1 Bagian 1

"KENZOOO!!" Teriak Kenza menggelegar ke seluruh penjuru rumah.

"Ayo bangun, bangun." Kenza merengek, melompat ke atas tubuh Kenzo yang tidak terusik sama sekali.

"Kenzo ishh, Kenza bilangin sama mama loh kalau nggak bangun." Ancam Kenza berbanding terbalik dengan sikapnya yang malah merebahkan tubuhnya diatas tubuh Kenzo yang telentang.

Kenzo diam-diam tersenyum, melihat Kenza yang menyamankan posisinya.

"Nanti," kata Kenzo melingkarkan lengannya memeluk Kenza.

"Tapi mama bilang Kenza harus bangunin Kenzo terus siap-siap terus suruh turun ke bawah buat sarapan biar nggak telat masuk sekolah."

"Iya nanti, sayang," bisik Kenzo dengan lirih di akhir kalimat. Tangannya mengelus punggung Kenza secara teratur.

Kenzo dan Kenza, mereka berdua adalah sepupu. Kenza tinggal bersama orangtua Kenzo karena kedua orangtuanya meninggal enam tahun yang lalu. Mama Kenza merupakan anak tunggal dikeluarganya, sedangkan papanya memiliki adik perempuan yang menjadi mama Kenzo. Mama Kenzo, Safira, yang dari dulu mengiginkan anak perempuan akhirnya mengangkat Kenza menjadi putrinya. Tak ada yang menolak, karena mereka semua menyayangi Kenza. Tapi, dibalik itu semua masih ada rahasia siapa Kenza sebenarnya.

Kenzo semakin mengeratkan pelukannya, sesekali mengecup pelipis Kenza dengan sayang.

Keduanya menikmati kegiatan yang bisa dibilang cukup intim untuk ukuran sepupu.

1 detik

5 detik

Hingga...

Kenzo merasakan gelenyar aneh ketika kejantanannya digesek dengan pelan.

Shit!!!

"Oh astaga sayang," Kenzo terkejut saat Kenza yang berada diatasnya menggesekkan kelamin mereka dibawah sana.

"Kamu ngapain sayang?" Kenzo mati-matian menahan desahan ketika Kenza semakin cepat menggesek kejantanannya dari luar celana. Bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya Kenzo.

Oh ayolah, dia baru bangun dan you know? Milik seorang laki - laki pasti akan tegak berdiri ketika bangun tidur. Itu manusiawi dan pasti terjadi.

Kenza cemberut begitu melihat Kenzo malah memejamkan mata, padahal Kenza penasaran dengan sesuatu yang dia gesek sekarang. Kenza tidak tau saja jika Kenzo sedang menahan hasrat untuk menyetubuhi dirinya.

"Kenzo kok bobok lagi sih. Ayo bangun." Kenza merengek. Pantatnya semakin cepat naik turun hingga vaginanya menggesek penis Kenzo yang menegang di balik boxer ketat yang di pakainya.

Kenzo semakin melotot, kenapa Kenza nakal sekali. Ditambah dengan bibir yang mengerucut minta di emut.

"Kenzo jangan pelototin Kenza," pekik Kenza. Bibirnya makin manyun lima centi.

"Berhenti!"

Kenza memiringkan kepalanya tak mengerti akan ucapan Kenzo barusan. Dia tak melakukan apapun, kenapa disuruh berhenti.

"Sayang." Kenzo menggeram.

"Turun dari atas tubuhku," perintah Kenzo.

Kenza menggeleng. "Nggak, Kenza nggak mau. Ini enak loh, rasanya kayak geli tapi enak terus juga Kenza pengen pipis kalo digesekin kayak gini." Kenza menolak dan dengan lantang bicara penuh kepolosan yang malah semakin membuat Kenzo tak kuasa menahan diri.

Kenza kembali merebahkan tubuhnya di atas dada sixpack milik Kenzo. Napas hangatnya menerpa leher Kenzo.

'Shit,' umpat Kenzo.

