webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Peringatan

Warga kerajaan Iblis yang saat ini tinggal didaerah Ibukota kerajaan mereka, saat ini dikejutkan dengan suara ledakan yang berasal dari Istana dimana Raja yang mereka puja saat ini tinggal. Mereka hendak pergi memeriksan keadaan ditempat tersebut, namun beberapa Apostle menahan mereka memasuki tempat tersebut semakin dalam.

"Apa yang sedang terjadi Utusan Dewa?" tanya salah satu Iblis kepada seorang Apostle saat ini.

"Saat ini, kami sedang membunuh seseorang yang menjadi penghianat ditempat ini" kata Apostle tersebut.

"Benarkah.. kalau boleh tahu, siapakah penghianat tersebut utusan Dewa?" tanya salah satu manusia Iblis kembali.

"Raja kalian, Alva" jawab Apostle tersebut dengan nada dinginnya.

Semua penduduk iblis yang berada ditempat tersebut dan mendengar perkataan Utusan Dewa yang mereka tanyai tadi, tidak bisa berkata apa – apa saat ini, karena sangat terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Mereka tidang menyangka, Raja mereka yang selalu menjanjikan akan membawa mereka pada dunia yang indah kelak, ternyata merupakan penghianat dan saat ini dia sedang dieksekusi.

Para penduduk mulai bisik – bisik setelah mendengar kabar tersebut satu sama lainnya, hingga suara ledakan besar mengagetkan mereka. Ledakan tersebut berasal dari Istana yang saat ini sudah dijaga oleh beberapa Apostle, dan sudah terlihat beberapa bagian istana tersebut mulai hancur.

"Sepertinya akan selesai" gumam salah satu Apostle ditempat itu.

Disisi lain, tangga yang menjadi jalan menuju keistana kerajaan Iblis, saat ini terlihat beberapa jalur darah mulai menetes menuruninya. Jika diikuti jalur darah tersebut, bisa terlihat beberapa mayat dan beberapa bagian tubuh sudah tergeletak pada tempat pertempuran yang saat ini masih berlangsung.

Kekuatan yang sangat besar dan pengendalian skillnya yang sempurna, seorang pria saat ini sudah mendominasi peperangan ini melawan semua musuh yang mencoba memprofokasinya saat ini. Saat ini dia sudah menatap seseorang yang sudah dipenuhi dengan darah yang memenuhi seluruh tubuhnya.

"B-Bagaimana kamu tidak terpengaruh satupun sihirku?" tanya pria tersebut yang saat ini mencoba bangkit dan sudah terlihat sangat memprihatinkan.

Namun bukannya mendapatkan jawaban, dia mendapatkan sebuah tombak yang langsung menusuk tembus perutnya dan langsung membuatnya tersungkur saat ini. Dia mencoba untuk duduk, namun saat ini bagian perutnya sudah berlobang sepenuhnya.

Namun pria yang melakukan semua itu, hanya tersenyum menyeramkan dan maju kehadapannya saat ini dengan membawa Katananya.

"T-tolong ampuni a-aku. A-aku akan b-bersumpah s-setia padamu. Jadi j..angan bunuh di..ri-riku" katanya dengan darah yang terus keluar dari mulutnya.

"Ingin menjadi bawahanku?" tanya pria yang sudah berdiri didepannya dan mulai menjongkok, dan mensejajarkan dirinya dengan pria yang sudah terduduk tak berdaya saat ini.

Pria tersebut mulai mengangguk dengan semangat menggunakan sisa – sisa kekuatannya untuk menunjukan tekad kepada pria yang berada didepannya yang merupakan Zen, bahwa perkataannya sangatlah tulus dan serius.

"A-Aku bersumpah, aku akan selalu s...setia kepadamu" jawabnya.

"Ho.... benarkah, tetapi mengapa kamu sangat mudah menghianati tuanmu yang sebelumnya, jika perkataanmu tadi benar. Bukankah katamu kamu orang yang selalu setia?" tanya Zen.

"A-Aku ber-" namun perkataannya tersebut terpotong setelah sebuah pedang langsung menebas kepalanya dan memutuskannya.

"Bisakah aku menyelesaikan percakapanku dengannya?" tanya Zen kepada seseorang yang saat ini menyela percakapannya.

"Kamu terlalu lama bermain dengannya, aku sudah muak memperhatikannya sedari tadi" kata seseorang yang merupakan Miledi.

Zen lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari kantong jubahnya dan mulai membersihkan bekas cipratan darah dari pria yang ditebas Miledi tadi, yang mengenai wajahnya. Setelah Zen membersihkan wajahnya, dia mulai melihat tempat yang menjadi tempat pertempuran saat ini.

