webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Melanjutkan

Zen masih asik menghubungi seseorang menggunakan telepatinya, tentang keberadaan Miledi. Lalu Zen mulai memberikan rencananya kepada orang yang dia hubungi tersebut, setelah mengetahui keberadaan Miledi saat ini.

Namun wanita yang disebelahnya saat ini mulai sedikit emosi kepada Zen. Dia menganggap Zen tidak menanggapi kejadian ini dengan serius saat ini, karena dia sedari tadi hanya melamun. Akhirnya dia hanya menatap Zen emosi dan mulai mencari beberapa bukti, dan menanyakan berbagai hal kepada para Apostle yang dihidupkan Zen sebelumnya.

"Akhirnya selesai" kata Zen setelah selesai mendiskusikan rencananya kepada seseorang.

"Apanya yang selesai Zen?" tanya Lyutillis yang saat ini menatap Zen dengan intens, yang langsung membuat Zen bingung dengan tatapannya itu.

"Ada apa dengan tatapanmu itu Lyu?" kata Zen bingung dengan tatapan Lyutillis yang diberikan kepadanya. Perlahan Zen mencoba mendekat kearah Lyutillis yang terlihat sedikit emosi saat ini, dan mencoba menenangkannya.

"Apakah kamu menganggap permasalahan ini tidak penting Zen?" tanya Lyutillis yang saat ini sudah kehilangan akal sehatnya, karena kekhawatiran tentang sahabatnya beserta emosi mulai muncul didalam dirinya.

"Tenanglah, Miledi baik – baik saja saat ini, dan mungkin dia menjadi aset yang penting saat melawan Ehit kedepannya" kata Zen.

"Apa mahsutmu itu Zen?" tanya Lyutillis, namun tiba – tiba seorang Apostle sudah berada diepan mereka saat ini.

Zen memang sengaja menteleportkan salah satu Apostle yang dikendalikannya dan sedang menjadi mata dan telinganya pada markas musuh. Zen lalu menyuruh Lyutillis mengantakannya ketempat penyimpanan semua penelitian Miledi.

"Ini, berikan kalung ini kepadanya" kata Zen, yang memberikan sebuah kalung yang berfungsi sebagai penyimpanan kepada Apostle yang mengikutinya, yang berisi semua golem yang belum rampung dan peralatan Miledi pada tempat ini.

"Baik Master" jawabnya dan Zen langsung menteleportkannya kembali ketempat asalnya.

"Apa yang kamu lakukan Zen?" tanya Lyutllis yang saat ini bingung dengan tindakan Zen saat ini.

"Aku sedang menambahkan musuh didalam selimut mereka" kata Zen.

.

.

Beberapa hari kemudian, Zen sudah berada dikerajaan Heilight bersama beberapa wanitanya karena pihak kerajaan ingin meminta kehadirannya untuk mendiskusikan sesuatu saat ini. Mau tidak mau, Zen akhirnya mengiyakan permintaan itu dan disinilah dia berada.

Zen sudah melewati beberapa hari istirahatnya bersama Asuna dan lainnya, dengan berjalan – jalan dan berkencan bersama wanitanya yang lain, terutama Rinko yang akhirnya mereka sudah melalui sebuah hubungan baru.

Sebelumnya, Rinko masih mengingat perkataan Aki yang mengatakan bahwa dia menggoda Zen dan akhirnya mereka melakukan malam panas mereka. Sejujurnya Rinko bukanlah tipe orang seperti itu, bahkan dalam hubungan pertamanya, dia melakukan hal tersebut karena mempunyai banyak kesempatan melakukannya.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya setelah dia mengingat perbincangannya dengan Aki sebelumnya.

Namun kesempatan itu muncul, setelah dirinya dan Zen mendapatkan undangan dari pihak Rath yang akan memperkenalkan sebuah ciptaan terbaru mereka kepada khalayak umum saat ini. Zen dan Rinko diundang, dikarenakan mereka merupakan mantan karyawan penting dari Rath.

"Apakah kamu tahu benda apa yang mereka akan perkenalkan Rinko?" tanya Zen, yang saat ini sudah mengendarai mobilnya.

"Menurut data yang diretas oleh satelit kita, itu merupakan sebuah senjata" jawab Rinko yang duduk disebelahnya.

"Hmm... baiklah, mari kita lihat apa yang mereka lakukan" kata Zen dan akhirnya mereka berdua menuju kesebuah tempat, yang menjadi tempat perkenalan prototipe tersebut pada khalayak umum.

Diperjalanan mereka, Zen terus mengobrol dengan Rinko dan akhirnya mereka tiba pada sebuah tempat yang mirip seperti tempat kenferensi pers, dimana para wartawan mulai memenuhi tempat ini.

Zen dan Rinko mulai duduk bersebelahan pada sebuah tempat yang disediakan oleh mereka dan akhirnya acara itu dimulai. Kikouka Seijirou yang merupakan ketua pemimpin dari Rath akhirnya memperkenalkan sesuatu saat ini.

