webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Iblis Hati

Disebuah domain Zen yaitu Alaska, Dua orang anak kecil sangat bersemangat mengikuti intruksi dari seorang yang sedang mengajarkan sesuatu kepada mereka. Didepan mereka saat ini, seorang wanita dengan senyum yang terukir diwajahnya dengan sabar menjelaskan satu persatu apa yang ditanyakan para putrinya saat ini.

Mereka dengan tekun melakukan sesuatu saat ini, yaitu sedang menggambar sebuah hewan pada buku bergambar mereka. Walaupun gambaran mereka terlihat berantakan, tetapi Aiko selalu memuji mereka dengan apa yang mereka perbuat saat ini.

"Ai Mama-Sensei, mengapa burung bisa terbang dan ayam tidak? Bukankah mereka mempunyai sayap" tanya Myu, setelah dia menyadari apa yang dia gambar saat ini ternyata mempunyai sebuah sayap.

"Itu karena tubuh mereka terlalu berat, sehingga sayap mereka tidak mampu membuat mereka terbang." Jawab Aiko menjelaskan pertanyaan putrinya tersebut.

Zen memang sengaja meminta Aiko untuk bertugas mengajarkan pendidikan kepada Yui dan Myu saat ini dan mungkin anak - anaknya kelak. Aiko dengan senang hati menerimanya, terutama setelah melihat pencapaian semua wanita Zen yang bisa dikatakan sangat hebat saat ini.

Aiko menjawab semua pertanyaan dari Yui dan Myu yang baru pertama kali mendapatkan seorang guru untuk mengajarkan mereka, karena sebelumnya Zen tidak menemukan guru yang cocok untuk mengajarkan mereka.

"Baiklah cukup untuk hari ini. Simpanlah apa yang kalian gambar sebelumnya, atau mungkin coba tunjukan pada Mama – Mama kalian yang lain hasil karya kalian" kata Aiko yang memutuskan menyudahi pembelajaran mereka.

Yui dan Myu dengan sigap menaruh kembali peralatan gambar mereka dan berpamitan kepada Aiko dan meninggalkan ruangan tersebut. Aiko yang melihat itu, hanya tersenyum melihat kedua malaikat kecil imut tersebut meninggalkan ruangannya.

Yui dan Myu mulai menaruh peralatan belajar mereka pada kamar yang menjadi kamar mereka pada kediaman ini. Memang mereka tinggal pada kamar yang sama saat ini, dan akhirnya mulai berlari mencari seseorang yang bertugas menjaga mereka.

"Blue, kami ingin bermain ditaman" kata Yui kepada seorang wanita berambut biru saat ini.

"Baiklah Nona Muda" kata wanita yang bernama Blue, yang merupakan salah satu naga yang dibangkitkan Zen sebelumnya.

Blue membawa nona – nona mudanya untuk berteleport menuju Apartemen Zen yang berada di Jepang, dan mengantarkan mereka untuk bermain pada sebuah taman yang sudah banyak anak kecil seusia mereka bermain disana.

Memang, Zen menyuruh Yuna untuk mengatur bagaimana anak – anak mereka bersosialisasi. Dan disinilah mereka mulai bermain dengan riang bersama anak – anak lainnya, yang diawasi dengan ketat oleh Blue.

Aiko yang sudah ditinggalkan oleh kedua muridnya atau bisa dikatakan putrinya, mulai merapikan tempat dimana dia mengajar mereka beserta merapikan semua perlatan yang digunakannya sebelumnya.

"Sepertinya aku harus memeriksa kondisi murid – muridku saat ini" gumam Aiko yang sudah menyelesaikan kegiatannya ditempat ini.

Aiko akhirnya mulai menghilang dari sana dan kembali kesebuah ruangan yang merupakan penginapan yang terdapat diwilayah kelompok Elite. Aiko mulai keluar kamarnya dan mencoba memeriksa keberadaan muridnya saat ini.

Cukup lama dia berkeliling, tetapi dia tidak menemukan salah satu muridnya saat ini. Dengan panik Aiko mulai berlari kesana kemari mencari mereka sambil menanyakan beberapa orang disana, namun hasilnya nihil. Nafasnya mulai tidak beraturan, karena saat ini dia sudah berkeliling mencari muridnya ditemani oleh terik sinar matahari yang panas.

Namun sebuah bayangan menghalangi sinar matahari yang menerpanya saat ini, yang merupakan seorang yang mempunyai sayap pada punggungnya dan bersiap untuk menyergap dan menyerangnya. Aiko mulai panik, namun seorang dengan jubah putih dengan cepat menghalangi perbuatan orang tersebut.

