182 Labirin Pertama

Zen saat ini sudah berbaring setelah selesai menikmati malam yang panas bersama Asuna dikamar penginapan yang mereka sewa ini. Memang Zen saat ini tidur bersama Asuna sendirian, dikarenakan kamar khusus untuk beberapa orang, dia sudah sewakan untuk anggota keluarganya yang lain.

Semua wanitanya beserta Yui dan Myu yang sebelumnya disuruh Zen kembali sementara, sudah Zen teleportkan kembali kedunia ini, dan Zen mengajak mereka untuk mengelilingi kota dimana mereka berada.

Mereka yang terutama berasal dari dunia Sword Art Online, sangat bersemangat setelah mengunjungi tempat – tempat dikota ini yang sama seperti kota pada abad pertengahan saat ini. Setelah puas berkeliling, akhirnya mereka mencari penginapan, namun sayangnya, mereka hanya mendapatkan dua kamar yang dikhususkan untuk penginapan kelompok.

Karena hanya mendapatkan dua kamar, akhirnya dua orang saat ini tidak mendapatkan kamar, dan akhirnya Zen memutuskan memesankan sebuah kamar biasa dan memutuskan untuk memakai kamar tersebut bersama Asuna.

"Apakah kamu masih belum puas Zen?" tanya Asuna disebelahnya yang raut wajahnya sudah terpampang raut kelelahan, setelah melakukan kegiatan panasnya bersama Zen berkali – kali. Asuna bertanya demikian, karena melihat Zen ternyata belum tidur saat ini.

"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu, jadi istirahatlah terlebih dahulu" kata Zen, lalu mengecup ringan bibir Asuna dan memeluk tubuh polosnya dan membiarkan wanita itu beristirahat.

Asuna yang mendapatkan perlakuan seperti itu, akhirnya mulai memeluk Zen dan memejamkan matanya dan sudah masuk kedalam dunia mimpinya saat ini. Zen yang melihat nafas Asuna sudah teratur yang menandakan dia sudah terlelap, hanya tersenyum dan mengecup dahinya saat ini.

[Sepertinya, Kakak harus mempercepat mendapatkan Spatial Magic Kak] kata Irene saat ini.

"Ya, aku juga berfikir demikian. Aku akan menaklukan labirin itu, setelah mengurus beberapa bidak dari Ehit yang berada ditempat ini" kata Zen.

Akhirnya Zen mulai berbincang sejenak dengan Irene, hingga malam semakin larut dan akhirnya Zen memutuskan untuk beristirahat mengikuti Asuna yang sudah berada didalam dunia mimpinya saat ini.

Keesokan harinya, semua anggota keluarga Zen sudah bersiap untuk melakukan kegiatan mereka masing – masing. Setelah mereka selesai sarapan, mereka saat ini membagi dua kelompoknya.

Kelompok yang berisikan beberapa wanitanya yang tidak termasuk kedalam kelompok tempur bersama Yui dan Myu akan dipimpin oleh Tio untuk mengelilingi kota ini. Zen juga sudah menghubungi beberapa pasukan kelincinya untuk membantu mengamankan kelompok itu dari balik bayangan.

Sedangkan kelompok tempur kecuali Tio, saat ini dipimpin oleh Zen dan bersiap untuk memasuki labirin guna memperkuat mereka saat ini.

Saat ini, kelompok yang bersama Zen sudah memakai semua peralatan tempurnya. Mereka saat ini sedang berada didepan penginapan mereka saat ini, dan akan berpisah dengan kelompok yang dipimpin oleh Tio terebut.

"Kalian harus mendengarkan perkataan Mama kalian yang lain oke?" kata Asuna melepaskan kedua putri angkatnya itu yang akan beranjak dari sana.

"Baik Asuna Mama!" jawab Yui dan Myu bersamaan.

Akhirnya kelompok yang dipimpin Tio itu sudah meninggalkan kelompok yang akan memasuki labirin. Bisa dilihat juga beberapa bayangan hitam sudah melesat dengan cepat mengikuti kelompok yang pergi itu, untuk mengawasi mereka saat ini.

