1 Hikikomori dan Milf

Seorang Lelaki berambut hitam yang tengah duduk di depan laptopnya. Usianya masih tergolong muda, yaitu dua puluh dua tahun. Tidak seperti Anak Muda pada umumnya yang beraktifitas di luar rumah. Namikaze Akeboshi menjalani kehidupan setelah lulus kuliah sebagai seorang Hikikomori. Bukan tanpa alasan dia menjalani kehidupannya sebagai Hikikomori. Hal itu dia lakukan atas keputusannya sendiri, mengingat dia juga berprofesi sebagai seorang Desainer Grafis, di mana dia bisa bekerja dari rumahnya, tanpa harus repot-repot menjalankan aktifitas di luar rumah yang begitu merepotkan.

Seorang Permepuan Dewasa berambut hitam lurus pendek sebahu, dengan tubuhnya yang tinggi juga seksi dan berpakaian yang serba hitam berdiri di depan pintu rumah Akeboshi. Dia memencet tombol pada pintu rumah tersebut. Kurozumi Sayo namanya, seorang Perempuan Dewasa yang baru dipanggil oleh Akeboshi.

"Tunggu sebentar," kata Akeboshi dengan suara yang keras, di mana dia tengah berjalan menuju ke pintu rumahnya.

Akeboshi langsung membuka pintu rumahnya, dan Kurozumi Sayo segera menyemprotkan pengharum ruangan pada rumah Akeboshi. Cairan pengharum ruangan itu Sayo semprotkan juga ke arah tubuh Akeboshi.

"Kenapa kau menyemprotku?"

Sayo hanya terdiam dan tidak membalas ocehan dari Anak muda tersebut.

Sayo berjalan bersama Akeboshi menuju ke kamarnya.

"Kamarmu cukup rapih juga. Mengingat sangatlah jarang Hikikomori sepertimu menjaga dan merawat kebersihan." Sayo melepaskan jaketnya, dan memperlihatkan ukuran gunung kembarnya yang begitu besar. Kemeja lengan panjang berwarna hitam yang Sayo kenakan, sengaja dia tidak mengancing beberapa bagian atasnya, agar belahan dadanya kelihatan.

Dia lalu duduk di kasur Akeboshi.

"Memang Hikikomori tidak boleh bersih. Bagaimanapun juga kebersihan itu penting," balas Akeboshi. Dia hanya terdiam menatap belahan dada dari Sayo yang berukuran besar, dan stocking hitamnya yang memperlihatkan lekuk kakinya yang begitu seksi dan menggoda.

Sayo yang ditatap seperti itu segera berdiri dan melancarkan sebuah tendangan yang cukup keras ke arah perut Akeboshi, sehingga membuatnya terjatuh dan tubuhnya tergeletak di atas lantai kamarnya.

Walaupun ditendang oleh Sayo, Akeboshi menyeringai tipis ketika melihat celana dalam hitam yang seksi yang Sayo kenakan.

Sayo berjalan menghampiri Akeboshi, dan mengelus alat vitalnya.

"Aku kira Hikikomori sepertimu tidak bisa berdiri. Kau cukup jantan juga untuk seorang Pemuda." Sayo tertawa dingin sambil mengelus alat vitalnya Akeboshi.

Sayo kembali duduk di kasur, dan melipat kaki kirinya di atas kaki kanannya.

"Cuacanya memang cukup panas. Apakah kau punya bir kalengan yang dingin?"

"Biar aku ambilkan," jawab Akeboshi yang segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah kulkas. Dia mengambil beberapa kaleng bir dingin dan sebotol vodka.

Akeboshi menaruh beberapa kaleng bir dingin dan sebotol vodka tersebut di atas mejanya, sementara Sayo melepas seluruh kancing pada kemeja hitamnya, dan memperlihatkan bra berwarna hitam dengan motifnya cantik. Akeboshi terlihat semakin tegang, walaupun dia masih belum melakukan serangan terhadap Sayo.

"Sayo-san terlihat begitu menggoda, dengan belahan dadanya yang besar. Dengan tampilannya yang sangat erotis. Dia membuatku semakin berhasrat," pikir Akeboshi menatap setiap lekuk tubuh Sayo.

Sayo mengambil dua kaleng bir dingin, dan meminumnya sekaligus, sehingga membuatnya langsung mabuk.

"Semakin panas saja," kata Sayo dalam keadaan mabuk seraya menanggalkan kemeja dan rok hitam pendek yang dia kenakan. Sayo melempar kemeja hitamnya ke arah Akeboshi, sehingga kepalanya tertutup.

