webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Lanjut atau Berkorban

Zen saat ini langsung depresi mendengar hal tersebut, karena dia tidak bisa menyelamatkan data yang saat ini akan rusak tersebut.

[Irene memiliki sebuah cara Kak] kata Irene selanjutnya.

"Benarkah? Katakanlah Irene?" tanya Zen.

[Kakak bisa menyalin semua data tersebut kedalam data Augma Kakak] kata Irene.

"Baiklah, kita lakukan sekarang" kata Zen sambil mengambil sebuah Augma dari dalam penyimpanannya.

[Tetapi Kak, tempat penyimpanan Kakak hanya bisa menampung satu buah data ingatan, sedangkan data didepan Kakak ada beribu data ingatan] kata Irene.

Mendengar ini Zen kembali depresi karena menganggap dia hanya bisa menyelamatkan satu ingatan saja.

[Namun Irene punya sebuah cara, namun Kakak mungkin tidak akan menyukainya] kata Irene.

"Katakanlah Irene" jelas Zen.

[Dalam sistem Augma terdapat penimpanan langsung kedalam otak Kakak, namun sistem ini tidak dibuka oleh pencipta alat ini dikarenakan sangat berbahaya. Irene bisa menyalin semua data kedalam otak Kakak, namun taruhannya saraf diotak Kakak dipastikan akan rusak karena menampung banyaknya ingatan.] kata Irene.

Jujur saat Zen mendengar ini, dia sangat tidak iklas membuat dirinya kehilangan fungsi otaknya saat ini, karena dia ingat kebahagiannya dan kehangatan tadi bersama keluarga kecilnya yang sangat bahagia.

"Tetapi bukankah aku keturunan dewa Irene? Bukankah aku bisa menahan semua itu?" tanya Zen.

[Memang benar Kak, tetapi ketahuilah keturunan dewa Kakak sangat kecil. Bagi dewa lain mungkin ini hal gampang menyalin berjuta ingatan dalam ingatannya, namun beda dengan Kakak yang tidak sepenuhnya dewa. Namun Kakak akan sembuh, namun waktunya mungkin akan sangat lama] jawab Irene.

"Lalu bisakah aku hanya menyalin data Lisbeth dan Silica dan mungkin dengan Yuna agar meminimalisir kerusakan otakku?" tanya Zen.

[Bisa, tetapi Irene membutuhkan waktu untuk memisahkannya dan mungkin akan kehabisan waktu karena tabung ini akan sepenuhnya rusak] jawab Irene.

Zen saat mendengar ini masih begelut dengan perasaannya saat ini. Disatu sisi dia tidak ingin merusak otaknya, disatu sisi dia sangat ingin menyembuhkan Lisbeth dan Silica saat ini.

"Jadi ini mahsut main quest kemarin yang kudapatkan" kata Zen setelah mengingat main quest yang didapatkannya sebelumnya yang dia anggap aneh.

Lalu dia mulai berfikir sampai dia termenung dan mengingat semua kenangannya bersama para wanitanya beserta putrinya.

"Pastikan kamu mengembalikan ingatan mereka berdua Zen"

"Pastikan mereka berdua sembuh Zen"

"Aku tidak sabar mereka berdua berada disini mengenal saudara perempuan baru kita"

"Pastikan Lisbeth Mama dan Silica Mama sembuh Papa"

Itulah kata – kata yang diucapkan oleh orang yang dicintai Zen saat ini. Zen kembali mengenang semua itu dan akhirnya Zen memutuskan sesuatu.

Lalu Zen mengambil beberapa kertas dari sekitar ruangan tersebut dan mulai menulis beberapa pesan singkat kepada orang yang ingin diberinya sebuah pesan.

Setelah selesai menulis dan melipatkannya, Zen tidak lupa menuliskan nama tujuan dari masing – masing suratnya tersebut. Zen lalu mengambil Augmanya dan memasangkan dikepalanya saat ini.

"Maafkan aku Irene, keputusan ini yang akan kuambil" kata Zen.

[Sudah kubilang Kak, Irene akan selalu bersama Kakak apapun yang terjadi] kata Irene.

"Terima kasih Irene, kamu memang adik kesayanganku" kata Zen.

[Sama – sama Kak. Irene juga sangat mencintai Kakak] jawab Irene.

