243 Menuju Labirin Terakhir

Zen saat ini menatap beberapa murid yang ada didepannya, yang memintanya mengajak mereka menuju kesebuah Labirin yang akan ditaklukannya saat ini. Dengan tatapan penuh harap, mereka berharap Zen mengiyakan permintaan mereka saat ini.

"Maafkan aku, aku tidak bisa membawa kalian bersamaku." kata Zen.

"Mengapa Zen?" tanya Suzu.

"Karena mungkin kalian akan menghambatku" balas Zen.

Memang, Zen ingin secepat mungkin menaklukan Labirin terakhir tersebut dan membawa semua wanitanya yang akan mengikutinya kesana. Namun niat awalnya, dia akan pergi sendiri untuk menaklukan labirin tersebut, namun semua wanitanya bersikeras mengikutinya.

Tentu Zen mengajak mereka karena terpaksa, dan juga karena dia tahu mereka akan mampu menghadapi labirin tersebut. Namun tidak dengan beberapa orang didepannya termasuk Kouki, yang saat ini bersikap seperti seorang remaja yang manja.

"Tetapi bukankah kamu mengajak Shizuku dan Kaori?" tanya seorang pria yaitu Kouki.

"Memang aku mengajak mereka, karena kekuatan mereka sangat jauh daripada kalian saat ini" kata Zen. Memang setelah Shizuku dan Kaori memasuki kelompok Zen dan menjadi wanitanya, kekuatan mereka melesat dengan cepat, walaupun tidak sekuat beberapa wanita Zen yang lainnya.

Namun setelah mereka mendengar perkataan Zen tersebut, salah satu dari mereka saat ini mulai meraih tangan Zen dan menatapnya dengan tatapan yang penuh tekad, disertai air mata yang keluar dari kedua matanya saat ini.

"Izinkan aku ikut bersamamu Zen. Aku menginginkan kekuatan untuk dapat sekali lagi berbicara dengan Eri" kata Suzu saat ini.

Mereka sempat terkejut dengan perilaku Suzu saat ini, tetapi mereka memahaminya karena kedekatannya dengan sahabatnya tersebut yang berhianat kepada mereka. Memang saat terakhir, Suzu sempat melihat Eri pergi bersama iblis melalui sebuah portal dan menghilang dari peperangan sebelumnya.

"Hah..... baiklah, tetapi aku tidak bisa membawa kalian semua. Aku akan membawa tiga orang saja saat ini" kata Zen.

"Tapi.." kata Suzu, namun Zen langsung menegaskan bahwa itulah persyaratannya jika mereka ingin mengikutinya.

"Jika kalian sudah memutuskan siapa yang ikut, carilah Shizuku dan Kaori dan ikutilah intruksi mereka dari sana" kata Zen.

Mau tidak mau, akhirnya mereka menerima permintaan Zen tersebut. Walaupun beberapa dari mereka ingin sekali Zen membawa mereka semua kesana, karena mereka tidak ingin menjadi beban ditempat ini, seperti apa yang terjadi sebelumnya.

Akhirnya mereka semua hendak beranjak dari sana, dan ingin memutuskan siapa yang akan mengikuti Zen. Namun beberapa orang saat ini mulai keluar dari Istana kerajaan ini. Raja, Ratu diikuti beberapa pengawalnya beserta Pangeran mahkota beserta Putri kerajaan ini juga keluar dari sana.

Putri Lilliana memang sudah menanggalkan baju mewahnya sebelumnya, dan menggunakan pakaian yang lebih kasual, dan seorang pelayannya sudah membawa beberapa barang yang akan dibawa Lilliana untuk tinggal ditempat Zen.

"Aku sudah siap Zen" kata Lilliana bersemangat.

"Baiklah" jawab Zen dan akhirnya sudah mengambil barang bawaan Lilliana dan menaruhnya pada sebuah kereta kuda yang mewah, yang akan mengantarkan mereka menuju markas dari Elite, yang diketahui sebagai tempat tinggal dari Zen.

Lilliana mulai berpamitan kepada kedua orang tuanya beserta adiknya. Bisa terlihat dia mulai meneteskan air mata, namun ini adalah pilihan hidup yang dipilihnya, jadi dia harus merelakan dirinya untuk pergi saat ini.

"Kamu mau pergi kemana Lily?" tanya Suzu saat Lilliana melewati dirinya saat ini.

"Aku akan kerumah calon suamiku"

.

.

Keesokan harinya, Lilliana bersiap untuk menuju kesebuah tempat. Saat ini seseorang sedang membantunya berpakaian, karena mode berpakaian tempat yang akan dia kunjungi sangat berbeda saat ini.

