233 Persiapan Pernikahan

Didomain Zen, Yuna saat ini sedang sibuk mengurusi putrinya yang saat ini sudah selesai sarapan pagi. Yuna saat ini lalu menyuruh putrinya itu untuk bersiap, karena mereka hendak menuju dunianya untuk meninjau perkembangan perusahaannya.

Tidak seperti biasa, Yui ingin mengikutinya karena adiknya Myu saat ini juga mengikuti Mamanya yang saat ini sedang mendesain sebuah gaun yang sangat indah, yang akan digunakan Mamanya yang lain, yang akan menikah dengan Papanya.

"Apakah putri Mama yang cantik sudah siap?" kata Yuna yang saat ini menjemput putrinya tersebut yang saat ini berada didalam kamarnya.

Suara langkah kecil mulai terdengar, setelah Yui akhirnya keluar dari kamarnya. Yuna langsung tersenyum melihat pakaian Yui yang sedikit berantakan karena Yui mencoba memakainya sendiri.

Yuna lalu membungkuk kearah putrinya tersebut dan mulai merapikan pakaian yang dikenakan oleh Yui dan langsung tersenyum kapadanya setelah dia selesai melakukannya.

"Baiklah, sudah cantik" kata Yuna sambil mencubit pipi Yui dengan lembut.

Akhirnya Yuna mulai menggandeng tangan Yui dan menteleportkan dirinya menuju apartemen Zen yang berada pada dunianya. Dari sana, dia mulai keluar dari apartemen tersebut dan menaiki mobil listrik yang didesain oleh Lisbeth dan menuju keperusahaannya.

Yui dan Yuna mulai mengobrol ringan, hingga mereka melewati sebuah tempat yang terdapat sebuah LED besar yang menjadi Billboard, yang menunjukan kampanye tentang peraturan pada negara ini yang akan ditetapkan oleh pemerintah mereka.

Walaupun beberapa kalangan kontra dengan peraturan tersebut, tetapi banyak masyarakat mulai menyetujuinya karena alasan yang diberikan oleh pemerintah mereka sangat masuk akal saat ini, terutama para pria yang menginginkan hal tersebut.

Yuna hanya tersenyum melihat isi dari billboard tersebut dan mulai melanjukan perjalanannya menuju kekantornya. Sesampainya disana, dia disambut dengan hangat oleh beberapa pegawainya, terutama kepada Yui yang sangat imut saat ini.

"Yui harus tenang oke. Nanti kalau Yui bosan, Yui bisa langsung memberitahukan kepada Mama." kata Yuna kepada Yui yang saat ini dia ajak menuju kesebuah ruang rapat yang sudah dipenuhi oleh beberapa pegawainya ditempat ini.

Yui hanya mengangguk dan mulai mengambil kursi disebelah Mamanya dan memperhatikan jalannya rapat tersebut.

"Nona Yuna, apakah Remia-san masih mempunyai pekerjaan lain? karena beberapa negara menghubungi perusahaan kita tentang memintanya untuk merancang pakaian kenegaraan mereka" kata salah satu pegawainya saat ini.

"Remia saat ini sedang merancang sebuah projek khusus, jadi dia masih tidak bisa menerima permintaan apapun sampai saat ini" kata Yuna.

"Tetapi keuntungan yang mereka tawarkan sangat besar Nona Yuna" kata bawahannya kembali.

"Aku tahu, tetapi apa yang dia sedang buat saat ini melebihi harga yang mereka tawarkan kepadanya saat ini" balas Yuna.

Beberapa pegawai ditempat ini sempat bingung, dengan apa yang sedang dibuat desiner paling terkemuka dari perusahaan mereka, karena projeknya saat ini tidak diketahui oleh perusahaan dan hanya diketahui oleh Yuna dan Remia sendiri.

"Lalu bagaimana tempat yang aku pesan sebelumnya?" tanya Yuna.

Akhirnya Yuna mulai kembali memimpin rapat pada perusahaannya, dengan Yui yang masih mendengarkan dengan sabar apa yang diperbincangkan oleh semua orang yang berada diruangan ini, sambil memakan cemilan yang dibawanya.

Ditempat lain, seorang wanita yang dikabarkan menolak permintaan beberapa negara yang memintanya mendesain sesuatu, saat ini sangat fokus menyempurnakan apa yang dia buat saat ini.