"Baiklah Irene, mari kita mulai" kata Zen.

Lalu Zen mengikuti intruksi Irene dan mulai menyambungkan sebuah kabel penghubung ke Augmanya. Akhirnya data tersebut perlahan – lahan mulai disalin oleh Irene menuju otak Zen.

"AHHHHHHHHH!!!!!!!!" teriak Zen dikarenakan proses tersebut sangat menyakitkan.

Setelah beberapa lama, akhirnya perlahan – lahan kesadaran Zen mulai menghilang dan dia langsung jatuh tak sadarkan diri setelah semua proses penyalinan selesai. Zen akhirnya tersungkur dan tabung penyimpanan sebelahnya akhirnya rusak sepenuhnya saat ini.

Selang beberapa lama, beberapa agen memasuki tempat tersebut dan melihat beberapa orang tidak sadarkan diri beserta banyaknya mayat terkena tembakan. Lalu mereka melihat seorang terbaring tak sadarkan diri disebelah benda yang mereka cari.

Seijirou langsung maju kearah Zen dan memeriksa kondisinya tersebut. Zen dipastikan masih bernafas namun keadaanya saat ini sangat memprihatinkan. Namun dia menemukan dua buah surat berada digenggaman Zen.

Melihat sebuah surat ditujukan kepadanya, dia mulai melihat isi surat tersebut dan akhirnya dia mulai terduduk disebelah Zen dengan perasaan bersalah saat ini.

"Maafkan aku Zen, aku lagi – lagi terlambat" kata pria tersebut dengan raut wajah sedih.

.

.

Sebulan sudah berlalu Asuna saat ini sudah terbangun ditempat tidur dimana dia biasanya tidur dengan Zen. Asuna saat ini beranjak bangun dengan tenang agar tidak membangunkan putrinya ini.

Setelah mencuci muka dia mulai berjalan kedapur dan dilihatnya beberapa orang sudah memasak disana.

"Bisakah kamu memotong sayur ini Sinon" kata Lisbeth.

Saat ini, apartemen Zen ditempati oleh Asuna, Lisbeth, Sinon dan bahkan Yuna memutuskan untuk tinggal disini sambil menjaga Yui. Melihat ini Asuna hanya merenung dan berharap pria yang dicintainya saat ini bisa melihat pemandangan ini.

Setelah Zen ditemukan tidak sadar, Zen dibawa langsung kerumah sakit dan karena pesan yang dia tuliskan kepada Seijirou tentang ingatan semua orang berada diotaknya, mereka langsung mengambilnya namun disayangkan kerusakan otak yang dialami Zen sangat parah.

Semua wanita Zen terkejut dengan kabar tersebut dan membuat mereka bersedih, namun sebuah surat untuk mereka dari Zen membuat mereka akhirnya memutuskan untuk percaya kepada Zen karena isi surat tersebut.

Yuna sendiri, setelah dia dikembalikan ingatannya dan dirangsang saraf otaknya, sekarang dia mulai sembuh. Dan setelah mendengar kabar tentang ayahnya, serta penghianatan teman masa kecilnya, dia memutuskan untuk tinggal diapartemen Zen, karena mengetahui bahwa Zen mempunyai seorang putri dan memutuskan merawatnya sebagai rasa terima kasihnya karena menyelamatkannya.

Asuna sendiri menyetujui hal tersebut setelah mengetahui Yuna mempunyai tanda yang sama dengan mereka walaupun baru tanda awal.

"Mama.." suara anak kecil yang baru bangun yang sedang mencari Mamanya dan mengalihkan perhatian mereka yang saat ini sedang didapur.

"Yui-chan mari mencuci mukamu lalu berganti pakaian" kata Yuna yang saat ini menghampiri Yui.

Yui akhirnya langsung mengikuti Yuna dan mulai mencuci wajahnya dan mengganti pakaiannya dibantu oleh Yuna.

"Apakah kita akan menjenguknya hari ini?" tanya Lisbeth yang sedang menyiapkan meja makan.

"Tentu" kata Asuna.

.

.

Seorang pria akhirnya tersadar disuatu hutan yang saat ini dia tidak ketahui dimana dia berada sekarang. Pria itu mulai bangun dan duduk lalu memperhatikan sekitar wilayah ini sambil mencari tahu dimana dia berada saat ini.

"Irene?"