webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Kepulangan

Lyutillis tidak menyangka, saat bertemu dengan Zen pertama kali dan mendengar rencananya tentang mengalahkan Ehit, Zen berkata dia memerlukan kekuatannya untuk membantunya. Awalnya dia sangat skeptis dengan perkataan Zen tersebut, namun Zen sebisa mungkin meyakinkannya.

Namun saat ini, Lyutillis sudah berdiri menatap pria yang sebelumnya sudah merebut hatinya sepenuhnya, dan sudah meninggalkannya dan menyisakan seseorang manusia yang dahulu membunuh kaumnya, sahabatnya, saudaranya, bahkan para penduduknya.

"Terimakasih Zen" gumam Lyutillis setelah Zen meninggalkan dirinya bersama Miledi disana.

Bahkan Miledi saat ini merasa hangat didalam hatinya, setelah seseorang yang dia anggap sebagai pria yang akan membantunya memuluskan rencananya, untuk membalaskan dendam para sahabatnya beserta keluarganya, sudah berkali – kali menyelamatkannya.

Bahkan saat dia melihat punggung Zen sebelumnya, dimana Zen berusaha melindungi dirinya saat serangan dari Ehit yang akan membunuhnya, langsung memicu sesuatu didalam dirinya saat ini, dimana perasaan tersebut begitu asing dan tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Namun lamunanya tersebut terhenti, saat Ehit yang berada didepannya mulai meraung dengan marah saat ini. Miledi hanya menatap Lyutillis disebelahnya yang saat ini sudah menatapnya, lalu mulai mengangguk dan mulai berjalan perlahan menuju kearah Ehit yang sudah seperti manusia biasa.

"Sekarang akan kami tunjukan apa itu ketidak berdayaan melawan seseorang yang mempunyai kekuasaan" kata Miledi dengan tatapan mematikannya.

"AHHHHHHHHHHHHHHHH"

Suara teriakan mulai menggema ditempat tersebut dan bercampur suara pertarungan yang masih intens antara pasukan Valkrie Zen dan para Apostle musuh yang masih hidup. Namun saat Noint pemimpin mereka sudah menahan serangan seorang Apostle, seorang pria langsung menebas kepala Apotsle yang dilawannya ditempat itu.

"Master!" kata Noint saat melihat Zen sudah berada disebelahnya saat ini.

"Musnahkan mereka semua" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Noint dan beranjak dari sana.

Zen sendiri sempat melihat situasi dari Miledi dan Lyutillis, yang saat ini sedang menyiksa Ehit. Namun dia hanya tersenyum lalu mulai beranjak dari sana untuk membantai sisa – sisa anak buah dari Ehit yang masih berada ditempat ini.

Dengan kekuatan mutlak yang dimiliki oleh Zen, melawan musuh – musuhnya sangatlah mudah. Dan dengan cepat, dia menyelesaikan tugasnya untuk membasmi mereka semua saat ini. Zen yang sudah melakukan tugasnya, saat ini sedang berjalan melewati beberapa tumpukan mayat yang dilewatinya.

"Bagaimana dengan pasukan kita Noint?" tanya Zen.

"Pasukan kita berjumlah 1000 sudah gugur, namun kita mendapatkan 500 pasukan baru saat Master mengendalikan mereka sebelumnya." kata Noint.

Memang, saat Ehit memunculkan Apostlenya sebelumnya, pasukan Apostle yang wanita yang dibawanya hanya sedikit dan Zen hanya mengambil beberapa dari mereka saja. Sebenarnya Zen bisa saja mengendalikan para Apostle pria, namun mengendalikan mereka tidak secepat mengendalikan para Apostle yang wanita.

Jadi dia memutuskan untuk mengendalikan para wanita saja saat ini, dan membentuk pasukan yang dia beri nama Valkrie yang akan menjadi prajuritnya dimasa depan.

"Baiklah, bawa aku pada mayat pasukan kita yang gugur" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Noint dan mengantarkan Zen menuju pada seribu mayat Apostle wanita yang saat ini sudah terbaring rapi pada tempat tersebut.

Zen perlahan melihat semua mayat pasukannya dan kemudian menggunakan skill necromancernya dan membangkitkan mereka kembali saat ini. Perlahan semua pasukannya yang sudah bangkit, akhirnya sudah berkumpul dengan yang lainnya.

"Baiklah, tolong bawa aku menuju ruang harta dari tempat ini" kata Zen kepada para pasukan Valkrienya.

Zen dibawa menuju kesebuah ruangan rahasia, dimana banyak sekali senjata, harta dan sebagainya ditempat ini. Tentu saja penemuan ini membuat Zen tersenyum, karena dia bisa menpersejatai pasukannya kelak dengan benda – benda ini.

