webnovel

Chapter 3: Less Act

Pembelajaran siang hari berjalan seperti biasa dengan normalnya, lalu lonceng sekolah berdentang pertanda waktu pulang sekolah tiba.

Sema diajak oleh Roy agar ikut bersama mereka. Sema yang tidak ada pekerjaan di rumah menerima tawaran Roy dengan keputusan yang cepat.

   "Ngomong-ngomong, yang lainnya ke mana?"

Tanya Sema kepada Roy yang sedang menyimpan sebuah belati ke dalam tas. Roy menjelaskan kepada Sema bahwa yang lainnya sedang menunggu di lantai bawah.

   "Kalau begitu, ayo pergi."

Ajak Roy kepada Sema, Sema menganggukkan kepala lalu mengambil tas miliknya. Mereka berdua bertemu dengan Matsushima yang telah menunggu mereka datang.

   "Yang lain ke mana?"

   "Sudah pergi, katanya ada sesuatu yang harus mereka lakukan. Saat ini ada kekacauan yang dekat dari sini, kau ingin ikut untuk menanganinya?"

Tanya Matsushima, Roy mulai memikirkan sesuatu dengan fokus. Dia memejamkan matanya lalu menatap ke atas langit yang berwarna jingga kemerahan.

   "Matsushima, Sema. Apakah kalian bersedia untuk membantuku?"

Tanya Roy, Sema dan Matshusima menerima permintaannya. Roy membuka matanya lalu segera berlari keluar gerbang sekolah.

   "Roy, apa yang akan kita lakukan?"

Tanya Sema seraya berlari di samping kanan Roy, sedangkan Matsushima di samping kiri.

   "Aku akan menjelaskannya nanti setelah kita sampai di tempat perkumpulan."

Jawabnya, Roy berlari ke beberapa gang dan mereka bertiga sampai disebuah rumah yang merupakan sebuah kontrakan.

   "Inikah tempatnya ..."

Gumam Sema, Roy mengajak Matsushima dan Sema agar masuk ke kontrakan tersebut.

Sema bertemu dengan yang lainnya, namun yang berada di kontrakan ini hanya para laki-laki.

Delyo dan Akbar sedang mengerjakan sesuatu, Sema pun menanyakan keadaan saat ini pada Miyazaki.

   "Saat ini Delyo dan Akbar sedang melacak orang yang melakukan pengeboman beberapa minggu lalu."

   "Pengeboman? Apa maksudmu?"

   "Sema, apakah kau tahu dengan pengeboman yang terjadi di Indonesia yaitu daerah Surab*ya."

   "Ya, aku tahu kejadian itu."

   "Kejadian itu membuat beberapa orang ingin melakukan hal yang sama. Lalu pengeboman terjadi di daerah ini, kami berniat untuk menangkap pelakunya sebelum adanya korban jiwa."

Ucap Miyazaki yang sedang berdiri dan bersandar pada dinding tembok. Roy menyuguhi Sema dan yang lainnya dengan teh dan beberapa minuman kaleng bersoda.

   "Miyazaki, apakah si pelaku akan melakukan pengeboman lagi?"

Tanya Sema, Miyazaki menggelengkan kepala pertanda dia belum mengetahuinya sejauh itu.

   "Akbar, bagaimana dengan keadaan para cewek di kelas?"

Tanya Roy, Akbar menjelaskan keadaan para cewek bahwa mereka sedang menangani kasus penyelundupan.

   "Hee~ berat juga tugas para cewek, yah ... lagipula kita sedang nggak ada kerjaan. Sema, apakah kau bingung dengan situasi saat ini?"

Tanya Roy kepada Sema, Sema menganggukkan kepala lalu mengambil minuman kaleng bersoda. Smartphone milik Sema berdering lalu ia mengambilnya di saku celana dan menerima panggilan.

   "Sema, bagaimana dengan sekolah barumu? Menyenangkan?"

Julia menanyakan kabar Sema, Sema menanggapinya dengan helaan napas.

   "Ada apa? Apakah ada yang salah?"

   "Julia, ada apa dengan sekolah ini? Kenapa murid di kelasku membawa senjata?"

   "Oh itu ... sampa jumpa, dengan kata lain kehidupan sekolah barumu menyenangkan!"

Setelah Julia mengatakan itu, dia segera menutup panggilannya dan membuat Sema kesal dengannya.

Roy mulai menjelaskan sesuatu kepada Sema seraya duduk dan meminum teh.

