191 Elite

Ditempat lain, seekor manusia kelinci saat ini merasakan sangat emosi setelah melihat sesuatu yang menurutnya tidak sepantas mereka lakukan saat ini. Didalam pemikirannya yang sempit itu, dia menganggap menagapa mereka harus bersusah payah membantu manusia yang lain, sedangkan mereka tidak membantu ras mereka saat ini.

"Aku akan mengatakan ini kepadamu sekali saja kawan. Jenderal pasti sudah mempunyai alasan untuk kita melakukan hal ini" kata salah satu kawannya.

"Aku tahu, tetapi kenapa kita harus report – report memperjuangkan orang lain, sedangkan kawanan kita sekarang terus diburu" kata pria tersebut sekali lagi.

"Sudah kubilang, Jenderal pasti mempunyai rencana" kata kawannya tersebut, sebelum meninggalkannya karena dia mempunyai tugas untuk dilakukan saat ini.

"Cih..." kata manusia kelinci yang ditinggalkan tersebut.

Manusia kelinci tersebut bernama Pan. Setelah dia bertemu dengan seseorang, entah mengapa pemikirannya mulai berubah sepenuhnya. Pan sebenarnya termasuk manusia kelinci yang sangat kuat ditempat ini.

Berkat terpengaruhnya dia, akhirnya dia mulai muak dengan hal yang dilakukan oleh sukunya dan hendak menjadi pahlawan sendiri, guna menyelamatkan kaumnya yang terus diburu saat ini.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menggunakan caraku" kata manusia kelinci tersebut dan mulai berjalan kekediamannya.

Pan lalu melepas semua atribute anggota dari Elite, seperti sebuah jubah putih khas yang selalu dipakai oleh seluruh kelompok Elite saat ini. Pan menatap jubah itu sejenak, karena dia merasa bimbang saat ini.

Namun keputusannya sudah bulat, akhirnya dengan cara mengendap – endap, dia pergi meninggalkan tempat yang sudah membuatnya menjadi kuat seperti ini.

"Aku akan membentuk kelompokku sendiri" gumamnya dan mulai menghilang dan memasuki hutan ditempat tersebut semakin dalam.

Sedangkan dikeadaan ibukota, Isthar yang saat ini masih berusaha memanipulasi raja dari kerajaan Heilight, semakin khawatir dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Terutama saat ini dia semakin dibuat cemas setelah kelompok Elite semakin tenar belakangan ini. Dengan anggota mereka yang mempunyai jubah putih khas mereka, mereka terus menjadi kelompok yang semakin besar saat ini.

"Bagaimana dengan tim penyamaran yang dikirim olehmu?" tanya Isthar kepada seseorang bawahannya.

"Kami sampai saat ini, belum menerima kabar dari mereka Yang Mulia" jawab bawahannya tersebut.

"Cih... kirimkanlah lagi, aku tidak mau kelompok tersebut semakin besar dan menjadi seperti Adventure Guild yang tidak bisa kukuasai" kata Isthar.

"Baiklah, Yang Mulia" jawab bawahannya tersebut dan meninggalkan ruangan tersebut.

Isthar lalu bersandar dikursi kebesarannya lalu tiba – tiba seorang wanita yang menutupi seluruh tubuhnya dengan jubah mendekatinya saat ini.

"Lanjutkan rencana kita. Kita tidak bisa menundanya lagi" kata wanita tersebut dengan suara yang sangat datar.

"Baiklah Utusan Dewa" jawab Isthar lalu beranjak dari tempatnya dan bersiap menuju keistana raja.

Disisi lain, pihak pahlawan saat ini berada dikereta kuda yang mengantarkan mereka kembali keibukota. Kabar tentang Shizuku dan Kaori yang memutuskan tidak mengikuti mereka untuk kembali ke Ibukota, membuat beberapa dari mereka terpengaruh.

Terutama Kouki, yang saat ini entah mengapa sangat yakin kedua wanita tersebut, telah masuk dalam sihir Zen yang dapat memanipulasi orang. Pemikirannya ini disebabkan, karena dia menganggap Zen mempunyai skill yang bisa mempengaruhi orang lain.

