webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Sudah Berakhir

Lalu Zen megeluarkan rantai yang sama yang dikeluarkan pria didepannya dan mulai mengikatnya seperti Asuna tadi. Zen yang saat ini langsung maju tanpa membawa senjata apapun kearah pria tersebut.

"Yui, bisakah kau meninggalkan tempat ini sebentar" kata Zen, karena perilakunya sebentar lagi tidak cocok untuk dilihat oleh seorang anak kecil.

"Baiklah Papa, tetapi mengapa Papa membuang senjata Papa?" tanya Yui.

"Biar greget" kata Zen dengan senyum iblis yang terukir diwajahnya saat ini.

"Baiklah, Yui akan keluar dari sini." Kata Yui.

"Terima kasih Yui, Papa akan menemuimu sebentar lagi" kata Zen dan Yui langsung menghilang dari tempat itu.

"Apakah kau tidak mendengarkan saranku yang sebelumnya penghayal-san?" tanya Zen yang saat ini maju perlahan – lahan kearah pria itu.

"T-Tunggu a-apa yang akan k-kau lakukan?" kata Pria tersebut.

Lalu Zen mengeluarkan sekali lagi sistem komandonya dan mengubah pain absorbernya menjadi 0 dan siap menyiksa orang yang berada didepannya.

"Kau tahu penghayal-san, apa yang lebih buruk dari kematian, itu adalah penyiksaan yang akan kulakukan kepadamu selanjutnya" kata Zen.

Zen lalu mengepalkan tangannya dan mulai memberikan pukulan pertamanya yang tepat diperut dari pria tersebut.

"AHHHHH" teriak pria tersebut, karena rasa sakit yang dia rasakan saat ini.

Lalu pukulan kedua Zen mendarat tepat didada dari pria tersebut yang membuat pria tersebut masih teriak kesakitan.

"Mana keberanianmu tadi penghayal-san" kata Zen.

"M-Maafkan aku, aku akan memberikan apapun yang kamu mau, tolong lepaskan aku" kata pria tersebut.

"Mengapa kau coba bayangkan saja penghayal-san untuk keluar dari sini, karena aku tidak akan melepaskanmu sampai aku puas menyiksamu" kata Zen.

Lalu Zen mulai memukul wajah dari pria tersebut berkali – kali lalu menendang badannya dan membuat pria itu menjadi samsak dari Zen. Suara pukulan terus terdengar dari tempat itu, namun Zen masih belum puas.

Lalu Zen mulai melepaskan rantai pria tersebut yang menjulang keatas dan mulai mengikatnya kembali namun saat ini dengan posisi pria itu terbaring.

"Ronde dua" kata Zen.

Lalu Zen mulai mendendang bagian selangkangan dari pria itu berkali – kali. Namun kali ini, pria itu tidak mengeluarkan suara teriakan karena rasa sakit yang dia alami saat ini membuat dirirnya hanya bisa bergumam.

"t-tolong m-maafkan a-aku, t-tolong m-maafkan a-aku, t-tolong m-maafkan a-aku" kata Pria tersebut.

"Baiklah, ronde terakhir" kata Zen lalu mengambil pedangnya yang sebelumnya dibuangnya dan mulai menebas pria itu menjadi potongan – potongan kecil hingga pria itu menghilang dari tempat ini.

Zen yang melihat pria itu menghilang hanya menghela nafasnya untuk menurunkan kemarahannya saat ini.

"Kau bisa keluar sekarang Kayaba" kata Zen setelah merasakan kehadiran seseorang sedari tadi.

"Lama tak jumpa Zen-kun, apakah ini yang kamu mahsut perkataanmu sebelumnya?" kata Kayaba yang muncul dari atas tempat itu.

"Mungkin" jawab Zen

"Siapakah dirimu yang sebenarnya Zen-kun? Dan ID yang kamu gunakan tadi adalah ID dengan autoritas setingkat diriku jika game Sword Art Online masih ada" kata Kayaba.

"Kau bisa menganggapku seorang Cheater handal Kayaba" kata Zen sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu. Namun Zen-kun, bisakah aku menitipkan sesuatu kepadamu?" kata Kayaba

Lalu munculah sebuah cahaya berwarna emas berbentuk sebuah telur besar muncul dihadapan Zen.

