1 Chapter 1

Gadis manis dengan kaca mata hitam yang membingkai cantik matanya, tengah menata buku dan laptopnya ke dalam tas. Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam dan dia baru selesai dengan rutinitasnya seperti biasa. Gadis itu tidak seperti anak yang lainnya, yang bisa langsung pulang ke rumah dan beristirahat. Namun dia harus menyelesaikan laporan magangnya di salah satu lembaga pendidikan komputer di dekat kampusnya. Selain menyelesaikan magang, dia juga melanjutkan pendidikannya ke salah satu Universitas di kotanya. Walaupun terasa lelah namun dia harus mengejar ketertinggalannya.

"Alhamdulillah selesai juga" gumam gadis itu.

Dia Zara Amira Wijaya gadis manis dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya itu. Berjalan santai keluar dari gedung tempatnya magang dengan headset yang selalu setia berada di telinganya. Headset itu hanya pengalihan dirinya dari tatapan orang lain.

Zara sosok gadis yang cuek dan pendiam. Membuatnya tidak mudah akrab dengan teman-temannya. Apalagi dengan orang yang baru dia kenal, dia akan sangat irit bicara terlebih lagi jika itu lawan jenis. Sikap cuek dan tidak peduli yang akan dia munculkan di depan umum, membuat dirinya terlihat sombong. Padahal jika orang dia sudah dekat dan akrab dengan temannya, dia akan bersikap manis dan baik.

Seperti halnya pagi tadi, dia menatap ngeri. Melihat gerombolan muda-mudi yang saling desak-mendesak mencari nama di lembaran kertas putih yang tertempel di dinding gedung bercat putih tersebut.

"Hadeh.. banyak banget cowoknya. Gimana caranya aku ikut gabung disana?" batinnya bertanya-tanya sendiri sambil melihat-lihat mungkinkah ada celah kosong tempat dia bisa menyelinap masuk dalam kerumuman.

Keringat tercetak jelas di dahi wajah Zara. Terik matahari telah berhasil merubah wajah putihnya seperti udang rebus. Dia usap perlahan dahinya dengan punggung tangannya sambil melihat-lihat urutan nama yang tertulis di lembar kertas pengumuman. Setelah beberapa saat akhirnya dia bisa menemukan namanya dan keluar dalam kerumuanan yang menyesakkan.

Di lapangan yang cukup luas. Dengan beberapa pepohonan di sisi kanan kiri di sekitar lapangan yang menghiasi lapangan tersebut. Dan memberikan keteduhan di beberapa tempat tertentu di sekeliling lapangan. Selain itu, ada pula lapangan basket, tenis, dan voli yang mengisi kekosongan lapangan tersebut.

Dengan langkah besar, Zara berjalan cepat menuju kelompok 34. Dan terlihat dari jauh sudah banyak mahasiswa yang bergabung dalam anggota itu. Duduk di atas lantai beralas semen. Duduk membentuk lingkaran sambil menunggu satu persatu mahasiswa datang bergabung.

"Hai kak, namaku Zara. Tapi disana namanya salah cuma fakultas dan jurusannya benar. Jadi gimana kak? Tanyanya kepada kakak pendamping ospeknya yang bernama kak Resmika.

"Oh.. yaudah nggak apa-apa dek. Ikut gabung aja. Jawabnya kakak tersebut dengan ramah."

Ketertinggalan 1 tahun itu, membuat Zara harus berjuang sendiri. Dari tes masuk kuliah hingga sekarang dia bisa ikut melaksanakan ospek. Sedih di dalam hatinya melihat banyak orang bisa bertegur sapa dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan dirinya hanya bisa kesana kemari sendiri. Tak ada satupun orang yang bisa dikenalnya. Dia harus mengulang dari nol lagi.

"Nih ambil" ucap salah satu perempuan sambil mengulurkan kertas putih yang ada ditangannya. Zara hanya menyambut kertas yang di arahkan kepadanya tanpa harus berbalas ucapan dari perempuan tersebut.

Dibacanya isi kertas putih itu. "Oh.. kertas absensi", batin Zara berucap. Di isinya nama, kontak ponsel dan tanda tangannya di dalam kertas itu. Di saat dirinya fokus dengan kertas yang sedang di pegangnya. Dia merasa ada seseorang yang terus menatapnya. Dia mencari sosok tersebut sembari menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Deg.. lensa hitam pekat menatap dalam dirinya. Laki-laki dengan wajah tampan dan berkulit hitam. Duduk manis menatap diam Zara dari kejauhan. Entah apa yang dirinya lihat. Zara tak pernah tau. Ada rasa risih yang dirasakan olehnya.

"Tidak ada yang aneh", gumam Zara lirih sambil meliht kembali dirinya sendiri.

Memikirkan kejadian tadi siang sedikit membuatnya resah. Namun melihat kerlap kerlip lampu di sepanjang jalan membuat matanya berbinar. Gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan berbagai warna lampu yang menghiasi gelapnya malam. Menambah aksen keindahan di mata Zara meskipun hanya terlihat sesaat, mampu membuat senyum merekah di wajahnya. Dan menghempaskan sedikit perasaan resah di hatinya.

***

avataravatar
Next chapter