Dikarenakan menurutnya, mana ada wanita yang menerima pria yang disukainya mempunyai banyak sekali wanita berada disampingnya. Kouki sempat menahan Shizuku dan Kaori sebelumnya, namun kedua wanita tersebut yang sudah muak dengan perilaku Kouki, akhirnya mulai menghiraukannya.

"Tunggulah, aku akan menjadi kuat dan menyelamatkan kalian" gumam Kouki didalam hatinya.

Sedangkan disisi lain, Eri saat ini masih bersikap seperti biasa, namun seseorang saat ini menatapnya dengan intens, karena merasakan sesuatu yang aneh pada sikpanya saat ini. Terutama saat dia menanyakan tentang rencananya menyangkut Zen.

Eri terus saja mengatakan bahwa Zen tidak akan melakukan sesuatu kepadanya, tetapi hal tersebut membuat pria tersebut semakin ketakutan saat ini, terlebih lagi karena dia masih mengingat ancaman dari Zen kepadanya.

.

.

"Apa?!" kata kedua wanita yang saat ini menyusul kelompok Zen yang berada didalam labirin Orcus.

"Kalian tidak diberitahu oleh Zen sebelumnya?" tanya Asuna kepada kedua wanita tersebut.

"Z-Zen hanya mengatakan, dia mempunyai firasat buruk jika kami kembali ke ibukota" kata Shizuku.

"Itu saja?" tanya Yue dan dibalas anggukan oleh kedua wanita tersebut.

"Hm... lalu setelah kalian tahu Zen tidak berada disini, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Yue kemudian.

Memang niat awal Shizuku dan Kaori untuk memutuskan mengikuti Zen yang tetap berada dikota ini, karena mereka tidak ingin jauh darinya. Namun kenyataannya, Zen ternyata pergi berpetualang sendirian dan meninggalkan kelompoknya ditempat ini.

Shizuku dan Kaori lalu saling menatap setelah mendengar pertanyaan Yue tersebut, dan mereka seakan mulai saling berkomunikasi melalui tatapan mereka dan akhirnya memutuskan sesuatu.

"Yue-san, bisakah kami bergabung dengan kelompok kalian" kata Shizuku.

"Dan juga, kami ingin menjadi kuat saat ini" balas Kaori.

Mendengar hal tersebut, Yue hanya tersenyum sejenak. Yue tidak menjawab namun dia hanya mengangguk sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengajak kedua wanita tersebut mengikuti mereka.

Ditempat lain, seorang sedang mengendarai motor trailnya melaju dengan cepat melewati sebuah tanah tandus yang dipenuhi dengan pasir gurun. Dia terus melajukan motornya, namun sebelah tangannya sedang memegang sebuah katana.

Zen melajukan motornya, setelah beberapa monster yang menyerupai sebuah cacing yang sangat besar dan mulutnya dipenuhi dengan gigi yang jumlahnya ribuan yang siap menyantapnya saat ini.

Zen melajukan motornya dan terlihat gundukan pasir dibelakangnya yang terus bergerak, seperti sebuah ombak yang mengejarnya karena saat ini cacing tersebut terus mengikutinya. Tiba – tiba dari sebelah kirinya, kepala cacing tersebut muncul dari bawah tanah dan bersiap menerkamnya saat ini.

"Lemah!" kata Zen sambil menebaskan katananya yang dipegangnya tersebut, dan membuat tubuh cacing tersebut terluka karena Zen tidak sempat mengaktifkan beberapa Rune yang dimiliki oleh pedangnya.

Tebasannya sempat membuat beberapa luka yang lumayan berat pada monster cacing yang mengejarnya. Namun Zen mulai memutar kembali motornya dan mulai menerjang kearah cacing tersebut kembali.

Zen tidak bisa tinggal diam setelah melihat cacing tersebut, karena melihat cacing tersebut belum meninggal dan hanya terluka saja saat ini. Dengan menggunakan rune apinya, Zen mulai menebas bagian tubuh yang dekat dengan kepalanya, hingga kepala dari cacing tersebut sepenuhnya terputus dari tubuh panjangnya.

Zen lalu menghentikan motornya, dan menatap mayat cacing tersebut dan hendak menyerap statusnya, namun ternyata pergerakan pasir disekitarnya semakin banyak, dikarenakan beberapa cacing akhirnya mulai mendekatinya saat ini.

"Baiklah, mari berburu"

avataravatar
Next chapter