1 001 Who Am I

"Ada orang mengapung di tengah laut!!"

"Selamatkan orang itu!!"

"Turunkan skoci!!"

Teriakan beberapa Anak Buah Kapal (ABK) dari dalam kapal nelayan, saling bersahutan saat mereka menyaksikan seseorang terapung di atas laut. Sebagian tubuhnya tenggelam ke dalam air laut. Hanya bagian kepala hingga pinggang yang muncul di permukaan, beralaskan sayap puing pesawat.

Beberapa ABK membantu menurunkan skoci untuk menyelamatkan orang malang yang tampaknya tidak sadarkan diri. Gelombang air laut yang tenang, mempermudah misi penyelamatan.

Hingga beberapa meter sebelum skoci berhasil mencapai tubuh yang terombang-ambing di tengah-tengah lautan, tubuh tidak berdaya itu perlahan tenggelam.

Satu ABK tanpa pikir panjang terjun ke dalam laut untuk menyelamatkan manusia malang itu. Dengan keahlian berenangnya, secepat kilat pemuda itu meluncur mendekati puing. Kemudian, menyelam untuk mencari manusia malang. Berharap masih ada banyak waktu untuk menyelamatkannya.

Beberapa saat riak air terlihat tenang, belum ada tanda-tanda kemunculan pemuda tadi. Kawan-kawannya sesama ABK masih menunggu. Tidak sedikit pun tampak mencemaskan pemuda yang masih berada di dalam lautan, yang entah berapa meter dalamnya.

Yang mereka cemaskan hanya satu, korban yang tenggelam. Tentu saja, jika orang itu manusia normal pada umumnya, terlalu lama di dalam air bisa membahayakan.

Tiga menit ... lima menit ... sepuluh menit .... Waktu yang cukup lama bagi manusia biasa untuk menahan napas di dalam air.

Jika tubuh manusia biasa tidak memiliki kapasitas penyimpanan oksigen yang besar, menahan napas terlalu lama tentu akan menyebabkan kerusakan organ. Namun, tidak demikian dengan pemuda itu.

Pemuda yang berasal dari Suku Bajau bisa menyelam tanpa peralatan selam dan tabung oksigen sampai lima jam. Suatu kemampuan yang luar biasa. Sehingga pemuda tersebut mendapat julukan si Manusia Ikan.

Sekitar dua puluh menit kemudian, riak air mulai tampak bergelombang, diikuti kemunculan seorang pemuda dan seorang wanita muda. Dengan gerakan renang–gaya bebas–yang luwes dan gesit, pemuda tersebut membawa wanita muda yang dalam keadaan tidak sadar menuju skoci, yang langsung disambut kawan-kawan lainnya untuk membantu mengangkat tubuh wanita muda dari dalam air.

Pergelangan tangan kanannya terlihat memerah seperti ada bekas luka melingkar di sana. Mereka yang menolong tidak langsung mempertanyakan luka itu, bagaimana bisa mengenai pergelangan tangan wanita muda yang kulitnya nampak putih pucat–diduga terlalu lama berada di dalam air.

Pertanyaan sedikit terjawab saat pemuda dengan julukan Manusia Ikan mengangkat satu koper ukuran sedang naik ke atas skoci.

Kotak berukuran panjang dua puluh delapan sentimeter, lebar dua puluh tiga sentimeter, dan ketebalan tujuh sentimeter, ditaksir memiliki berat satu kilo lebih, karena beratnya sanggup menarik sang wanita muda hampir ke dasar laut.

Hal itulah yang membuat pemuda berkulit kecokelatan mengalami hambatan saat akan menolong sang wanita muda yang cantik di dalam laut beberapa saat lalu. Pasalnya, koper tersebut terikat dengan borgol di pergelangan tangan sang wanita. Sehingga Manusia Ikan butuh ekstra kerja keras, untuk melepaskan borgol itu dari tangan sang wanita, yang tampaknya bukan asli orang Indonesia, jika dilihat dari garis wajah dan warna rambutnya.

Merasa mungkin isi koper itu sangat berharga–sampai harus diborgol di pergelangan tangan sang wanita–Manusia Ikan akhirnya membawa serta koper tersebut ke permukaan, setelah berhasil melepaskan borgol yang mengikatnya antara si wanita dengan koper berwarna mawar muda metalik.

Itulah penyebab luka di pergelangan tangan wanita yang berhasil diangkat hingga ke skoci. Bukan luka yang bisa membahayakan keselamatan sang wanita. Nyawanya kini bergantung pada tindakan penyelamatan para kru kapal lainnya.