Kenza memukul mulut Kenzo, "Issh, Kenzo gak boleh ngomong kasar. Nanti aku bilangin mamah loh," adu Kenza.

"Kenzo," panggil Kenza berbisik.

"Ini apa?" Tanyanya sembari tangan mungil miliknya menggenggam milik Kenzo dan meremasnya. Tak pelak membuat Kenzo kalang kabut.

"Penasaran?" Tanya Kenzo.

Kenza mengangguk penuh semangat, tangan mungilnya semakin asyik meremas milik Kenzo dari balik celana boxer. Membuat Kenzo merintih keenakan.

"Terushh..ahh," Kenzo menggeram.

Nada bicara Kenzo yang tidak seperti biasanya, membuat Kenza berhenti melakukan remasan pada penis milik Kenzo.

"Kenapa berhenti?" Tanya Kenzo dengan suara serak menahan gairah.

"Nggak, Kenza cuma aneh denger suara Kenzo yang nggak seperti biasanya." Ucap Kenza dengan polos.

Kepolosan Kenza yang seperti ini tak pelak membuat Kenzo ingin melindungi gadis tersebut, tak ingin membiarkan orang lain melihatnya. Tak akan membiarkan Kenza melihat dunia luar. Kenzo hanya ingin Kenza hanya untuknya seorang. Cukup untuk Kenzo. Terdengar egois memang, tapi sekali lagi Kenzo tidak peduli.

"Itu karena aku suka sama apa yang kamu lakukan, sayang." Jawab Kenzo dengan sabar.

"Kenzo suka? Kenzo ingin Kenza melakukannya lagi?" Tanya Kenza dengan antusias.

"Tentu saja. Apalagi jika kamu melakukannya setiap hari." Timpal Kenzo dengan senyum licik di bibirnya.

Bukan, Kenzo bukan lelaki bajingan yang suka berganti-ganti lubang wanita. Jangankan menyentuhnya, melihatnya saja Kenzo enggan.

Bukan tanpa alasan Kenzo melakukannya, sejak pertama kali Kenzo melihat Kenza, sejak saat itu pula Kenzo sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menjadikan gadis itu satu-satunya yang ada dalam hati dan hidupnya.

Seakan takdir berpihak padanya, Kenzo yang intensitas waktunya sering di habiskan bersama dengan Kenza semakin membuat gadis manja itu bergantung padanya. Apalagi semenjak Kenza yang tinggal di rumahnya. Semakin memudahkan pula Kenzo untuk mengatur hidup Kenza.

Beruntung, Kenza selalu patuh dengan ucapannya meski tak jarang gadis itu membantah semua ucapannya jika keinginannya tidak terpenuhi. Jangan lupakan sifat manja dan pemaksa Kenza yang sudah mendarah daging.

"Berarti Kenza boleh melakukannya setiap hari?" Tanya Kenza memastikan. Sangat jarang Kenzo tidak melarangnya.

Kenzo mengangguk, dan tak lama menggeram saat tangan Kenza kembali meremas miliknya.

"Uhh," desah Kenzo tertahan.

"Kenza mau lihat, Kenzo." Kenza memohon dengan mata puppy eyes.

Kenzo bangun dari tidur terlentangnya, melepas celana boxer berikut dalaman CK-nya. Hingga batang berurat dengan sedikit cairan precum terlihat membasahi ujung kepala penisnya.

Kenzo kembali ke ranjang, kali ini bukan berbaring di atas kasur, melainkan bersandar pada dashboard ranjang.

"Suka?"

"Iya, Kenza suka. Kayak pisang."

Kenzo tertawa, tawa yang selalu membuat Kenza terpesona. "Lanjutin lagi ya, sayang."

Pipi Kenza terasa panas ketika Kenzo memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Kenza malu," ucap Kenza sambil menutup wajahnya.

Lagi, Kenzo kembali dibuat tertawa dengan tingkah menggemaskan Kenza.

"Jangan ditutup mukanya. Ntar nggak bisa napas," tegur Kenzo melepas tangan Kenza yang berada di wajahnya.