Sebuah robot mulai memasuki tempat itu, tetapi robot tersebut menyerupai Iron Man saat ini saat mereka melihatnya secara langsung. Mengapa Zen mengatakan seperti itu, dikarenakan memang robot tersebut sangat menyerupai dengan Iron Man dan mempunyai banyak senjata yang tersimpan didalam tubuhnya.

"Kami perkenalkan kepada kalian, Geo" kata Seijirou.

Geo, begitulah nama robot tersebut yang diperkenalkan sebagai senjata baru yang berhasil diptakan oleh Rath. Intinya robot tersebut sangat menyerupai Iron Man, tetapi perbedaannya dia bergerak dengan Fluctlight yang dikeluarkan Zen sebelumnya, yaitu Fluctlight dari Eugeo.

"Aku tidak menyangka mereka akan membuat benda ini" kata Rinko yang mulai menghela nafasnya, karena tujuan Rath yang sebenarnya sudah sepenuhnya berubah.

"Tenanglah, benda didepan ini tidak ada apa – apanya dengan peralatan kita" kata Zen sambil menggenggam tangan dari Rinko.

Akhirnya acara itu selesai, dengan beberapa wartawan mulai menanyakan berbagai hal, termasuk ada yang kontra dan setuju dengan apa yang mereka lihat tadi. Zen sendiri tidak memperdulikannya dan memilih untuk meninggalkan tempat itu bersama Rinko.

"Mari kita kembali" kata Zen. Namun Rinko yang mengingat perbincangan Aki sebelumnya, akhirnya memberanikan diri untuk mengajak Zen saat ini.

"Bisakah kita menghabiskan hari ini dengan hanya berdua saja Zen?" tanya Rinko.

Memang Zen baru menyadari, dia belum pernah sama sekali meluangkan waktunya bersama Rinko dan beberapa wanitanya yang lainnya, karena dia sangat sibuk berperang dan menguatkan dirinya saat ini.

"Baiklah" jawab Zen lalu mulai meraih tangan Rinko dan mulai kencan mereka saat ini.

Rinko bukanlah wanita seperti beberapa wanita yang dimiliki oleh Zen, yang sangat puas jika diajak berkencan menuju taman bermain, pusat perbelanjaan dan sebagainya. Rinko merupakan peneliti dan dia sangat puas hanya dengan mengajaknya berkeliling dan makan malam yang sangat romantis saat ini.

"Bagaimana, apakah ini cukup menebus waktuku yang kurang memperhatikanmu?" tanya Zen saat ini, setelah mereka sudah selesai menyantap hidangan mereka pada sebuah restoran yang Zen pesan khusus, yang cocok didatangi untuk makan malam romantis dengan pasangan.

"Ada satu yang kurang Zen" kata Rinko sambil meminum winenya.

Akhirnya Rinko memutuskan untuk membawa mobil dari Zen dan menuju kesebuah tempat. Zen sendiri saat ini hanya mengikuti kemauannya dan akhirnya mereka tiba pada sebuah hotel milik Yuna yang berada dikota ini.

Rinko tanpa pikir panjang mengajak Zen dan langsung menyewa sebuah kamar hotel ditempat ini, walaupun dia hanya menunjukan sebuah kartu khusus dan dapat menempati kamar yang diinginkannya secara gratis. Setelah memasuki kamar yang mereka sewa, Rinko mulai menatap Zen saat ini dengan wajahnya yang sudah sepenuhnya memerah.

"Aku ingin melakukannya Zen" kata Rinko yang akhirnya membuat Zen paham dengan mahsut dari perkataannya tersebut.

Perlahan Zen sudah mendekat kearahnya dan mereka mulai saling berciuman satu sama lain. Awalnya mereka melakukan ciuman yang lembut, hingga tangan Zen sudah meraih payudara dari Rinko yang masih terhalang pakaiannya.

Perlahan ciuman mereka mulai intens, lalu Zen dan Rinko sudah melepaskan pakaian mereka masing – masing, dan akhirnya Zen sudah membawa Rinko menuju kesebuah tempat tidur didalam kamar yang mereka sewa saat ini.

"Maafkan aku karena mengabaikanmu selama ini Rinko" kata Zen dan langsung melakukan malam panasnya dengan Rinko dikamar tersebut.

Dan begitulah apa yang diingat oleh Rinko, setelah dia terbangun dari tidurnya dan menatap Zen yang baru saja keluar dari kamar mandi, setelah selesai membersihkan dirinya saat ini. Rinko langsung memerah dan mengingat kejadian semalam, karena mereka berdua sangatlah liar.

Zen yang masih melilitkan handuk pada tubuh bagian bawahnya, lalu mulai mendekat kearahnya dan mulai berkata

"Kamu mau kembali, atau melanjutkan kegiatan kita semalam?"