"Hm... sangat cocok untukmu Lily" kata Asuna yang sudah mendandani Lilliana saat ini.

"T-Terimakasih Asuna-san" kata Lilliana.

Memang, setelah Zen membawa Lilliana menuju rumahnya, Zen benar – benar membawanya kerumahnya. Namun yang membuat Lilliana sangat terkejut bahwa rumah yang dimahsut Zen merupakan rumahnya didunia lain.

Lilliana sangat terkejut dibawa ke Alaska, terutama dia harus menemui semua wanita dari Zen dan berkenalan dengan mereka semua. Mengenal semua saudara perempuannya, membuatnya merasa seperti semut dihadapan mereka karena keahlian mereka saat ini.

"Kamu sudah siap Lily?" tanya Yuna kemudian yang memasuki kamar dari Lilliana yang bersama Asuna saat ini.

"Kami sudah siap, jadi ayo kita keduniaku" kata Asuna bersemangat, karena dia ingin berbelanja pada sebuah Mall pada duniannya.

Lilliana yang pertama kali melihat dunia modern sangat amat kagum. Sama seperti orang yang pertama kali dibawa kedunia ini, Lilliana mulai bertanya banyak hal dan dijawab dengan sabar oleh Asuna, Yuna, Myu, Yui dan Remia yang ikut bersama mereka, beserta Ice yang bertugas mengawal mereka.

"Lalu apakah yang lainnya mempunyai kesibukan lain?" tanya Lilliana kemudian, karena hanya beberapa orang saja yang menemaninya saat ini.

"Ya, tetapi beberapa dari mereka sedang menunggu sesuatu" kata Asuna saat ini.

Ditempat lain yang sedang terjadi badai salju yang sangat besar, seorang pemuda yang saat ini menunggangi sebuah naga berwarna putih, mati – matian mencoba menembus badai salju tersebut untuk menuju kesebuah tempat.

"Apakah kamu baik – baik saja White?" tanya Zen yang mengkhawatirkan tunggangannya saat ini.

"Aku baik – baik saja Master" jawab White dalam wujud naganya.

Memang, Zen harus menempuh perjalannannya menuju Labirin terakhir ditempat ini sendiri, karena dia tidak mempunyai tanda maupun lingaran sihir yang dia tinggalkan untuk langsung menteleportkan dirinya kesana.

Memang skill teleportnya hanya berlaku jika sesuatu mempunyai tandanya, ataupun lingkaran sihir dan jika dia sudah pernah mengunjungi tempat tersebut. Maka dari itu, Zen berencana pergi kesana dan menteleportkan orang yang mengikutinya jika tiba disana.

"Sekarang kekanan White" teriak Zen dan Naga yang ditungganginya mengikuti arahannya saat ini.

Cukup lama mereka berdua menaklukan badai salju ini, hingga sebuah kompas pemberian Lyutillis akhirnya menunjukan tempat tujuan mereka. Bisa terlihat diwilayah ini, badai salju tidak terjadi ditempat ini.

Dengan perlahan, White mulai mendarat dan Zen mulai turun dari tubuhnya dan White berubah menjadi bentuk manusianya. Langkah kaki Zen mulai tenggelam saat pertama kali menginjakan kakinya pada salju ditempat ini.

Namun saat beberapa langkah dia melangkah, salju yang dia pijak tiba - tiba saja langsung menciptakan lubang dan dia langsung terperosok kedalam lubang tersebut.

"Master!" teriak White saat melihat Zen sudah terperosok pada sebuah tempat yang dia pijak sebelumnya.

White langsung bergegas melihat tempat dimana Masternya terperosok dan melihat sebuah lubang disana. White tanpa pikir panjang akhirnya mulai memasuki lubang dimana Zen terperosok sebelumnya, untuk mencari keberadaan Masternya.

"Bukk...."

Suara sesuatu terjatuh memenuhi tempat ini, dimana Zen berusaha untuk bangkit setelah dia menginjak sebuah dataran salju dan membuatnya terperosok dan jatuh didalam tempat ini. Namun saat beranjak, sesuatu kembali jatuh diatasnya saat ini.

"Ah... Master!" teriak White yang saat ini sudah menindih Zen.

"Aku tidak apa – apa White" kata Zen dan dibantu oleh White untuk bangkit saat ini.

Namun dari sana, mereka mulai mendengar suara raungan monster yang akan mendekat kearah mereka saat ini. Zen yang baru saja beranjak bangun, langsung mengeluarkan senjatanya dan bersiap melawan beberapa monster yang akan mendekatinya bersama White saat ini.

"Baiklah, labirin terakhir aku datang"

avataravatar
Next chapter