   "Murid kelas Z merupakan murid yang dikhususkan. Kami juga tidak sepenuhnya orang Indonesia, namun ada beberapa orang luar negeri yang ada di kelas Z. Contohnya Miyazaki, Zen, dan Maeno. Mereka bertiga merupakan orang luar dan sisanya kita merupakan orang Indonesia."

   "Lalu apa hubungannya dengan itu?"

   "Pemerintah melakukan beberapa pergerakan dengan menghimpun kita yang memiliki bakat dibarengi kerjasama antar negara. Meskipun begitu, kelas Z sudah menyelesaikan banyak masalah seperti penyelundupan, kasus bom dan yang lainnya."

   "Begitukah, Indonesia dapat memikirkan hal itu."

Ucap Sema, Miyazaki pun mengikuti pembicaraan mereka berdua.

   "Indonesia merupakan negara yang isinya berbeda ras dan suku. Tetapi, mereka dapat bersatu dari semua keseluruhan. Itu juga merupakan sebuah kelemahan karena sebuah perbedaan dalam persatuan dapat hancur dengan mudahnya."

Ucap Miyazaki, Roy dan Sema menganggukkan kepala.

   "Bukannya aku ingin menghina negara ini, namun Indonesia yang warganya gampang diprovokasi dan berpikir secara pendek membuat negara ini lemah."

Ucap Roy, Sema menenggak minuman yang ia pegang. Akbar dan Delyo telah selesai melakukan pelacakan menggunakan laptop dan smartphone.

   "Semuanya, target telah ketemu. Saat ini dia berada di titik ini yang merupakan rumah kontrakan yang jaraknya cukup jauh dari sini."

Ucap Akbar seraya menunjuk sebuah koordinat tempat di layar komputer.

   "Tempat ini kan ..."

Gumam Roy, dia pun menawarkan Sema untuk mengikuti misi kali ini.

   "Sema, apakah kau membawa senjata? Seperti pistol atau pisau.

Tanya Roy, Sema menggelengkan kepala lalu mengeluarkan sarung tangan anti pedang dari dalam tasnya.

   "Mmm ... jadi kau petarung jarak dekat seperti Zen ya, Akbar, Matsushima dan Delyo bantu dari luar ya. Aku, Sema dan Miyazaki akan menyerang lalu Maeno sebagai pengalihan. Zen seperti biasa ya."

Ucap Roy, mereka semua menerima tugas yang dibebankan kepada masing-masing.

Setiap laki-laki yang di sini segera bersiap-siap. Roy menyimpan belatinya di sela-sela celana, Sema memakai sarung tangan anti pedangnya. Miyazaki membawa sebuah katana kecil yang dimasukkan ke bajunya, Maeno memakai pelindung tubuh yang berada dalam bajunya. Akbar, Delyo dan Matsushima membawa sebuah pistol dan sniper riffle pada tas besar.

Mereka semua segera keluar kontrakan ini, mereka semua berpencar namun titik pertemuan mereka sama.

Sema dan Miyazaki pergi menuju kontrakan Sema yang terdapat motor milik Sema. Zen dan Roy memakai sepeda menuju titik pertemuan. Akbar, Delyo, Maeno dan Matsushima memakai transportasi umum yaitu bus.

* * * * * *

Tempat yang disinggahi oleh para pelaku merupakan tempat yang daerahnya dihuni oleh para orang yang sudah tua. Tempat tersebut rawan dicurigai karena berada di bagian pojok jalan.

Sema dan Roy menjalankan misinya, mereka berdua mengendap-endap untuk mengintai bagian dalam kontrakan.

   "Roy, ada enam orang laki-laki dewasa yang berada dalam kontrakan tersebut."

Ucap Matsushima seraya melihat keadaan kontrakan menggunakan riffle. Sema dan yang lainnya berkomunikasi menggunakan alat komunikasi kecil yang dipasang di telinga.

   "Ngomong-ngomong, apakah ada yang sedang memegang senjata?"

Tanya Roy, Matsushima mulai mengintai melalui jendela yang terbuka dan terdapat cahaya lampu yang baru saja dinyalakan.

Matsushima terkejut dengan suatu benda yang sedang dirakit, terdapat bom yang sudah siap digunakan dan diletakkan di atas meja.

   "Roy, ada sebuah bom di lantai dua. Kau harus menyusup melalui jalan belakang, yang lainnya akan membantumu."

   "Roger."