Sayo melepaskan tautan pada bra-nya sehingga memperlihatkan ukuran gunung kembarnya yang begitu menggoda dengan ujungnya yang begitu tegang. Sayo berdiri dan menanggalkan celana dalamnya, sehingga membuatnya menjadi telanjang bulat, dan menaruh celana dalam tersebut di sampingnya.

Akeboshi melepaskan kemeja hitam yang membelenggunya, dan dia begitu terkejut melihat betapa seksinya Sayo yang tanpa sehelai benang sama sekali. Dia merasa begitu tegang, dengan wajahnya yang memerah.

Akeboshi menghampiri Sayo secara perlahan, di mana 'Milf' tersebut tengah sibuk meminum sebotol vodka.

Kedua tangannya meremas-remas gunung kembar milik Sayo. Akeboshi menyeringai puas, bisa menikmati tubuh Sayo di siang hari yang panas. Sayo menutup kedua matanya, dan menikmati pijatan halus nan kuat dari Akeboshi.

Sayo hanya meminum sepempat dari botol vodka yang telah disediakan oleh Akeboshi. Wajah Sayo memerah, dan dia begitu menikmatinya.

Akeboshi berdiri dan mendekatkan bibirnya ke arah bibir Sayo yang berwarna hitam seksi. Mengingat Sayo sangat menyukai warna hitam, termasuk menggunakan lipstik berwarna hitam.

Akeboshi mencium Sayo dengan begitu nafsu seraya kedua tangannya meremas-remas gunung kembar milik Sayo. Ciuman itu terasa penuh nafsu, hasrat, dan penuh cinta. Meskipun perbedaan usia mereka cukup jauh. Namun di siang hari yang panas ini, Akeboshi dan Sayo saling berbagi cinta dengan ciuman panas mereka.

Kedua tangannya masih meremas gunung kembar Sayo. Akeboshi lalu menjilati wajah cantik Sayo, layaknya dia tengah menjilati es krim yang dingin dan manis. Karena bagi Akeboshi, walaupun Sayo adalah Perempuan yang dingin. Namun dia juga seorang Perempuan yang begitu manis, cantik, dan mempesona.

Akeboshi mencumbu setiap sudut dan bagian lehernya Sayo, sehingga membuatnya mengerang dan mendesah pelan, menikmati setiap pijatan yang dilakukan oleh Akeboshi pada kedua gunung kembarnya yang besar dan seksi.

"Walaupun sudah kendor karena faktor usia. Namun ini terasa begitu nikmat," kata Akeboshi dalam hatinya.

Sayo terlihat tidak sadarkan diri dengan ekspresi wajahnya yang terlihat begitu menggoda. Sepasang matanya terlihat begitu lemas, dengan mulutnya yang mengeluarkan air liur, sehingga membuat Sayo terlihat semakin cantik, dan seksi.

Akeboshi menundukkan kepalanya di hadapan area kewanitaan Sayo yang bagian atasnya dipenuhi dengan bulu-bulu hitam yang halus. Akeboshi melebarkan area pahanya Sayo, lalu menjilati dan menciumi area kewanitaan Sayo selama sepuluh menit.

Secara tiba-tiba Sayo segera tersadar, dengan ekspresinya yang terlihat panik. "Tunggu, tunggu. Apa yang kau lakukan?"

Akeboshi menatap wajah Sayo yang kebingungan.

"Apa yang kau lakukan? Apakah kau gila?" tanyanya dengan nada keras pada Akeboshi yang masih terdiam di hadapan area kewanitaanya.

"Apakah kau tidak ingat, Sayo-san. Kau datang ke rumahku sesuai dengan panggilan, lalu kau meminum beberapa kaleng bir dingin, dan vodka. Aku juga sudah menstranfer uangku pada rekeningmu, sebagai bayaran atas layananmu. Aku ingin kita sama-sma menikmati hubungan ini layaknya sepasang Suami-Istri."

Sayo hanya terdiam dengan wajahnya yang merah. "Silahkan lanjutkan."

Akeboshi melanjutkan kegiatan menjilati dan menciumi area kewanitaan Sayo.

Sayo mengerang kenikmatan, dan dia segera menjambak rambut Akeboshi dan membenamkan kepala Akeboshi semakin dalam pada areanya.

"Ini adalah peringatan dariku. Jika kamu pikir bisa melakukan apa saja pada kita berdua. Aku tidak akan pernah memaafkanmu." Setelah berkata dengan nada keras, Sayo berteriak kesakitan. Perempuan itu benar-benar menikmati hubungan dengan Lelaki yang lebih muda darinya, walaupun Akeboshi bermain sedikit kasar.