Namun, sesuatu membuat senyumnya terus terukir pada wajah tampannya, karena sebuah ruang harta yang dipenuhi dengan emas, berlian, perhiasan dan sebagainya sudah terpampang tepat didepan matanya, yang saat ini membentuk sebuah gunung yang sangat besar.

"Sepertinya aku akan menjadi sangat kaya" kata Zen melihat harta yang didepannya.

Zen sudah memberikan beberapa kalung untuk menyimpan persenjataan kepada Noint dan beberapa bawahannya, karena senjata – senjata yang berada ditempat ini akan Zen berikan sepenuhnya kepada pasukan Valkrienya.

Sedangkan Zen lebih mementingkan harta berharga yang berada didepannya saat ini. Cukup lama dia menyimpan semua harta yang dia kuras dari tempat ini, hingga akhirnya apa yang dia lakukan tersebut berakhir dengan sangat manis.

"Sepertinya aku harus memperbesar ruang hartaku pada Alaska" kata Zen, setelah mengingat ruang penyimpanan hartanya akan tidak cukup untuk menampung semua harta yang didapatkannya.

Lalu Zen mulai melihat berbagai buku yang berada ditempat tersebut, yang merupakan hasil penelitian dari Ehit. Tentu saja Zen mengambilnya untuk Rinko, karena wanitanya itu sangat menyukai membaca berbagai hal yang berasal dari dunia yang berbeda.

Setelah puas melihat tempat tersebut kosong, tiba – tiba saja wilayah ini mulai bergetar dengan keras dan menyebabkan berbagai goncangan kecil yang dirasakan oleh Zen saat ini. Zen lalu memperhatikan sekelilingnya, dan seorang pasukan Valkrie mendatanginya.

"Master, sepertinya Ehit akan mati dan domain ini akan hancur" kata salah satu Valkrienya.

"Baiklah, mari kita bergegas keluar dari tempat ini" kata Zen.

Zen yang sudah membawa beberapa pasukan Valkrinya untuk memasuki tempat ini, akhirnya mulai keluar dari tempat dia menjarah semua harta Ehit, dan melihat Miledi dan Lyutillis masih menyiksa Ehit dengan sangat kejam.

"Tolong ampuni a-aku... sudahilah penderitaanku i..ini dan b..bunuhlah aku" kata Ehit yang memelas agar dirinya dibunuh saat ini juga.

Keadaannya sangat memprihatinkan saat ini, karena Miledi dan Lyutillis sangat menikmati apa yang mereka lakukan kepadanya. Salah satu matanya sudah tidak berada pada tempatnya, tangan kiri Ehit sudah sepenuhnya hangus dan salah satu kakinya sudah patah.

Darahnya sudah memenuhi tubuhnya seakan – akan Ehit saat ini sedang berkeringat darah. Dia sudah berkali – kali muntah darah, namun bukannya prihatin, Lyutillis dan Miledi terus menerus menyiksa orang didepannya.

"Ampuni katamu? Apakah saat kamu mendengar perkataan seperti itu, kamu mengabulkannya?" tanya Miledi yang mebayangkan pembantaian tempat tinggalnya Erisen, dan kematian keluarganya.

Namun Lyutillis disebelahnya mengeluarkan cambuk yang terdapat duri – duri pada ujungnya dan mencambuk tubuh dari Ehit yang saat ini sudah tidak berdaya. Sebenarnya, nyawa Ehit sudah diujung tanduk karena sebentar lagi dipastikan darahnya akan habis sepenuhnya.

Penyiksaan itu terus berlanjut, hingga dewa yang menganggap dunia yang dikuasainya dan menganggap dunia tersebut sebagai papan permainannya, akhirnya sudah meninggal ditangan kedua wanita yang sangat kejam.

Berkat kematiannya, domainnya akhirnya mulai retak sedikit demi sedikit dan akan hancur saat ini. Zen yang melihat itu mulai membuka sebuah portal agar pasukannya keluar terlebih dahulu dari tempat ini.

"Akhirnya selesai" kata Miledi sambil menangis haru saat ini, setelah tugas yang diberikan kepadanya akhirnya terselesaikan.

"Ya kamu benar Miledi-chan. Aku harap, mereka bisa melihat kemenangan kita ini" kata Lyutillis yang menatap domain yang dia sedang pijak perlahan – lahan mulai hancur.

Zen lalu mendekat kearah mereka berdua yang menatap domain yang hancur ini, dan mulai menepuk bahu mereka masing – masing yang masih meratapi kemenangan mereka sebelumnya. Satu kalimat yang membuat mereka langsung tersenyum saat ini mulai terdengar dari Zen.

"Mari kita pulang"