"Tapi Kenza malu, Kenzo."

"Malu kenapa hm?" Tanya Kenzo sambil mengangkat Kenza ke pangkuannya. Sengaja menempatkan penisnya tepat di vagina milik Kenza.

"Ahh," desah Kenza tak sadar.

"Kenzo panggil Kenza pake kata sayang." Jawab Kenza menggigit bibirnya. Gelisah, itulah yang Kenza rasakan saat ini begitu penis Kenzo yang besar dan keras terasa menusuk-nusuk di bawah sana.

"Kamu kan memang kesayangan aku."

Kenza tidak bisa untuk tidak tersenyum. Jarang - jarang Kenzo berkata manis seperti saat ini.

"Ulangi, ulangi, ulangi." Kata Kenza seperti tokoh kartun yang sering dia tonton.

"Bentar, Kenza mau ambil hape dulu. Mau rekam suara Kenzo."

Kenzo segera menarik tubuh Kenza hingga gadis polos tersebut jatuh menindih tubuhnya.

Kenzo mengurung Kenza dengan kedua kakinya layaknya sebuah guling.

"Kesayangan aku," bisik Kenzo sebelum melumat bibir Kenza dengan lembut.

Kenza membuka lebar kedua matanya, first kiss miliknya telah di ambil oleh Kenzo.

Hatinya seperti tersengat begitu Kenzo menyelusupkan lidahnya, membelai gigi juga rongga mulutnya.

"Uhhh," desah Kenza.

Hal baru bagi Kenza yang masih terasa asing untuknya. Namun Kenza tidak membantah jika dia menyukainya. Menyukai Kenzo yang dengan lembut memagut bibirnya.

Beda Kenza beda pula Kenzo, laki - laki berusia tujuh belas tahun itu serasa melepaskan beban beratnya. Mati-matian Kenzo menahan napsu bila didekat Kenza. Dia harus mengontrol hormonnya ketika melihat kepolosan Kenza.

"Kenzo cium bibir Kenza? Berarti Kenzo cinta sama Kenza? Iya kan?"

Tanya Kenza setelah Kenzo melepas pagutannya.

"Cinta?" Kenzo mengernyitkan dahinya. Darimana gadisnya ini mengenal kata cinta.

"Iya cinta. Kata mamah kalo cowok sama cewek ciuman itu berarti mereka saling cinta. Di drakor yang mamah dan Kenza tonton gitu kok. Berarti Kenzo cinta sama Kenza dong."

Kenzo tersenyum manis, "Aku mencintaimu," tulus Kenzo berucap.

Kenza mengangguk, "Kenza juga cinta Kenzo. Cinta buangettt." Balas Kenza merentangkan kedua tangannya layaknya anak kecil.

"Besok - besok jangan nonton drakor lagi. Aku nggak suka." Kenzo kembali bicara. Dari nada bicaranya, terlihat jelas jika dia tak ingin dibantah.

Kenza mengangguk patuh, seakan larangan Kenzo adalah perintah yang harus Kenza turuti.

"Ayo bangun," Kenzo.

Kenza mencebik tak suka, dia masih ingin bermain dengan pisang kecil milik Kenzo.

Kenza terus menatap junior Kenzo yang berdiri tegak.

"Sayang," Kenzo memanggil. "Ayo mandi."

Kenza menggeleng, matanya berkaca - kaca.

"Aku mandiin." Kenzo.

Kenza terdiam, " Nggak mau? Yaudah." Kenzo berbalik, dalam hati menghitung mundur dari angka 3.

Tiga, du....

"MAU!!"

Kenzo tersenyum, lalu berbalik menghadap Kenza yang sudah merentangkan kedua tangannya meminta gendong.

"Manja." Ejek Kenzo. Meski begitu, Kenzo menggendong Kenza di depan seperti koala.

"Enakhh," jujur Kenza ketika menggerakkan alat kelamin mereka di bawah sana.

Dan Kenzo, sepertinya tidak bisa lagi membendung hasratnya.

TBC

avataravatar
Next chapter