Kedua tangan Akeboshi meremas-remas gunung kembarnya selama lima menit. Kemudia dia mengulum kedua gunung kembar Sayo secara bergantian. Dalam hatinya Akeboshi berkata, "Meminum susu langsung dari sumbernya benar-benar terasa nikmat, dan menyegarkan."

Akeboshi membenamkan wajahnya di antara kedua gunung kembar Sayo, dan secara bergantian dia menjilati ujung dari gunung kembar tersebut.

Melihat wajah Sayo yang semakin memerah, membuat Akeboshi menjadi semakin berhasrat untuk menanamkan benih cintanya pada tubuh Sayo. Akeboshi melepaskan pakaian, dan celananya hingga telanjang bulat. Dia lalu memasukkan kejantanannya ke dalam lubang yang penuh kenikmatan tersebut. Ketika dia memasukkannya, Sayo mengerang pelan, di mana Sayo merasakan sakit sekaligus menikmatinya. Akeboshi mengangkat tubuh Sayo, dan kaki kanannya. Tangan kiri Akeboshi memeluk punggungnya, dan tangan kanannya mengangkat kaki kanan Sayo. Akeboshi memberikan sebuah dorongan, sehingga Sayo mengerang kesakitan sekaligus menikmatinya. Kedua tangan Sayo mencengkram punggung Akeboshi, dengan keras agar hubungan cinta mereka semakin erat.

Suara desahan dan erangan Sayo terdengar cukup mengganggu. Sehingga Akeboshi mencium bibir sayo dengan penuh nafsu, sambil mendorongnya dengan semakin keras. Sayo memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakitnya, sekaligus menghayati hubungan cinta mereka berdua. Cairan putih nan kental yang penuh cinta itu memasuki rahim Sayo, yang menandakan bahwa cinta antara mereka berdua telah tersalurkan.

Setelah lima belas menit bercinta, Akeboshi duduk di kasurnya, sementara Sayo duduk di sampingnya.

"Ternyata Anak muda seperti dirimu buas juga, yah," kata Sayo terkekeh pelan sambil mengelus area kewanitaannya yang basah dan dipenuhi cairan putih nan kental.

"Hal itu wajar, mengingat aku adalah Lelaki sejati," balas Akeboshi dengan wajahnya yang memerah.

Kedua mata Sayo menatap alat kejantanan Akeboshi. Perempuan itu memegang ujungnya, dan memainkannya perlahan naik-turun sehingga Akeboshi semakin tegang.

"Sepertinya kau tahan banting juga, yah," kata Sayo menyeringai menatap Akeboshi.

Sayo merebahkan tubuh Akeboshi di atas kasur, dan dia duduk di atasnya. "Aku yakin kau akan muncrat jika seperti ini. Kau tahu apa yang akan terjadi jika aku terus merangsangmu."

"Cairan putih akan keluar dari sana," jawab Akeboshi sedikit tergagap.

"Itu benar," balas Sayo yang memegang kejantanan Akeboshi dengan kuat. Setelah itu, Sayo mengulum dan menjilati alat kejantanan tersebut, dan Akeboshi menjilati dan menciumi area kewanitaan Sayo. Kedua insan berbeda kelamin, dan usia tersebut terlihat seperti angka 6 dan 9. Mereka berdua terus dalam posisi 69 tersebut, di mana Sayo sangat nafsu dalam kegiatan oral seks tersebut. Sayo semakin liar, dan ganas dalam mengelum alat kejantanan Akeboshi sehingga cairan putih yang kental dari Akeboshi muncrat dan membasahi wajah cantik Sayo.

Sayo berdiri, dan segera mengenakan pakaiannya kembali. Lidahnya yang terlihat seksi menjilati cairan putih nan kental yang membasahi wajahnya.

"Urgh. Aku sangat suka melihat cairan putih nan kental tersebut muncrat, dan membasahi wajah cantikku," kata Sayo yang menyeringai puas. "Aku sangat suka dengan cairan putih nan kental darimu, Akeboshi."

Sayo terlihat sudah berpakaian dengan lengkap. "Baiklah, Akeboshi. Senang rasanya aku bisa bercinta denganmu. Sampai jumpa, Pangeran-ku."

Sayo kemudian memberikan sebuah ciuman singkat pada bibir Akeboshi, dna pergi meninggalkan apartemennya.

.

.

Walaupun usia mereka selisi dua puluh tahun. Namun bagi Sayo, cinta tidak memandang usia. Karena cinta datang dari rasa memiliki dan hasrat yang kuat.

avataravatar
Next chapter