"Mama, bukannya akan bagus menambahkan benda ini?" kata putrinya yang saat ini menggenggam sebuah berlian yang sangat indah pada tangan mungilnya.

"Nanti Mama akan tambahkan oke" kata wanita tersebut yang merupakan Remia, sambil mengelus rambut putrinya Myu yang saat ini mencoba membantunya.

"Baiklah" kata Myu sambil tersenyum imut saat ini.

Remia saat ini difokuskan untuk membuat pakaian pernikahan untuk Asuna dan Zen. Karena waktu yang mepet, mau tidak mau dia melakukannya dengan sangat fokus saat ini, walaupun pengerjaannya menggunakan skill.

Sambil tersenyum, Remia mulai mengimplementasikan desain yang dibuatnya dengan rancangan yang berada didepannya saat ini. Remia mulai berandai – andai bagaimana jika dia juga menggunakan pakaian yang sama, dengan pria yang dicintainya nanti.

"Aku juga tidak sabar menikahimu Zen" gumam Remia lalu melanjutkan kegiatannya bersama putrinya yang saat ini membantunya.

.

.

Zen saat ini sedang bersantai pada sebuah ruangan pada Istana Kekaisaran Hoelscher, yang sudah direstorasi menggunakan skillnya. Dia tidak sendiri berada ruangan ini, dia saat ini bersama semua wanitanya yang ikut berperang pada Kekaisaran ini.

Mereka saat ini mulai merayakan keberhasilan mereka, dengan Zen menyediakan beberapa minuman dan makanan ringan diruangan ini. Namun seseorang wanita mulai memasuki ruangan dimana Zen berada saat ini, dengan pakaian mewahnya.

"Bagaimana keadaannya Lily?" tanya Kaori yang melihat putri kerajaan Heilight memasuki keruangan mereka berada.

"Ayahku sudah menyelesaikan pengambilan kekuasaan dari Kaisar Gahard dan sudah menjebloskannya kepenjara dan dijaga dengan ketat, dibantu dengan artefak yang dibuat olehmu Zen" kata Lilliana kepada mereka.

"Baguslah, lal-" namun perkataan Shizuku terhenti setelah seseorang kembali memasuki ruangan ini.

"Zen, bukankah kamu sudah berjanji kepadaku untuk membawaku menuju Reisen setelah peperangan ini selesai?" kata seseorang wanita Elf yang menututpi seluruh tubuhnya menggunakan jubahnya.

"Aku tahu, tetapi aku harus memastikan tidak ada masalah yang timbul atas kejadian ini, baru aku menuju kesana bersamamu" balas Zen.

"Tapi, bukankah kamu akan meni-" perkataan wanita tersebut terpotong setelah Shea menutup mulutnya, karena salah satu dari mereka yang berada didalam ruangan tersebut, merupakan orang asing.

Namun yang mereka tidak ketahui, wanita yang mereka anggap asing tersebut, ternyata memiliki tanda dari Zen. Karena Zen sempat merasakan tandanya yang muncul beberapa hari sebelumnya pada wanita tersebut.

Lilliana S. B. Heilight yang merupakan putri tertua kerajaan Heilight, ternyata memendam rasa kepada Zen, karena sikapnya yang selama ini membuatnya sangat penasaran kepada pria tersebut.

Awalnya dia akan menganggap Zen seperti yang lainnya, yaitu sebagai sahabat. Namun karena perbuatannya pada Kerajaan Heilight, entah mengapa menumbuhkan perasaan cintanya kepada Zen.

Hal ini tidak luput dari perhatian Raja dan Ratu dari kerajaan Heilight atau kedua orang tuanya yang melihat perilaku Liliana kepada Zen.

"Bagaimana jika Ayah membuat perjodohan dengannya?" tanya Ayahnya.

Liliana sempat terkejut dengan perkataan Ayahnya tersebut dan mencoba mengelak saat itu. Namun perilakunya kemudian, membuat kedua orang tuanya tersebut semakin yakin bahwa putrinya sangat menyukai Zen saat ini.

"T-Tapi dia sudah banyak mempunyai wanita Ayah" kata Liliana.

"Tetapi bukankah kamu mencintainya?" kata Ibunya yang saat ini mencoba mendukung putri semata wayangnya, yang selama ini berusaha sekuat tenaga dalam melindungi kerajaan ini, tanpa memikirkan keadaannya.

"Baiklah, aku akan mencobanya"

avataravatar
Next chapter