8 008 Berburu Gurita

Suara pecahan kaca terdengar nyaring di sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit. Sumbernya, seorang wanita paruh baya.

Demi meluapkan kekesalannya, wanita paruh baya itu melemparkan gelas kristal yang saat itu berada di genggamannya. Alih-alih meneguk segelas minuman manis yang menyegarkan dari gelas kristal itu, wanita paruh baya yang masih tampak awet muda melemparkan gelas kristal berisi minuman ke arah dinding ruangan. Beruntung, pecahannya tidak melukai siapa pun yang ada di ruangan itu.

"Bodoh!!" Makian yang keluar pertama kali dari bibir wanita awet muda itu.

"Tidak becus!!" Geram wanita itu selanjutnya, menggebrak meja di dalam ruangan dengan penuh emosi.

"Bagaimana bisa koper itu menghilang, hah?!"

Dua pria berpakaian formal berwarna hitam-hitam hanya bisa saling melirik dan menundukkan pandangan. Cara yang terbaik, jika wanita paruh baya bernama Eillen itu sedang marah.

Eillen berjalan mondar-mandir sambil melontarkan makian kasar lainnya kepada dua pria suruhannya.

Berharap mendapatkan kabar baik hari ini. Namun, berita buruk yang kembali diterimanya.

Beberapa hari lalu, berita kecelakaan pesawat yang ditumpangi keponakannya ramai diperbincangkan di berbagai media massa.

Bagaimana burung besi itu bisa mengalami kecelakaan, di mana tepatnya lokasi kecelakaan, berapa jumlah penumpang dan kru yang selamat dan meninggal, diberitakan terus-menerus di berbagai media massa se-Indonesia.

Pasalnya, kecelakaan pesawat yang menurut dugaan awal meledak di angkasa, ternyata beberapa hari berikutnya diberitakan penemuan bangkai pesawat di Samudra Hindia. Belum ada laporan ditemukannya penumpang atau kru pesawat yang selamat.

Eillen lantas memerintahkan orang suruhannya untuk menggali informasi lebih lanjut. Wanita itu harus memastikan keadaan keponakannya. Karena keberlangsungan perusahaan makanan milik Grup Tahrir, yaitu perusahaan milik keluarga, tergantung kepada keponakannya, Zarina Tahrir. Karena dia satu-satunya anak keturunan dari anak tertua Tahrir.

"Kalian!!" Tunjuk Eillen kepada dua orang suruhannya.

"Segera temukan di mana koper itu. Hidup mati kalian tergantung dari koper itu!!" Eillen sudah menurunkan titah, dengan segera dua orang pria berpakaian hitam segera meninggalkan ruangan untuk menjalankan perintah Nyonyanya.

Eillen mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Kopernya masih belum ditemukan." Eillen memulai percakapan setelah nada sambung, diterima seseorang di seberang telepon.

"Impian kita tidak lama lagi akan menjadi kenyataan. Segera urus surat-surat berharga milik Grup Tahrir. Buat semirip mungkin dengan aslinya." Eillen kembali memberikan perintah.

Terbit senyum di bibirnya. Jika koper itu benar-benar hilang, atau mungkin ikut hangus terbakar bersama dengan meledaknya pesawat yang ditumpangi Zarina, Eillen dan suaminya tidak akan lagi hidup sengsara dengan hutang-hutangnya yang menggunung.

Harta kekayaan Tahrir akan segera berpindah ke tangan suaminya, yang merupakan anak ke dua dari keturunan Syahrul Tahrir, kakek Zarina yang telah wafat lebih dari sepuluh tahun lalu.

Suara tawa memenuhi ruang kerjanya. Membuat para pelayan di luar yang sedang membersihkan ruangan saling melirik. Nyonyanya tertawa sendiri. Apakah sang nyonya kini menjadi gila? Karena berita kecelakaan pesawat yang ditumpangi Zarina, cukup mengguncang hampir seluruh garis keturunan Tahrir.

Sejak lima hari lalu, keluarga besar Tahrir telah melakukan prosesi pemakaman bagi Zarina Tahrir, meski jasadnya belum ditemukan.

Apa yang dapat diharapkan dari ledakan pesawat di angkasa? Bisa jadi seluruh penumpang beserta krunya sudah tidak lagi memiliki jasad yang utuh, hilang dan terkubur di lautan.

*

Sementara di atas kapal nelayan modern yang bernama Arshaka, yang memiliki makna kekal abadi, sesuai harapan ayah Elon, agar kapal nelayan tersebut memiliki umur panjang untuk terus dapat mencari ikan di laut.

