah Nona Lily terlebih dahulu. Aku akan segera membuat laporan."

"Baik!"

Mereka membawa Lily ke ruang medis. Sementara Shena berjalan ke pos keamanan.

Ia menulis laporan diatas kertas dengan tinta cair. Kertas itu digulung lalu ditempel stempel lilin kerajaan. Ia pun menyuruh bawahannya untuk mengirim surat itu ke kediaman Marquis.

Tak lama kemudian, penyembuhan Nona Lily telah selesai. Tenaga medis berusaha dengan peralatan seadanya. Seseorang pun datang ke dalam pos keamanan setelah penyembuhannya telah selesai.

"Komandan Shena, bisa anda jelaskan apa yang terjadi tadi?"

"Sebelumnya, Kyle, beritahu saya keadaan Nona Lily."

"Sementara ini pengobatan berjalan lancar, lukanya tak terlalu parah. Setidaknya perlatan yang ada cukup untuk memperpanjang daya hidupnya sambal menunggu ramuan dari kerajaan datang." Jawab pria bermata merah dan berambut oranye tua itu.

"Baguslah kalau begitu, aku akan mengantarnya ke kastil kerajaan kalau saja lukanya semakin memburuk." Shena menghela nafas.

"Saya punya beberapa pertanyaan, Kapten." Ucap Kyle.

"Silakan."

"Mengapa hanya Nona Lily yang anda bawa kemari? Bukankah anda hanya perlu bolak balik dalam sekejap untuk membawa dua orang?"

Baru saja mulai, pertanyaannya sudah langsung ke masalah besar.

"Kalau kau mengatakan itu di hadapan bangsawan, bisa di eksekusi di tempat, loh." Shena memperingatkan.

"Maafkan saya, kapten!"

"Tak apa. Bersyukurlah karena kau mengatakan itu padaku."

"Nukan karena saya tidak bisa mengambil jasad Tuan Marquis, namun saya tidak menemukan jasadnya. Kemungkinan besar beliau disandera oleh para bandit."

"Disandera? Apa mungkin mereka ingin bayaran yang besar?"

"Bisa jadi seperti itu, namun menyandera bangsawan besar adalah hal yang bodoh, apa mereka tidak tahu kekuatan tempur kerajaan Asca sekarang ini? Setelah perang berakhir, lonjakan pelamar prajurit kerajaan membludak. Menyandera bangsawan sama saja dengan bunuh diri."

"Benar juga, lalu kenapa mereka menyandera beliau?"

"Ada dua kemungkinan. Mereka tak tahu kekuatan kerajaan atau mereka percaya diri dengan kekuatan mereka."

"Percaya diri dengan kekuatan mereka? Apa mungkin ada seseorang dibalik mereka?"

"Mungkin seperti itu, kita tunggu laporan selanjutnya, setelah itu baru kita simpulkan."

"Lalu, bagaimana keadaan bantuan yang kita kirim?" Tanya Kyle lagi.

"Mereka benar benar dihabisi, aku hanya menemukan Nona Lily saja yang selamat."

"Saya ikut sedih mendengarnya."

"Kita perlu pengorbanan dalam melawan kejahatan!" ucap Shena dengan semangat membara.

"Akan kuingat perkataan anda!"

Si pembawa pesan telah Kembali, kudanya sudah Nampak sangat kelelahan. Ia membawa kudanya kekandang lalu memberinya air minum.

Ia pun datang menghadap Shena ke pos keamanan.

"Kapten Shena, saya telah mengirimkan surat sesuai yang anda perintahkan!"

"Apakah ada sesuatu yang mereka katakan?"

"Mereka bilang Tuan Marquis pulang dengan selamat."

"Syukurlah kalau begitu. Silakan kembali."

"Kau juga Kyle, kembalilah ke barisanmu."

"Baik!"

Shena menutup pintu pos keamanan lalu menguncinya. Ia pun duduk termenung di atas kursi sambil bertumpu dagu menggunakan tangan kanannya diatas diatas meja.

"Marquis Galan selamat? Bagaimana caranya? Itu tidak mungkin. Aku yakin tubuhnya sudah kuhanguskan. Lalu mengapa mereka memberi informasi palsu?" gumam Shena, wajahnya nampak gelisah.

"kalau Marquis benar benar selamat, lalu tubuh siapa yang sudah kuhanguskan?"

"Aku belum mengetahui kekuatannya, kalau tidak salah matanya biru."