"Baiklah, mari kita berangkat sekarang" kata Zen, Dan mulai menuntun kelompoknya menuju labirin yang berada dikota ini yaitu labirin Orcus.

Kelompok mereka tidak luput dari pandangan beberapa petualang yang berada ditempat itu, karena sekarang Zen sudah sangat terkenal diantara mereka saat ini. Selang beberapa lama kemudian, akhirnya mereka tiba dipintu masuk labirin Orcus.

Setelah menunjukan plat status mereka, akhirnya mereka mulai memasuki tempat tersebut dengan perlahan. Semua wanita Zen kecuali Yue dan Shea sangat terpukau dengan labirin tersebut, namun keterpukauan mereka terhenti setelah beberapa monster mendatangi mereka.

"Baiklah, siapa yang akan melawan mereka terl-" kata Zen terpotong setelah mendengar suara tembakan berasal dari belakangnya saat ini.

Setelah sebuah suara tembakan itu menggema, akhirnya beberapa suara tembakan kembali muncul dan membunuh beberapa monster yang mendekati mereka saat ini. Zen dan para wantanya akhrinya menoleh kearah orang yang menembak tersebut.

Sinon yang menjadi dalang penembakan itu hanya tersenyum dambil mengeluarkan selongsong peluru kosongnya dan memasukan peluru yang baru kedalam pistolnya saat ini.

"Aku hanya ingin menjadi kuat dengan cepat" kata Sinon sambil tersenyum kepada beberapa orang yang menatapnya, lalu melakukan gesture menarik untuk menyerap status monster yang dibunuhnya itu menggunakan skill Absorb.

"B-Baiklah kalau begit-" kata Zen kembali terpotong, setelah Asuna, Alice, Rina dan Suguha langsung melesat membawa pedang mereka dan menyerang beberapa monster yang kembali menghampiri mereka saat ini.

"Hah... sepertinya kalian tidak perlu panduan dariku" kata Zen yang akhirnya pasrah melihat wanitanya sudah mulai menyerang beberapa monster didalam labirin ini.

Zen, Yue, Shea dan Sinon yang masih berada dibelakang akhirnya mulai mengikuti keempat wanita itu, yang akhirnya mulai membantai beberapa monster ditempat tersebut.

Mayat monster terus berjatuhan, setelah kelima anggota baru tim penyerangan Zen mulai membunuh beberapa monster satu persatu saat ini. Zen saat ini hanya mengikuti mereka sambil mengambil bangkai mayat monster yang berhasil dibunuh oleh para wanitanya itu.

Mereka terus berjalan masuk menuruni Labirin tersebut, kemampuan mereka saat ini sudah mulai berkembang dengan penyerapan status yang mereka lakukan saat ini.

Sedangkan disisi lain, seorang sedang berlari dengan sangat cepat sambil menggunakan skill invisiblenya untuk menghindari monster – monster yang menghalangi jalannya saat ini. Dia berlari dengan sangat cepat, untuk mencari bantuan agar teman – temannya mendapatkan pertolongan saat ini.

Pria remaja itu terus berlari, hingga sesekali terjatuh akibat kakinya selalu tersandung batu. Namun tekadnya itu tidak runtuh dan mulai bangun lalu melanjutkan pelariannya itu. Dia terus berlari, hingga dia kembali tersandung.

Namun anehnya, sekarang seorang wanita yang sangat cantik saat ini sedang menatapnya yang menggunakan skill invisible saat ini. Dia lumayan terkejut, karena wanita itu bisa melihat dirinya dari balik skillnya tersebut.

Tidak hanya itu saja, akhirnya beberapa wanita yang tak kala cantiknya mulai mendekatinya satu persatu, dan yang menarik perhatiannya adalah seorang wanita yang mempunyai telinga kelinci pada kepalanya.

"Apakah ini surga?" kata pria tersebut yang masih terpesona dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Namun selang beberapa lama kemudian, seorang lelaki datang mendekati dirinya. Pria remaja tersebut sangat terkejut setelah melihat pria yang mendatangi dirinya tersebut, karena mengiranya sudah mati saat ini.

"Z-Zen?"

avataravatar
Next chapter