"Siapa kamu, beraninya mencoba untuk melukai salah satu wanita dari Master?" tanya seorang dengan jubah putih menutupi seluruh tubuhnya yaitu Noint.

"Minggirlah, aku tidak mempunyai urusan denganmu" kata lawannya yang hendak menculik Aiko dan mulai menyerangnya saat ini.

"Dasar naif" jawab Noint dan membalas serangan dari orang tersebut.

.

.

Ditempat lain, Zen sudah berjalan bersama Shizuku setelah berhasil mengalahkan bayangannya tadi. Mereka berjalan dengan santai dengan tangan mereka saling berpegangan, hingga mereka tiba pada sebuah tempat dimana seseorang sedang bertarung saat ini.

"Ho... tahukah kamu, kamu hanya menjadi trofi saja baginya. Keberadaanmu disekitarnya sangat tidak penting." Kata seseorang yang saat ini sedang melawan orang didepannya.

"Jika pemikiranmu seperti itu, maka kamu belum mengenal Zen sepenuhnya" kata seseorang yang merupakan Suguha dan mulai maju melawan bayangannya saat ini.

Pada ruangan yang tidak jauh dari sana, berbeda dengan dua ruangan yang dikunjungi Zen sebelumnya, seseorang saat ini mulai berkeringat dingin. Hal ini dikarenakan traumanya mulai muncul saat ini. Memang dia berusaha tidak terprofokasi dengan perkataan wanita didepannya, tetapi mengingat kejadian masa lalunya, membuat dia sedikit terguncang saat ini.

"Hahahahaha.... bagaimana rasanya menjadi pembunuh, dan orang disekitarmu menjauhimu saat ini, Sinon?" kata Iblis Sinon didepannya.

Sinon saat ini berusaha sebisa mungkin tidak terbawa profokasi oleh wanita dengan rupanya yang berada didepannya saat ini. Sinon saat ini mulai mengingat saudara perempuannya, orang yang dicintainya dan putrinya yang selalu mendukungnya.

Akhirnya dengan tekad yang dimilikinya, dia mulai meraih pistolnya dan menembak bayangan didepannya dengan tekad yang kuat. Tentu saja, bayangan didepannya tidak membiarkan itu terjadi dan terus membalas perbuatan Sinon dan memprofokasinya dengan berbagai hal.

Ditempat lain, Alice dan Rina juga sama. Mereka mulai mendengar ejekan dan profokasi, yaitu tentang mereka meninggalkan tempat asal mereka terutama keluarga mereka, untuk mengikuti pria yang belum tentu mencintai mereka dengan tulus.

Namun berbeda dengan Sinon yang terpengaruh, Alice dan Rina yang sedari dulu terlatih dengan pelatihan kemiliteran, sangat tidak terpengaruh dengan perkataan bayangan mereka didepannya. Mereka dengan sigap mengalahkan mereka dengan mudah, dan saat ini sedang berjalan kesebuah tempat bersama, untuk mencari yang lainnya.

"Hm... sepertinya seseorang yang berada diruangan ini sebelumnya, sudah mengalahkan musuhnya" kata Alice.

"Dilihat dari bekas pertarungannya, kemungkinan ini merupakan Shea" kata Rina kemudian.

"Yap, kalau begitu mari kita mengejarnya" kata Alice dan dibalas anggukan oleh Rina.

Mereka mulai beranjak dari sana, dan menemukan sebuah ruangan yang saat ini juga mengalami bekas pertempuran yang sangat dasyat saat ini. Namun saat melihat lebih teliti, mereka berdua menyadari ada sesuatu yang aneh pada ruangan ini.

"Mengapa aku melihat bekas pertarungan Shea disini?" kata Rina.

"Apa mungkin dia membantu seseorang melawan Bayangan mereka?" tanya Alice, namun tiba – tiba saja suara teriakan lantang mulai menggema ditempat itu.

"Tarik kembali kata – katamu itu Yue!" teriak seseorang yang suaranya sangat akrab bagi mereka berdua.

Alice dan Rina mulai saling menatap saat ini, lalu mulai beranjak dari sana untuk menuju asal suara teriakan tersebut. Didepan mereka, sebuah lubang besar yang menembus sebuah tembok, saat ini memperlihatkan dua orang sedang bertarung dengan intens saat ini.

"Berhentilah kalian berdua!" teriak seseorang yang saat ini belum mengalahkan bayangannya, karena dua orang saudara perempuannya sedang bertarung pada tempat dia bertarung saat ini.

Alice dan Rina yang mengikuti jejak suara pertempuran, akhirnya juga tiba ditempat ini dan melihat Kaori bersama bayangannya sedang menatap pertarungan Shea dan Yue saat ini.

"Mengapa mereka saling bertarung?"