"Air?"

"Walaupun dia selamat, kenapa membiarkan putrinya yang hampir sekarat?"

Shena mengambil kertas baru, ia menulis laporan hingga hampir larut malam. Istirahat hanya dilakukan beberapa menit, setelah itu ia lanjut menulis laporan. Kumpulan kertas tertumpuk diatas mejanya.

Perempuan itu merapikan tumpukan kertas lalu membawanya keluar ruangan. Ia menyuruh beberapa bawahannya untuk mengantarkan laporan yang ia buat pada para bangsawan di pusat kota.

"Sudah gelap, sepertinya aku harus segera pergi ke kediamannya."

Shena berjalan menjauhi benteng, cahaya perlahan muncul mengelilingi tubuhnya. Ia pun menghilang dalam sekejap.

Ia tiba di depan gerbang mansion sang marquis. Penjaga gerbang sudah memisahkan kepala dari tubuhnya. Dua mayat penjaga gebang tergeletak tepat menghalangi gerbang mansion.

Shena melangkahi mayat itu lalu membuka gerbang. Pemandangan tak mengenakkan terlihat dari sini. Puluhan penjaga terpenggal, beberapa lainnya sudah tak dikenali wujudnya.

Halaman rumah seluas 1000 meter persegi yang mengelilingi mansion mewah itu tadinya sangat indah, berbagai bunga hias tumbuh disini. Kolam berisi ikan langka menghiasi halaman itu. Kini halaman itu dipenuhi darah. Bunga bunga indah tadi sudah tercincang habis. Kolam bersih kini berwarna merah ditambah isi perut yang mengambang.

"Sungguh mengerikan, siapa orang yang berani menyerang kediaman Marquis?"

Dua orang berzirah seperti penjaga lainnya keluar dari dalam Mansion, mereka tak terlihat peduli dengan keadaan sekitarnya. Mereka berbincang dan tertawa sambil berjalan.

"Hei kalian!" Shena mendekati kedua penjaga itu, kakinya ia hentakkan saat berjalan.

"Halo!" mereka menoleh lalo melambaikan tangannya dengan riang.

"Ada apa ini?"

"Apa yang telah terjadi disini?" Tanya Shena seperti hendak mengintrogasi mereka.

"Selamat malam Komandan penjaga perbatasan, Nona Shena Argia."

"Kami sangat berterima kasih atas surat yang sudah kau kirimkan beberapa waktu yang lalu." Salah satu pria itu mengangkat surat yang tadi siang Shena kirimkan.

"aku ingin tahu kenapa kau mengatakan hanya menyelamatkan nona Lily dengan dalih kalua Galan menghilang dari tempat kejadian?"

"Aku katakan kalau Galan berhasil selamat dari serangan bandit."

"Apa kau penasaran kenapa tak ada orang yang menjemput Lily sampai sekarang?"

"Itu karena tidak kami laporkan." Pria itu tersenyum licik.

"Biar kutebak, kau pasti mengatakan Galan menghilang agar kau terbebas dari hukuman, kan? Padahal kenyataanya Galan tidak menghilang, bandit tak sebodoh itu hingga berani menyandera Marquis yang memiliki kuasa penuh di perbatasan ini. Kau pasti menyembunyikan jasadnya di suatu tempat, mungkin kau kubur, atau mungkin kau hanyutkan ke sungai."

Shena terdiam.

"katakanlah sesuatu, Apa mungkin tebakanku benar?"

"Sayang sekali tebakanmu salah." Jawab Shena.

"Begitukah? Maaf saja kalau salah, itu hanya tebakanku."

Mereka berjalan meninggalkan Shena. Namun saat di depan gerbang salah satunya berteriak pada Shena.

"Tolong abu kremasinya dibersihkan, kalu tidak kau sendiri yang kerepotan."

Shena terkejut karena mereka tahu apa yang dilakukan Shena. Secara reflek Shena menarik pedangnya lalu ia lempar ke arah kedua orang tadi.

"Eiits, nggak kena." Mereka bisa menghindar dengan mudah.

"Tenang saja, kami tidak akan memberitahu ini pada orang lain."

"karena kami tidak dibayar untuk itu."

"kami pergi dulu, sampai jumpa."

Mereka segera meninggalkan wilayah Mansion. Shena berpikir keras pada apa yang mereka katakan.

"Begitukah, Serikat jasa divisi 7. Ini pasti ulah kalian."