"Namanya The Seeds, sebuah program untuk membuat dunia baru. Pastikan kau membuatnya berkembang, lalu kau bisa menghapuskannya ataupun membiarkannya. Dan itu adalah sepenuhnya pilihanmu." Kata Kayaba.

"Baiklah, sampai bertemu lagi Zen-kun" kata Kayaba yang langsung menghilang dari tempat itu tanpa mempedulikan jawaban Zen dan membuat Zen kembali ketempat sebelumnya yaitu kandang yang mengurung Asuna.

"Yui, keluarlah!" kata Zen setelah memastikan data dari The Seed tersimpan dipenyimpanannya.

"Papa!" kata Yui yang langsung muncul dan memeluknya.

"Apakah Papa akan menemui Mama?" tanya Yui.

"Iya, jadi bisakah Yui menjadi anak yang baik dan menunggu kami disini? Papa pastikan akan membawa semua Mamamu untuk mengunjungimu" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Yui.

Lalu Zen mulai mencium pipi Yui dan mengelus kepalanya dan mengeluarkan sistem menunya dan akan meninggalkan tempat ini.

"Sampai jumpa Papa" kata Yui sebelum Zen menghilang dari tempat itu.

.

.

Saat ini tiga orang wanita sedang duduk disebelah sebuah tempat tidur, sedang mengawasi seorang pria yang saat ini sedang menggunakan nerve gearnya dan menunggunya untuk keluar dari permainan yang dimainkannya.

Mereka bertiga saat ini sangat merasa canggung satu sama lain, karena kenyataan yang mereka bertiga ketahui sebelumnya.

"Apakah dia akan lama Suguha-chan?" tanya seorang wanita.

"A-Aku tidak tahu" balas wanita disebelahnya.

Namun keadaan tempat itu kembali sunyi seakan salah satu dari mereka tidak tahu apa yang akan mereka bicarakan saat ini.

Mereka bertiga merupakan Suguha, Lisbeth dan Silica. Saat Suguha keluar dari game tersebut, dia langsung bersiap dan pamit kepada ibunya untuk pergi ke apartemen Zen. Lalu dia mulai menghubungi Lisbeth dan Silica dan memberitahukan keadaan Zen saat ini.

Dan disinilah mereka, yang masih canggung satu sama lainnya sambil menunggu Zen untuk bangun.

Setelah beberapa lama, akhirnya pria yang terbaring didepan mereka membuka matanya dan mulai duduk ditempat itu.

"Bagaimana Zen / Zen-san?" tanya ketiga wanita itu bersamaan setelah melihat Zen yang sudah terbangun.

"Aku berhasil" kata Zen yang tersenyum sambil melepaskan peralatan nerve gearnya.

"J-Jadi apakah Asuna-san sudah kembali?" tanya Silica.

"Tentu, kalau begitu bagaimana kalau kita semua pergi kesana untuk melihatnya" kata Zen dan dibalas anggukan oleh ketiga wanita tersebut.

Lalu Zen mulai beranjak dari tempat tidurnya dan mengganti pakaiannya lalu mereka berempat mulai keluar dari apartemen mewahnya menuju halte bus terdekat yang mengantarkan mereka menuju rumah sakit dimana Asuna dirawat.

Mereka berempat akhirnya sudah sampai dirumah sakit dimana Asuna dirawat dan mulai memasuki rumah sakit tersbut dan menuju ruangan VIP tempat Asuna dirawat.

Setelah meminta kunci kamar ruangan Asuna kepada resepsionis di bangsal VIP tersebut, lalu mereka langsung menuju ruangan Asuna dan membuka pintu ruangan tersebut dengan perlahan.

Didalam ruangan ini mereka sedang melihat seorang wanita dengan keadaan kurusnya sedang memandangi pemandangan dibalik jendela ruangan ini yang selama ini dia inginkan.

"Asuna / Asuna-san" kata Lisbeth dan Silica yang langsung berlari dan memeluk sahabatnya tersebut.

Asuna yang melihat kedua sahabatnya itu datang langsung tersenyum dengan air mata haru keluar dari kedua matanya. Bahkan semua wanita ditempat ini juga mulai menangis haru akan kejadian tersebut.

"Aku pulang semuanya"