Bella tampak antusias saat Elon menjelaskan sedikit bagaimana caranya mereka berburu gurita dengan perahu kecil.

"Aku boleh ikut?"

Elon menatap Bella tidak percaya dengan mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi.

"Kenapa?" tanya Bella kembali. Karena Elon hanya menatapnya, seolah-olah keinginan Bella adalah sesuatu yang aneh.

Elon menggeleng. "Untuk berburu gurita, setidaknya kau harus punya pakaian yang cocok untuk menyelam, Bella."

"Kau membutuhkan pakaian selam khusus wanita. Tidak mungkin kau mengenakan pakaian seperti itu." Elon menunjuk pakaian yang dikenakan Bella–hasil vermak pakaian Elon.

Elon sebetulnya ingin meneruskan alasan lainnya, yaitu bentuk tubuh Bella yang indah bakal terekspos jika wanita itu bersikeras menyelam dengan pakaian seadanya. Hanya saja Elon khawatir ucapannya dianggap tidak sopan atau melecehkan.

Bella menunjukkan wajah kecewanya dan hendak kembali keluar.

"Atau kau bisa ikut nanti, saat memasuki Musim Gurita." Tambah Elon yang seketika membuat Bella kembali membalikkan badannya.

"Sungguh? Kapan itu Musim Gurita? Dan apa itu Musim Gurita?" Suara Bella terdengar antusias, lagi-lagi pertanyaannya seperti anak kecil yang baru duduk di bangku taman kanak-kanak.

"Masih sekitar dua pekan lagi. Musim Gurita, ya, tentu saja saat itu banyaknya gurita yang bisa kami–para nelayan–tangkap."

"Di bulan Desember nanti jumlah gurita melimpah, sesuai dengan waktu siklus pertumbuhan gurita. Selama tiga bulan, tempat itu ditutup sementara."

"Dan akan dibuka kembali pada saat ukuran gurita sudah besar dan siap untuk ditangkap."

"Nanti saat Musim Gurita, kamu bakal muntah melihat gurita." Elon terkekeh setelah mengucapkannya.

Bella ikut tertawa dan kemudian keluar dari ruang kemudi, menuju kamarnya.

Bella masih mencoba berusaha membuka kunci kopernya. Bella meyakini di dalam koper itu pastilah tersimpan sesuatu yang berharga. Dan harapan Bella dapat menemukan petunjuk tentang siapa Bella sesungguhnya.

Tiga puluh menit berlalu, dan Bella masih belum berhasil membuka kunci kopernya. Mengapa begitu sulit menemukan kombinasi yang tepat untuk membuka kunci koper itu. Bella merasa frustasi. Sepertinya Bella harus mencatat angka-angka yang sudah dicobanya, agar tidak tanpa sengaja mengulang memasukkan kombinasi angka yang sama. Sungguh akan membuang waktu, tenaga, dan pikiran.

Sayup-sayup Bella mendengar suara gaduh di luar. Sifat penasarannya terhadap sesuatu memancingnya untuk keluar dari kamarnya dan meninggalkan urusan membuka kunci kopernya, demi memenuhi hasrat ingin tahunya di luar.

Di luar, Bella menyaksikan beberapa ABK bahu membahu menurunkan perahu kecil, sementara ABK yang lain menurunkan jangkar. Sepertinya kapal besar mereka bakal parkir di tengah laut, dan perahu kecil itu yang akan mereka gunakan untuk berburu gurita.

Tampak Elon, Galuh, Arul, dan Mukidi tengah bersiap-siap untuk turun ke perahu kecil mereka. Membawa serta alat untuk berburu gurita. Alat sederhana yang biasa digunakan oleh para nelayan tradisional.

Sementara Anang dan Wijaya tetap berada di atas kapal utama. Tugas mereka menjaga keamanan kapal dan juga tentu saja menemani Bella, agar wanita itu tidak merasa kesepian berada di atas kapal sendirian.

Pada awalnya Anang seorang yang mengajukan diri untuk menemani Bella, namun belakangan Elon memerintahkan Wijaya untuk ikut menemani. Setidaknya pria seumur Wijaya, yang sudah berkeluarga, serta bertanggung jawab terhadap keluarganya, bisa dipercaya untuk menjaga Bella, wanita yang memang dianugerahi paras yang cantik.

Sementara Anang, pria lajang. Elon khawatir terjadi sesuatu yang tidak baik, jika membiarkan pria itu hanya berduaan dengan Bella. Karena berburu gurita terkadang cukup menghabiskan waktu. Dan Elon ingin tetap memastikan ABKnya baik-baik saja saat Elon tinggalkan.

avataravatar
Next chapter