Salah satu kawan Manusia Ikan masih memeriksa keadaan wanita muda yang berhasil diangkat ke atas skoci, apakah ia masih bernapas, dengan cara mendekatkan telinga ke sebelah mulut, lalu hidung wanita bule itu.

"Wanita ini tidak bernapas," lapor Anang, pria yang memeriksa pertama kali kondisi sang wanita yang sepertinya dehidrasi. Pria yang berusia tiga puluhan itu lantas menyingkir, memberi ruang kepada Manusia Ikan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Manusia Ikan lalu memeriksa denyut nadi sang wanita selama sepuluh detik, namun tidak bisa merasakan nadinya, sehingga Manusia Ikan langsung melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation).

CPR dilakukan sebanyak tiga puluh kali dengan rata-rata kecepatan seratus kali tekanan per menit. Masih belum ada hasil. Manusia Ikan mencoba membuka jalan pernapasannya dengan mendongakkan kepala dan mengangkat dagunya dengan hati-hati, memencet hidung wanita muda itu, kemudian meniupkan udara ke arah mulut korban, dua kali dalam satu detik. Kawan-kawan Manusia Ikan menatap wajah wanita muda dengan raut khawatir.

Setelah beberapa waktu wanita muda akhirnya tersadar, terbatuk dan mengeluarkan air laut dari mulutnya.

Dengan segera awak kapal lainnya membantu memindahkan wanita muda ke dalam ruangan yang ada di kapal nelayan, tempat yang lebih kering dan terlindungi dari teriknya matahari.

Pemuda yang mendapat julukan si Manusia Ikan, menatap intens wanita muda di hadapannya yang tampak linglung. Tidak bersuara sepatah kata pun.

Wanita muda yang telah berganti pakaian basahnya, beberapa saat lalu dengan mengenakan pakaian bersih dan kering yang ada di kapal nelayan, milik pemuda–si Manusia Ikan–yang telah menyelamatkan wanita di hadapannya, dua kali. Di tangannya, memegang segelas air.

Pertama, saat wanita itu hampir tenggelam ke dasar laut, akibat tertarik oleh koper sialannya yang berat. Hampir saja si Manusia Ikan akan menyerah, ketika akhirnya belenggu borgol itu terlepas setelah percobaannya yang kesekian memukul-mukulkan kunci borgol dengan batu karang yang ditemukan di dalam laut.

Ke dua, saat pemuda tersebut berhasil memberikan pertolongan pertama dengan napas buatan.

"Kenapa kalian memandangku seperti itu?" tanya wanita muda kepada pemuda di hadapannya setelah menghabiskan minumannya, dan rekan-rekannya yang lain, yang duduk di sisi kiri dan kanan si Manusia Ikan.

"Orang ini bisa bahasa Indonesia?" tanya salah satu pemuda di sisi kanan pemuda yang mendapat julukan Manusia Ikan, kepada pemuda lainnya. Meski berkata dengan suara rendah, namun masih bisa terdengar oleh si wanita berwajah bule.

"Tentu saja aku bisa bahasa Indonesia, aku, kan, memang orang Indonesia!" Wanita berparas cantik, putih, hidung mancung, rambut cokelat dan iris matanya pun berwarna cokelat, menjawab dengan lantang seraya tiba-tiba berdiri.

Tindakan sang wanita yang seperti orang asing membuat sebagian pemuda dan beberapa pria dewasa yang ada di ruangan kecil itu terperanjat. Tidak menyangka, sang wanita akan bereaksi seperti itu–terlihat tidak suka karena dikira orang asing.

"Maafkan kami, Nona. Kami tidak mengira jika Anda sama seperti kami." Si Manusia Ikan angkat bicara. Membela rekan-rekannya.

Bukan salah mereka, bukan, jika salah mengira, bahwa wanita di hadapan mereka adalah orang asing–bukan warga Indonesia. Hanya berbekal pengetahuan dari rupa wanita muda yang seperti wanita asing, membuat mereka berpikir demikian.

"Jika kami salah mengira, lantas siapakah Anda, Nona?" tanya pemuda tadi.

Wanita muda bergeming beberapa saat. Tidak bisa langsung menjawab pertanyaan si Manusia Ikan.

"Si–siapa aku?" wanita muda balik bertanya, tidak yakin.

avataravatar
Next chapter