Sema dan Roy pergi ke bagian belakang kontrakan. Maeno mengalihkan perhatian dengan menghalangi jalan menuju kontrakan ini dengan sebuah pot bunga di setiap jalannya.

   "Aku serahkan pada kalian."

Ucap Matsushima dalam hati, misi pun dimulai dengan tanda dari Miyazaki yang sudah menyusup di atap kontrakan.

Sema memecahkan kaca jendela dengan teknik penekanan suatu titik. Kaca yang dipecahkan oleh Sema menghasilkan suara kecil, Roy segera memasukkan tangan kanannya dan membuka pengunci pintu geser yang berada di belakang.

Mereka berdua masuk dengan menghilangkan hawa keberadaan mereka. Sema dan Roy melihat situasi rumah ini, Roy menggunakan bahasa isyarat kepada Sema.

Roy menggerakkan tangan kanannya dengan sebuah pertanda 'kau maju, aku akan mencari jalan lain.' Sema menanggapinya dengan wajah yang kecut.

Miyazaki yang tengah berada di atap segera memotong kabel yang mengaliri listrik. Lampu yang berada di ruang tengah pun mati dan ruangan menjadi sedikit gelap karena tempat ini ditutupi oleh berbagai gorden.

   "Hei lampunya mati!? Coba cek listriknya?"

Seru seorang laki-laki, suara langkah kaki mulai mendekati mereka berdua.

Sema menggunakan bahasa isyarat kepada Roy yang artinya 'bolehkah aku membunuh mereka dengan bersih?' Roy membalasnya dengan bahasa isyarat yang cepat 'Go-blok, jangan bego nanti bakal rumit.'

Sema memberi jempol kepada Roy dengan wajah yakin yang mendapatkan balasan dari Roy sedang tiarap di bawah kursi kayu.

Miyazaki dengan cepat mencekik orang yang pergi ke atas, Sema dan Roy segera bergerak dengan cepat.

Sema mencolok mata laki-laki yang memiliki badan kekar dan besar lalu menampolnya dengan keras. Roy meloncat ke arah seorang pria yang cukup muda dan lengah lalu Roy segera mencekiknya.

Dua pria yang dapat menyadari keberadaan Sema dan Roy segera mengerahkan pistol kepada Sema dan Roy. Namun, Matsushima yang sudah siap dari tadi menembak tangan dua pria tadi dan mereka berdua mengerang kesakitan.

Sema dan Roy mengambil dua pistol tadi dan membuang amunisinya.

   "Bolehkah aku menyiksanya karena telah melakukan tindak kejahatan?"

Tanya Sema kepada Roy, Roy menolaknya mentah-mentah dan segera memukul perut kedua orang tadi sampai pingsan.

   "Tinggal satu lagi, ayo kita cari."

Ucap Roy, mereka berdua segera mencari si pelaku yang kabur melalui jendela kamar.

   "Matsushima, satu orang lagi kabur. Apakah kau tahu keberadaannya di mana?"

   "Tenang saja, Akbar dan Delyo sudah menanganinya."

Pelaku yang kabur segera dikejar oleh Akbar dan digiring ke tempat Delyo.

   "Hahaha~ kaburlah penjahat! Kaburlah karena wajahku yang tampan ini!"

Serunya, penjahat tersebut berhenti berlari memasukkan tangannya ke jaket miliknya lalu mengambil sebuah pistol tipe Desert Eagle.

Kepala penjahat tersebut ditutupi oleh hoodie jaketnya. Akbar kabur dan digantikan oleh Zen yang sudah berada di titik pertemuan.

Zen mengepalkan kedua tangannya lalu berlari menghampiri penjahat tersebut dengan gaya bertarung kick boxing. Penjahat tersebut mengincar Zen dengan pistol miliknya.

Dia menekan pelatuk pistol yang mengincar Zen, namun Zen yang sudah berpengalaman bertarung dengan senjata api dapat dengan mudahnya menghindar.

Zen melakukan pukulan beruntun dengan teknik bertarung Muay thai dan kick boxing. Penjahat tersebut langsung tumbang setelah Zen mendaratkan pukulan upper cut.

   "Beres, Akbar! Bantu aku membawa tubuhnya!"

   "Siap!"

Jawab Akbar yang bersembunyi di gang kecil, mereka berdua membopong tubuh si penjahat ke kontrakan tadi.

   "Semuanya berjalan lancar, mending balik dah."

Gumam Matsushima, dia pun merapihkan sniper rifflenya dan segera pergi ke kontrakan.

To Be Continue....