"Lalu bagaimana cara kita menuju Ehit?" kata Miledi yang sudah beridiri disebelah Zen.

"Aku mempunyai cara, namun sepertinya kita harus membereskan semua ini terlebih dahulu" kata Zen.

"Hm... baiklah, kalau begitu biarkan idola kalian Miledi-chan yang membantu membereskan ini semua" kata Miledi yang mulai melakukan pembersihan pada tempat ini.

Disisi lain, Tio, Shizuku, Ryutarou dan Kouki saat ini menjalani pengobatan dari Kaori setelah mereka mendapatkan luka akibat pertempuran tadi. Tio awalnya berniat melindungi Kaori sebelumnya, karena Alva menggunakan sihir yang dasyat menuju kearahnya.

Akibat serangan tersebut, Tio sedikit terluka saat ini karena tidak sempat membuat barier yang kokoh, karena sebelumnya dia masih mencoba melawan beberapa musuh yang menyerangnya.

"Akhirnya sudah berakhir" kata Suzu yang saat ini sudah duduk ditempat ini, sambil menatap temannya yang saat ini membantu yang lainnya mencoba mengumpulkan para mayat ditempat ini.

"Apakah benar dia tidak bisa menjadi seperti dahulu" gumam Suzu saat melihat sahabatnya yang sudah berubah sepenuhnya.

Suzu mulai teringat perkataan Zen yang mengatakan bahwa sebenarnya temannya sudah mati, dan tubuh dari sahabatnya tersebut merupakan hasil dari sebuah jiwa baru yang ditanamkan kepadanya.

Tentu saja Zen berbohong, karena dia bisa saja mengembalikan ingatan Eri dengan sempurna. Namun Zen memutuskan untuk tidak melakukannya sekarang, karena beberapa dari temannya mungkin akan memusuhinya jika mereka tahu dia masih hidup.

"Sudah selesai Kouki-kun, sekarang biarkan aku mencoba menyembuhkan Ryutarou-kun" kata Kaori dan langsung beranjak dari tempat Kouki dan menuju ketempat Ryutarou.

Peperangan ditempat ini akhirnya sepenuhnya berakhir, setelah sekumpulan mayat ditempat ini sepenuhnya sudah dijadikan abu oleh Zen. Tidak ada korban jiwa dari pihak Zen, namun beberapa golem Miledi hancur saat peperangan sebelumnya.

"Hearst, kamu bertugas membuat propaganda bahwa dewa menyuruh para Iblis harus hidup berdampingan dengan pihak Manusia, terutama beritahu mereka bahwa mereka akan dipimpin oleh Raja Heilight." Kata Zen.

"Baiklah Master" kata seorang Apostle yang bernama Hearst.

"Kalau begitu ambilah beberapa pasukanmu, dan laksanakan tugasmu" kata Zen kemudian dan dibalas anggukan dari dirinya.

"Lalu kita akan kemana Zen?" tanya Shea saat ini.

"Mempersiapkan peperangan yang sebenarnya"

.

.

Disisi lain, Yue yang dirawat oleh Aki saat ini mulai sadar. Yue mulai memegang kepalanya dan mulai mencoba untuk duduk pada tempatnya dia berbaring sebelumnya. Namun sebuah tangan menahannya untuk tidak melanjutkan kegiatannya tersebut.

"Beristirahatlah Yue" kata Aki yang saat ini sudah membaringkan Yue kembali.

"T-Tapi bagaimana dengan Zen, aku harus membantunya" kata Yue.

"Tenanglah pertempuran mereka sudah selesai" kata Aki sambil menunjukan ponselnya yang berisi pemberitahuan dari beberapa saudara perempuannya, tentang pertempuran yang terjadi tadi.

"Apakah mereka baik – baik saja?" tanya Yue kemudian.

"Mereka semua selamat, jadi beristirahatlah Oke" kata Aki yang saat ini sudah duduk disebelahnya saat ini.

Namun tiba – tiba Aki merasakan sesuatu yang akan keluar dari perutnya dan langsung berlari menuju kearah Toilet yang berada diruangan tersebut. Yue yang melihat Aki mulai terburu – buru juga bingung dengan tindakan wanita tersebut.

"Oekkk...."

Suara muntahan memenuhi toilet dimana Aki berada saat ini. Setelah dia memastikan bahwa isi perutnya sudah kosong, Aki mulai mencuci bekas muntahan yang terdapat pada bibirnya saat ini, sambil menatap pantulan wajahnya pada cermin yang berada disana.

"Tunggu, kapan terkahir kali aku datang bulan"